Amira masuk kedalam novel favoritnya. Menjadi seorang antagonis bukanlah hal yang Amira inginkan.
Semua orang membencinya.
Apakah Amira mampu mengubah nasib sang pemeran antagonis?
Archelo diam untuk sesaat sampai akhirnya dia melirik kedalam kelas ini. Terlihat jelas disana ada Chika yang membaca buku di bangkunya.
"Gua harap setelah insiden yang menimpa lo, lo berhenti bully murid-murid disini." ucap Archelo tegas. Aku tahu itu bukan saran— melainkan perintah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan senyuman tipis, aku mengangguk mantap. "Gak usah takut, gue gak akan apa-apain Chika lagi."
Aku tahu Archelo sedang memperingatkanku. Mungkin maksud ucapannya adalah .... Kalau aku berani membully Chika lagi, maka insiden itu akan terulang.
Dia diam menatapku seakan ucapanku barusan terdengar aneh. Tentu saja aneh, aku kan buka Amira yang asli.
Berhubung Archelo dan Chika tidak sekelas, Archelo sering berkunjung ke kelas Chika dan jadi jarang berada di kelasnya sendiri. Ini yang membuat Amira merasa kesal dan membenci Chika.
"AAAMIIIRAAAA~!" Teriakan yang melengking itu datang dari Fasya.
Archelo melirik kembarannya dengan malas dan langsung masuk kedalam kelas Chika.
Aku tersenyum kearah Fasya. "Pagi Sya." Sapaku hangat.
Dia tertegun sebentar sampai akhirnya mulai memelukku erat. "Gue kangen banget sama lo! Gue takut lo kenapa-napa! Lo gak kasih kabar, bahkan tiap gue dateng, lo gamau ketemu gue!"
Fasya adalah satu-satunya orang yang mengkhawatirkanku. Ini membuat lega karena setidaknya Amira mempunyai seseorang yang selalu ada untuknya.
"Maaf, aku butuh waktu buat sendiri.." sesalku memeluknya balik.
Fasya menangkup wajahku dengan kedua tangan. "Gue selalu ada buat lo. Cerita ke gue kalau ada apa-apa, oke?"
Aku mengangguk sekali dengan perasaan tak enak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku memasuki kelas bersama Fasya. Dia memberitahuku posisi dudukku yang rupanya di sebelah Archelo.
Aku mampu merasakan semua tatapan mengarah padaku dengan tajam. Aku bahkan bisa mendengar jelas bisikan dan cibiran mereka.