Amira masuk kedalam novel favoritnya. Menjadi seorang antagonis bukanlah hal yang Amira inginkan.
Semua orang membencinya.
Apakah Amira mampu mengubah nasib sang pemeran antagonis?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- Eɳʝσყ Rҽαԃιɳɠ! -
Aku menatap laki-laki tampan ini dengan saksama. Ntah kenapa, dia ... begitu familiar.
"Sakit?" Tanyanya melirikku dengan ekspresi datar.
Aku hanya mengangguk sesuai kenyataan yang ada. Kepalaku memang terasa sangat sakit.
Tak merespon anggukan ku, dia duduk di tepi brankar. "Sabar. Dokter bentar lagi datang." ucapnya pelan. "Istirahat lagi aja." lanjutnya menatapku dalam.
Oh? Apa ini? Kenapa dia baik banget?
"Kamu siapa, ya?" Tanyaku akhirnya. Jujur, aneh banget liat cowok ganteng kayak dia baik banget ke aku. Kenal aja ngga tapi baik banget, kan aneh.
Dia tertegun mendengar pertanyaanku.
Belum sempat dia menjawab, suara pintu terbuka membuat kami menoleh cepat,
"—Itu dok. Amira udah bangun!" Gadis berambut pendek tadi kembali masuk namun kali ini bersama dengan seorang dokter. Dia menunjuk kearahku dengan cemas.
Dia cewek yang kemarin nangisin aku di jalan.. kan?
Dokter memeriksaku dengan stetoskop dan menanyakanku beberapa pertanyaan terkait sakit di kepalaku.
Dia bahkan terlihat heran dengan kondisiku. Berkali-kali dia memeriksa ulang. "Lukanya udah sepenuhnya pulih." ucapnya tak percaya.
Aku menatap dokter dengan heran. Udah pulih? Gimana ceritanya aku pulih padahal semalem hampir mati??
Sekarang seisi ruangan menatapku dengan aneh. Yang benar saja! Aku juga ngerasa aneh kok!
☆彡
Amira sudah diperbolehkan pulang dan tidak perlu dirawat inap lagi. Hal tersebut justru membuat Fasya senang bukan main.
"Mir, gue tidur di rumah lo ya!" ucap Fasya sambil menggandeng tangan Amira. "Ya ya ya??? Ayo dong Amira~ Boleh ya??"
Amira mengernyit. Ia baru sadar— atau lebih tepatnya mengingat bahwa sedari tadi dirinya dipanggil Amira. Nama yang begitu familiar namun terdengar asing di telinganya.
Tubuh Amira sontak berhenti dengan spontan saat mengingat nama lengkap yang disebut Fasya sedari tadi.
