"Tidak bisa, temboknya terlalu tinggi."
- Dalsaka Anidya Segara.Sudah dua minggu sejak pertama kalinya Tiri masuk ke sekolah ini, pertemanannya dengan Naura, Zura, Attar dan Setha semakin erat. Dalsa yang biasanya hanya diam dan tidak banyak bicara perlahan ikut bergabung meski hanya menyimak percakapan mereka, hal itu berkat Naura yang berusaha mengajak Dalsa untuk bergabung.
Saat ini sudah 15 menit berlalu sejak bel berbunyi, namun tidak terlihat batang hidung Tiri muncul di kelas. Naura sempat menanyakan Zura yang ternyata tinggal sekompleks dengan Tiri.
"Ey Zur, pas lo berangkat sekolah lo barengan ma Tiri gak? Kan lu berdua satu kompleks." Tanya Naura sembari mengintip dibalik jendela.
"Yee mana gua tau, cuma sekompleks bukan serumah." Cetus Zura.
Naura serasa ingin menghajarnya jika saja atensinya teralihkan oleh sosok laki-laki yang baru saja datang dari ambang pintu.
"Lah tumben ni orang." gumam Naura sembari mengangkat satu alisnya.
Tiri duduk di kursi yang kini mejanya bersebelahan dengan meja Naura dan Dalsa, entah muncul darimana ide di otaknya untuk berpindah tempat.
"Eh tumben lu telat, Tir?" Attar yang baru selesai dengan bukunya berbalik menatap Tiri.
Kini posisi duduk mereka searah, Attar dan Setha berada satu baris di depan meja Tiri. Zura dan Tiri satu meja, sedangkan Dalsa dan Naura bersebelahan dengan meja nya.
"Motor gua mogok, terpaksa gua jalan kaki." Ucapnya.
Mereka hanya menganggukkan kepala, kemudian Attar kembali ke bukunya. Setha dan Zura sedari tadi hanya fokus dengan game.
"Ra, lo bawa buku matematika?" Tanya Tiri seusai memeriksa tasnya, ternyata ia lupa membawa buku matematika dimana mata pelajaran itu dibawakan oleh guru yang cukup ditakuti para murid disekolahnya.
"Yee lo nanya gue kayak emang paling rajin dah gue nyatet." balas Naura.
Tiri beralih menatap Dalsa, awalnya ia memberi kode ke Naura hanya saja cewek itu tidak paham dengan kode yang Tiri berikan.
"Erh, Dalsa. Gua boleh pinjam buku lo?" tanya Tiri dengan nada lembut, Naura yang mendengarnya merasa heran dengan gaya bicara Tiri ke Dalsa.
Dalsa menoleh ke arah Tiri, menatapnya sejenak lalu mengambil buku yang sudah ia siapkan di atas meja lalu memberikannya ke Tiri tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
'buset, ni cewek cuek bener.' Batin Tiri.
Sembari mengerjakan tugas, tiba-tiba diotaknya muncul sebuah ide yang cukup konyol untuk dirinya lakukan. Naura melihat Tiri tersenyum namun pandangannya mengarah ke buku.
"Jatuh cinta lu ma buku, Tir? Waduh, kelamaan jomblo kali lah." Celetuknya.
Senyum yang tadinya sedikit menampilkan deretan gigi depan kini kembali tertutup dan berubah menjadi ekspresi datar. Hal itu membuat Naura bingung, apa yang salah dari kata-katanya tadi? Pikirnya.
Tak berlangsung lama, Guru matematika yang tak di tunggu pun akhirnya datang dan membawa hawa menyeramkan di kelas mereka.
Selesai memberi beberapa ucapan dan pembukaan pelajaran, beliau dengan tegas mengatakan sesuatu yang membuat beberapa siswa-siswi di kelas mengeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRI : "Seamin namun tak seiman."
Teen Fiction"Bukan tentang cerita biasa, tetapi tentang sebuah perjalanan cinta di atas jembatan Masjid dan Gereja." - Allgatiri Putra abimayu. "Maaf, Kita memang satu amin tapi kita tak bisa satu iman." - Dalsaka Anidya Segara. Akankah kisah cinta Allgatiri da...