Di sebuah pusat konvensi besar yang penuh sesak dengan pengunjung, event terbesar bertema Jepang baru saja dimulai. Suasana ramai menyelimuti tempat itu—suara tawa, obrolan, dan kegembiraan terpantul di antara dinding-dinding kaca bangunan. Kilatan kamera terus menyala tanpa henti, berusaha mengabadikan setiap momen penting. Lorong-lorong penuh sesak oleh orang-orang yang mengenakan pakaian sehari-hari, serta mereka yang hadir dalam kostum-kostum spektakuler dari anime, game, dan manga.
Event ini bukan hanya sekadar perayaan budaya Jepang, tetapi juga surga bagi para cosplayer, di mana mereka bisa mengekspresikan diri melalui karakter-karakter yang mereka kagumi. Dari sudut mana pun, terlihat sosok-sosok ikonik dari berbagai fandom: Samurai dengan pedang katana, gadis-gadis manis berwajah imut dalam kostum mahou shoujo, serta makhluk-makhluk fantasi dengan sayap besar dan telinga runcing.
Di tengah-tengah kerumunan yang penuh warna, langkah berat terdengar. Seseorang dengan kostum hitam pekat, armor tebal yang dipenuhi dengan detail rumit, muncul di tengah keramaian. Pria itu tampak luar biasa—sosok yang tampak seperti keluar dari dunia lain. Setiap gerakan diikuti suara logam yang bergesekan, seolah-olah armor tersebut adalah asli, bukan sekadar kostum yang dirancang untuk sebuah acara.
Itu adalah Fahri, seorang cosplayer yang sudah lama berkecimpung di dunia cosplay. Hari ini, ia memilih mengenakan kostum karakter favoritnya, Raven, dari game terkenal Shadowland. Raven adalah seorang pahlawan bertopeng yang memiliki kekuatan kegelapan, dengan armor hitam yang menjadi ciri khasnya. Setiap lekukan pada baju besi yang Fahri kenakan dibuat dengan presisi luar biasa—helm yang berkilauan, detail ornamen di bahu, hingga lapisan-lapisan logam imitasi yang tampak seolah mampu melindunginya dalam pertempuran.
Butuh waktu berbulan-bulan bagi Fahri untuk membuat kostum ini. Ia memulai dari sekadar sketsa sederhana di atas kertas, hingga akhirnya mewujudkan gambaran yang ada dalam pikirannya menjadi sesuatu yang nyata. Setiap bagian dari armor tersebut ia buat sendiri di bengkel kecilnya. Helm besar yang menutupi sebagian wajahnya adalah hasil ukiran dari bahan fiberglass, dipadukan dengan cat hitam mengilap yang membuatnya tampak seperti logam asli. Pakaian yang dikenakannya bukanlah pakaian sembarangan; ia menggunakan bahan kulit sintetis yang dikerjakan dengan hati-hati, hingga terlihat seperti kostum prajurit elite yang siap berperang.
Pedang besar di punggungnya menambah aura misterius. Pedang itu, meskipun terlihat berat, sebenarnya terbuat dari bahan ringan namun kokoh. Setiap orang yang melihatnya pasti berpikir, pria ini benar-benar menyerupai karakter yang ia perankan. Orang-orang di sekitarnya mulai melirik dan berbisik, terpesona oleh detail luar biasa dari kostum tersebut. Fahri terbiasa dengan perhatian seperti ini, tetapi di balik armor dan topeng, ia sebenarnya seorang pria pemalu yang lebih nyaman bersembunyi di balik karakter yang ia mainkan.
Saat melangkah lebih jauh ke dalam gedung konvensi, Fahri merasa tenang. Di sini, di dunia cosplay, ia bisa menjadi siapa saja. Ia bisa menyembunyikan sifat pemalunya di balik wajah karakter yang ia mainkan. Di balik topeng dan kostum Raven, tidak ada yang tahu siapa dirinya sebenarnya. Di sini, dia adalah Raven—pahlawan yang kuat, tidak kenal takut, dan berani menghadapi apapun.
Setelah berjalan beberapa meter, Fahri berhenti sejenak di depan sebuah stan merchandise. Matanya mengamati berbagai barang dagangan bertema game dan anime favoritnya. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sosok lain di kejauhan—seorang cosplayer perempuan. Sesuatu tentang cara perempuan itu berdiri dan pakaian yang dikenakannya membuat Fahri tertarik. Pakaian yang ia kenakan sangat mirip dengan kostum karakter Kaguya, seorang putri yang memiliki kekuatan mistis dalam anime terkenal. Kostum itu luar biasa megah—gaun putih yang dipadukan dengan aksen merah dan emas, serta hiasan di bagian kepala yang menyerupai mahkota, menciptakan tampilan yang anggun dan kuat.
Namun, bukan hanya kostum itu yang menarik perhatian Fahri. Ada sesuatu yang lain—sesuatu yang berbeda. Perempuan itu, meskipun mengenakan kostum yang megah dan tampak formal, memancarkan aura santai dan menyenangkan. Ada senyum kecil yang mengintip di balik topeng setengah wajahnya. Perasaan ingin tahu yang kuat mulai muncul di benak Fahri. Siapa perempuan ini?
Dengan langkah penuh keyakinan, Fahri mendekat ke arah perempuan itu. Meski jantungnya berdegup kencang, ia mencoba untuk terlihat percaya diri. Suara helm yang bergesekan dengan armor semakin terdengar jelas saat jarak di antara mereka semakin dekat. Ketika ia sudah cukup dekat, Fahri membuka percakapan dengan suara yang terdengar berat karena tertahan oleh helm.
"Kostummu keren banget. Detailnya benar-benar sempurna," ucap Fahri sambil sedikit menganggukkan kepala.
Perempuan itu menoleh dengan lembut, dan mata mereka bertemu sejenak. Di balik topengnya, senyum yang lebih lebar muncul di wajah perempuan itu. "Terima kasih! Aku sendiri bikin ini. Oh ya, kostummu juga hebat banget. Kamu Raven dari Shadowland, kan?"
Fahri terkejut sejenak, tetapi kemudian ia tersenyum di balik helmnya. Jarang sekali ada orang yang langsung mengenali karakter yang ia perankan, apalagi seorang cosplayer perempuan. Kebanyakan orang yang ia temui hanya akan memuji kostumnya tanpa tahu dari mana asal karakter tersebut. Namun, perempuan ini berbeda. Ia mengenali Raven dengan tepat, bahkan terlihat seperti penggemar sejati.
"Iya, betul banget! Kamu pasti juga penggemar Shadowland?" jawab Fahri, suaranya terdengar lebih santai.
Mereka berdua mulai berbicara lebih lanjut tentang fandom mereka, membahas berbagai karakter dan cerita dalam game tersebut. Fahri baru tahu bahwa nama perempuan itu adalah Nara. Nara ternyata bukan hanya seorang cosplayer, tapi juga seorang pembuat kostum yang sangat berbakat. Ia bercerita bagaimana ia mendesain dan membuat kostumnya sendiri, bahkan hingga larut malam selama berbulan-bulan untuk memastikan semuanya sempurna. Seperti halnya Fahri, cosplay bagi Nara adalah bentuk pelarian dari kehidupan sehari-hari yang terkadang monoton. Di dalam kostum Kaguya, ia bisa menjadi seorang putri yang kuat, memerintah kerajaan dengan bijak dan berani. Namun, di balik kostum itu, ia adalah seseorang yang ramah dan penuh semangat.
Percakapan mereka berlangsung ringan namun penuh gairah. Mereka berbicara tentang bagaimana rasanya menjadi cosplayer, tantangan yang dihadapi saat membuat kostum, serta perasaan bangga ketika orang-orang memuji karya mereka. Seiring waktu, mereka menyadari bahwa mereka memiliki banyak kesamaan—mulai dari fandom, selera musik, hingga kecintaan mereka terhadap budaya pop Jepang.
Hari itu, Fahri merasa seperti menemukan seseorang yang benar-benar memahami dunianya. Di tengah keramaian event yang penuh warna, pertemuan tak terduga ini perlahan-lahan mengubah cara pandangnya tentang cosplay dan tentang dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan di balik topeng
Storie d'amoreDi tengah gemuruh pengunjung dan kilatan kamera yang berbaris di sepanjang lorong, event Jepang terbesar tahun ini diadakan. Cosplayer dari berbagai fandom berkumpul, masing-masing menampilkan karakter favorit mereka dengan penuh kebanggaan. Di anta...