🌊BAB 3🌊

84 49 42
                                    

      ‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊  ꒰ Happy Reading ꒱  ︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      ‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊
  ꒰ Happy Reading ꒱
  ︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶

Ashley memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya di Bandung, sekadar mengambil sisa barang-barang yang tertinggal.


Sudah lama ia tidak menginjakan kaki di rumah itu, sejak memilih tinggal di apartemen yang lebih dekat dengan kampusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lama ia tidak menginjakan kaki di rumah itu, sejak memilih tinggal di apartemen yang lebih dekat dengan kampusnya. Saat tiba, ibunya menyambut dengan hangat, namun di wajahnya tersirat harap yang mungkin tak terucapkan.

"Kamu nggak ada niatan tinggal di sini lagi, Dek?" tanya sang ibu lembut, penuh harap.

Ashley tersenyum tipis, sedikit menundukkan kepala sebelum menjawab, "Nggak ada, Bun. Aku lebih nyaman di apartemen. Lebih dekat sama kampus, dan hati aku juga lebih tenang di sana."

Ibunya mengangguk pelan, meski tampak jelas ada sedikit kekecewaan di matanya. Ashley tak ingin memperpanjang suasana. Ia pun segera bergegas menuju kamar lamanya. Kamar yang dulu dipenuhi dengan segala kenangan masa kecil dan remajanya. Begitu masuk, rasa rindu seketika menghampirinya, menyeruak di sudut hatinya yang paling dalam.

 Begitu masuk, rasa rindu seketika menghampirinya, menyeruak di sudut hatinya yang paling dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue kangen tinggal di sini," gumamnya lirih, menatap setiap sudut ruangan.

Namun, kenyataan telah berubah. Ada hal yang membuat Ashley enggan tinggal dirumah ini lagi.

Arsenio yang kini sedang mempersiapkan pernikahannya dengan Grisella, gadis yang entah kenapa selalu membuat Ashley merasa tak nyaman. Hubungan Ashley dengan abangnya mulai renggang sejak Arsenio menjalin cinta dengan Grisella. Bagi Ashley, ada sesuatu yang tidak beres dengan kehadiran gadis itu. Terlalu sering Grisella menginap di rumah, seolah sudah menjadi bagian dari keluarga, padahal Ashley merasa dia belum sepenuhnya mengenal siapa Grisella sebenarnya.

"Kalau aja abang nggak sama Grisella, mungkin aku masih betah tinggal di sini," ujar Ashley dalam hati, menahan kekesalan yang kembali muncul.

Setelah mengemasi barang-barangnya, Ashley pun berpamitan kepada ibunya. "Bun, aku pulang dulu ya. Nanti kapan-kapan aku ke sini lagi."

Sang ibu tersenyum meski berat melepas anak bungsunya itu. "Iya, Dek. Hati-hati di jalan ya."

Ashley pun pergi meninggalkan rumah itu, menaiki Honda Civic black kesayangannya. Namun, saat hendak keluar dari gerbang, pandangannya langsung tertuju pada Arsenio dan Grisella yang sedang berdiri di dekat pintu keluar, seolah sengaja menghalangi jalannya.

 Namun, saat hendak keluar dari gerbang, pandangannya langsung tertuju pada Arsenio dan Grisella yang sedang berdiri di dekat pintu keluar, seolah sengaja menghalangi jalannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan sengaja, Ashley menurunkan kaca mobilnya dan berkata dengan nada sinis, "Kalau mau pacaran, nggak usah ngehalangin jalan. Norak banget!"

Grisella, dengan senyuman yang penuh ejekan, membalas, "Apa sih, iri lo?"

Kata-kata itu membuat darah Ashley mendidih. "Cewek mana yang iri sama cewek nggak jelas asal-usulnya kayak lo?" balasnya tajam.

Arsenio yang tampak tak nyaman dengan situasi itu, langsung menengahi. "Stop, Ashley!" ucapnya tegas.

Namun, Ashley tak kalah cepat menjawab, "Okay, bye perusak hubungan keluarga."

Tanpa menunggu reaksi lagi, Ashley langsung menginjak pedal gas, meninggalkan rumah itu dengan hati yang penuh amarah.

To be continue...

Pacific and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang