🌊BAB 5🌊

52 39 31
                                    

      ‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊  ꒰ Happy Reading ꒱  ︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      ‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊
  ꒰ Happy Reading ꒱
  ︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶

Beberapa hari setelahnya, penghuni baru akhirnya menempati unit kosong di sebelah apartemen Ashley. Rasa penasaran Ashley memuncak, ingin tahu siapa yang kini menjadi tetangganya. Untuk menyambut dengan ramah, ia memutuskan membuat sekotak cookies untuk diberikan kepada penghuni baru tersebut. Dengan cookies di dalam totebagnya, Ashley mengetuk pintu tetangganya.

"Permisi, Mas atau Mbak, saya mau kasih makanan nih," ucap Ashley dengan sopan.

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria yang hanya mengenakan celana panjang dengan telanjang badan. Pemandangan itu membuat Ashley terkejut, buru-buru menutup matanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya tetap menggenggam totebag cookies.

"Mas, tolong pakai baju dulu, aurat," kata Ashley dengan canggung.

Pria itu tersenyum kecil, tampak sedikit bingung, lalu menjawab, "Oh, iya, oke."

Setelah pria itu mengenakan kaosnya, ia kembali ke pintu dan menatap Ashley dengan lebih serius. "Gue udah pakai baju. Jadi, lo ada perlu apa?" tanyanya dengan nada tak sabar.

Ashley menurunkan tangannya, dan betapa terkejutnya dia saat melihat pria di depannya itu. Liam. Pria yang selama ini selalu membuatnya kesal dan jengkel. "Lo?" ucap Ashley, suaranya dipenuhi kejutan.

Liam tampak sama terkejutnya. "Lo? Cepetan, ada perlu apa lo?" tanyanya dengan nada yang lebih kasar.

Ashley menatapnya sebentar, lalu menggeleng. "Gak jadi," katanya, berbalik hendak pergi.

Namun, sebelum ia sempat melangkah jauh, Liam menahan pergelangan tangannya. "Ini buat gue, kan?" tanyanya sambil melirik totebag yang masih dipegang Ashley.

"Pede banget lo," jawab Ashley ketus.

"Bukan soal pede. Lo sendiri tadi yang bilang mau kasih cookies, kan?" sahut Liam, tetap mempertahankan sikapnya yang santai.

Dengan enggan, Ashley menyerahkan totebag berisi cookies itu. "Nih, ambil aja," ucapnya singkat sebelum bergegas kembali ke unitnya, mencoba menghindari perasaan kesal yang kini bercampur dengan rasa bingung.

Liam masuk ke apartemennya, membuka totebag itu, dan mengambil satu cookies. Setelah mencicipinya, ia tampak terkejut. "Gila, ini cookies terenak yang pernah gue makan," gumamnya tak percaya. "Cookies terngeunah terlezat terdelicious yang pernah gue cobain," tambahnya sambil tersenyum puas.

Sementara itu, di unit sebelah, Ashley hanya bisa menggelengkan kepala. Ia masih tidak percaya bahwa Liam, orang yang selama ini membuatnya kesal, kini tinggal tepat di sebelah unitnya. "Kenapa harus dia? Kenapa bukan orang lain?" keluh Ashley, merasa ini seperti mimpi buruk yang terlalu nyata. "Ini mimpi buruk. Bukan sekadar mimpi buruk."

Pacific and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang