Bite Mark?

175 28 1
                                    

M/n segera mencari kotak P3K yang biasanya tersimpan di sudut ruangan UKS. Ia merasa sedikit gugup, tetapi berusaha untuk tetap tenang. Setelah menemukan kotak tersebut, ia berbalik dan mengisyaratkan agar pria itu duduk di tempat tidur.

"Silakan duduk di sini," ucapnya, menunjukkan tempat tidur yang terletak di dekat jendela. Pria itu menurut, duduk dengan tenang, meskipun masih ada sedikit senyum di wajahnya, seolah menikmati situasi ini.

"Sunbae, apakah ada luka lain selain di wajah?" tanya M/n sebelum membuka kotak P3K.

Pria itu tampak berpikir sejenak, lalu mulai membuka kancing bajunya dan menurunkan sedikit celananya untuk menunjukkan luka di bagian perut bawah. M/n langsung merasa canggung dan mulai panik.

"Sunbae, a- apa yang Anda lakukan?" suaranya terbata.

Pria itu tersenyum kecil, seolah mengerti kesalahpahaman M/n. "Tenang saja, aku tidak bermaksud macam-macam. Beberapa saat yang lalu aku hampir terkena tusukan. Untung saja aku bisa menghindar, meski sedikit terkena pisau."

M/n tercengang mendengar penjelasan tersebut. 'Hampir terkena tusukan?!' pikirnya. Saat melihat lebih dekat, ada sayatan yang cukup panjang secara horizontal di bagian bawah perut. Tidak heran M/n tidak melihatnya saat di toilet tadi.

"Baiklah, sunbae. Saya akan mulai mengobatinya," kata M/n dengan nada lebih tenang, sambil mengambil perlengkapan yang diperlukan, yaitu antiseptik, kapas, dan perban.

M/n mencoba fokus pada tugasnya, meskipun ia bisa merasakan tatapan pria itu yang seolah memperhatikan setiap gerakannya. Tatapan itu membuatnya merasa sedikit canggung, tapi ia memilih untuk tidak menanggapi dan tetap berkonsentrasi.

Setelah persiapan selesai, M/n mendekat dan mulai membersihkan luka sayatan di bagian bawah perut pria tersebut. "Sunbae, mohon tahan sebentar. Ini mungkin akan terasa sedikit perih," ujarnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap profesional.

Pria itu hanya mengangguk, ekspresinya tidak berubah meski terlihat menahan rasa sakit. M/n bekerja dengan cepat namun hati-hati, memastikan bahwa lukanya dibersihkan dengan benar sebelum melanjutkan dengan perban.

Saat M/n mengoleskan antiseptik, pria itu mengerang pelan, mencoba menahan rasa sakit.

'Apakah dia benar-benar terlibat dengan gangster?' pikir M/n sambil tetap fokus pada tugasnya.

Setelah selesai mengoleskan antiseptik, M/n segera membalut luka di bagian bawaah perut pria itu dengan hati-hati. Selanjutnya, ia menatap luka di sudut bibir pria tersebut, lalu berhenti sejenak. Ia tahu posisi itu bisa membuat situasi menjadi lebih... canggung.

Pria itu menyadari keragu-raguan M/n. Dengan senyum jahil di wajahnya, dia berkata, "Apa kau khawatir aku akan menggigitmu?"

M/n sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, lalu dengan cepat menggeleng. "Bukan itu. Hanya saja, saya tidak ingin membuat situasi ini jadi lebih aneh."

Pria itu tertawa pelan, suaranya hangat dan sedikit menenangkan. "Tenang saja, aku tidak akan menggigit. Aku bukan tipe orang yang akan melakukan hal itu."

M/n menaikkan alisnya, merasa sedikit lega meskipun tetap waspada. "Baiklah, kalau begitu. Mari kita lanjutkan."

Ia kembali fokus, mengambil antiseptik lagi untuk membersihkan sudut bibir pria itu yang terluka. Gerakannya pelan dan hati-hati, berusaha tidak membuat pria itu merasa lebih tidak nyaman dari yang seharusnya.

Saat M/n mulai membersihkan sudut bibir pria itu, keheningan menyelimuti mereka. Hanya terdengar suara napas pelan dan gerakan tangan M/n yang hati-hati. Tatapan pria itu tak pernah lepas dari wajah M/n, seolah ingin membaca setiap ekspresi yang muncul.

my three annoying brother x male readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang