HILDA SALSA SEPTIANI

785 14 2
                                    

Menjelang jam istirahat siang, sekitar jam setengah dua belas, Dokter Asro keluar dari ruangannya. Tujuannya hendak ke kantin untuk makan siang. Dokter Asro ini adalah dokter ahli kelamin dan organ dalam. Pembawaannya yang kalem tapi berwibawa membuat Dokter Asro disenangi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran di salah satu universitas terbaik di kota ini.

Dokter Asro melintas di depan Laboratorium Patologi Klinik. Tanpa sengaja, Dokter Asro menatap seorang mahasiswi yang sedang duduk di depan laboratorium. Wajah mahasiswi itu begitu suram, terlihat sangat menyedihkan. Dokter Asro menjadi tertarik untuk mendekati mahasiswi itu.

“Kamu kenapa? Saya lihat kamu seperti sedang ketakutan.” Dokter Asro menyapa mahasiswi itu dengan suara pelan.

“Eh… Dokter… tidak… tidak ada apa-apa kok, Dok.”

“Tidak ada apa-apa kok wajahmu muram begitu?”

Mahasiswi itu terlihat panik, “Itu… saya… saya… aduh… gimana ya ngomongnya, Dok? Saya takut dan malu, Dok.”

Dokter Asro  tersenyum, “Malu? Memangnya kamu ngapain? Ketahuan nyolong?”

Mahasiswi itu menggeleng, “Bukan, Dok. Ini soal kuliah saya. Sebentar lagi saya Praktikum Analisis Sperma, Dok.”

“Ooo… mata kuliahnya Dokter Marbun?”

Mahasiswi itu mengangguk.

“Terus… kenapa kok takut?”

“Saya… saya belum dapat sampel sperma, Dok.”

“Loh… kan tinggal minta ke temen-temen cowok di kelasmu. Memangnya gak ada yang mau ngasih?”

Mahasiswi itu menggeleng, “Saya malu bilangnya, Dok. Aduh… mana praktikumnya sebentar lagi dimulai.”

“Jam berapa praktikum kamu?”

“Jam satu nanti, Dok.”

Dokter Asro melihat jam tangannya. Sudah hampir jam dua belas. Artinya tinggal satu jam lagi Praktikum Analisis Sperma dan mahasiswi ini belum dapat sampel sperma. Agak pelik memang masalah ini, batin Dokter Asro.

“Andai kamu gak dapet sampel sperma, gimana?”

Mahasiswi itu terlihat semakin kalut, “Aduh Dokter… kalau saya gagal di praktikum ini, besar kemungkinan saya akan gagal juga di mata kuliah Dokter Marbun dan itu artinya… saya harus mengulang tahun depan lagi. Mata kuliah Dokter Marbun hanya ada di semester genap, Dok.”

Dokter Asro mengangguk, “Iya, saya tau.” Dokter Asro garuk-garuk kepala sebentar, “Oke, siapa namamu?”

“Hilda Salsa Septiani, Dok. Biasa dipanggil Salsa.”

“Oke, Salsa. Kalau kamu mengulang tahun depan, permasalahannya apa?”

“Dokter… saya anak orang miskin. Untuk membayar uang semester saja orang tua saya harus kerja ekstra keras. Itulah sebab kalau bisa setiap mata kuliah dan praktikum, saya harus lulus. Dokter bisa tolong saya?”

“Kamu yang harus menolong dirimu sendiri, Salsa.”

“Saya akan melakukan apa saja asal saya bisa dapat sampel sperma, Dok. Plis Dok… tolongin saya. Sebentar lagi jam satu, Dok.” Salsa hampir menangis.

“Oke. Kita harus gerak cepat. Kamu ikut saya sekarang.” Dokter Asro balik badan dan Salsa segera mengekor di belakangnya.

Ternyata Dokter Asro membawa Salsa ke parkiran. Dokter Asro masuk ke salah satu mobil yang terbilang mewah dan dengan perintah yang tegas Dokter Asro menyuruh Salsa untuk masuk. Salsa patuh. Dia masuk dan duduk di sebelah Dokter Asro.

PEREMPUAN DALAM IMAJINASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang