Akhir-akhir ini kehidupan rumah tangga aku dengan Destine, istri aku tercinta, memang agak goyah alias tidak stabil. Destine sering uring-uringan dan yang kerap jadi bahan permasalahan adalah jam pulang aku dari klinik tempat aku praktik. Sebagai dokter, tentu aku tidak bisa meninggalkan pasien yang sudah antre lama, meskipun itu sudah masuk jam pulangku. Aku harus tetap melayani semua sampai selesai dan itu yang Destine mulai tidak suka. Entahlah.
"Aku kesepian, Mas. Aku tak punya kawan ngobrol kalau aku sudah di rumah."
Begitu alasan Destine. Destine adalah seorang guru. Jam kerjanya selesai di jam dua siang dan jam tiga dia sudah di rumah. Sementara itu, aku sudah berada di klinik tempatku buka praktik. Aku baru pulang sekitar jam delapan malam.
Permalsalahan ini agaknya sedikit tertolong dengan kehadiran Endah, adik kandung Destine. Endah bilang dia akan mengurus surat pindah ke Kota K. Untuk itu, dia akan tinggal di rumah kami sedikit agak lama. Aku tidak pernah mempermasalahkan hal ini. Toh dulu juga ketika aku masih bekerja di Kota K, aku tinggal di rumah mertua dan Endah masih tinggal di situ juga. Kami tinggal serumah dan semua berlangsung baik-baik saja.
Endah ini tipe perempuan yang sopan kalau berpakaian. Busananya selalu tertutup dan tak pernah mengundang birahi. Namun, kadang kala aku sempat tergiur juga dengan lekuk tubuhnya yang sintal. Apalagi kalau Endah pakai daster pendek dan dia berdiri di depan pintu. Siluet tubuhnya akan menerawang dan seketika hal itu bikin kontolku ngaceng. Tubuh Endah ini tidak kurus, tapi tidak gendut juga. Sintal. Bahenol. Dadanya penuh dan bongkahan pantatnya membusung indah. Pakai daster pun, lekuk tubuhnya akan tetap tercetak dengan sempurna.
Pernah di suatu pagi, saat aku akan berangkat kerja, Endah ketiduran di sofa dengan televisi yang masih menyala. Kulihat, kaki Endah agak mengangkang. Terbuka sedikit. Dadaku berdegup kencang. Mumpung Destine sudah berangkat kerja, kucari kesempatan untuk mengintip selangkangan Endah. Kapan lagi kesempatan kayak gini bisa aku dapatkan, pikirku.
Paha Endah putih sekali. Tipe paha yang sintal, padat, dan sedikit agak besar. Ukuran paha kesukaanku. Aku memang tidak suka paha yang kurus dan langsing seperti paha para model di tivi itu. Paha seperti itu tidak terlalu bisa membangkitkan gairahku. Tapi kalau paha Endah ini, ya ampun... sudah putih, padat, mulus lagi.
Endah pakai celana dalam warna hitam yang mengintip sedikit di celah selangkangannya. Aku menelan ludah berkali-kali. Ingin benar saat ini juga aku jilati gundukan pepeknya yang tembem itu. Tapi... Ah... tidak boleh. Dia adik iparku. Selama ini dia sudah sangat baik kepadaku. Dia sudah benar-benar menganggapku abangnya.
Tapi... tapi... pemandangan di hadapanku ini sangat sulit untuk aku tinggalkan. Paha yang putih dan sangat mulus itu sungguh benar-benar sudah membangkitkan gairahku. Aku ingin ngentot dengan Endah pagi ini juga. Tapi aku takut. Aduhhh... bagaimana ini?
Akhirnya, aku seperti mendapat ilham. Coli sambil melihat paha mulus Endah tentu lumayan nikmat, meskipun tidak senikmat ngentot beneran. Tak masalah. Yang penting paha mulus itu belum tertutup.
Pelan-pelan kukeluarkan kontolku yang sudah ngaceng maksimal. Mataku tak berpindah dari paha mulus Endah dan celana dalam warna hitam yang mengintip sedikit itu. Aku berlutut di ujung sofa. Selangkangan Endah persis di hadapanku.
Kukocok kontolku pelan-pelan. Aku tak berani sambil mendesah. Aku takut Endah terbangun. Aku hanya bisa coli sambil membayangkan aku ngentotin Endah saat ini. Dalam imajinasiku, Endah aku bangunkan dan dasternya aku singkap ke atas. Lalu, celana dalam warna hitam itu aku tarik turun. Seketika terbukalah semua dan terpampanglah pepek Endah yang ditutupi oleh jembut hitam yang tebal. Pepek yang ranum itu segera aku jilati dengan rakus. Kelentitnya aku gigit-gigit kecil dengan bibirku. Lobang pepek Endah aku tusuk-tusuk dengan lidahku. Endah merintih dan menjerit kecil.
"Awhhh... Abang... udah Bang... Udaaahhh... Adek ndak kuat, Bang... Adek mau keluar... aaaccchhh... aaaccchhh... ihhhhh... ssshhhh... AAAAACCCHHH..." Endah orgasme dan cairan kenikmatannya aku jilati sampai bersih. Lalu, aku berimajinasi naik ke sofa. Paha Endah yang sintal itu aku buka lebar-lebar, aku kangkangkan maksimal. Kontolku aku arahkan ke lobang pepeknya yang merekah sempurna. Lalu, pelan-pelan kontolku aku tusukkan ke lobang pepek yang sudah sangat licin itu.
Kontolku masuk. Masuk ke dalam lobang pepek Endah. Rasanya hangat sekali dan sungguh nikmat. Lalu kontolku aku tarik pelan-pelan. Ya ampuuunnn... enak sekali rasanya. Setelahnya, kontolku mulai keluar-masuk dalam lobang pepek Endah. Makin lama makin cepat. Seiring aku yang makin cepat juga mengocok kontolku sendiri.
"Bang... aaaccchhh... aaacccchhhh... Abang... kontol abang besar. Pepek Adek jadi penuh sesak... aduuhhhh... isshhhh iyaaa... iyaaaaa... terus Abang... terussss... entotin Adek dengan brutal... sodok pepek Adek dalam-dalam aaaaccchhh... oh yesss... sodok dengan kontol Abang yang besar dan panjang itu... aaaaaaacccchhhh... Adek keluar lagi Abaaaaangggghhhh..."
Aku terus berimajinasi. Kontolku terus aku kocok. Mataku tak lepas dari paha putih yang terpampang di hadapanku ini. dan... akhirnyaaa... kontolku memuntahkan sperma yang sangat banyak. Sperma itu muncrat di sofa bagian bawah. Sialan, aku lupa menyambar tissue. Ah, itu urusan nanti.
Setelah membersihkan ujung kontolku dari sisa-sisa sperma, aku segera memasukkan batang kontolku yang mulai mengendur ke dalam celana. Paha Endah yang sintal itu aku foto dengan kamera Hp. Aku ambil sebanyak mungkin dari berbagai sudut. Bagian celana dalamnya yang mengintip itu aku zoom. Hasilnya lumayan. Tak lupa, wajah Endah yang tertidur pulas juga aku foto. Terakhir, seluruh tubuh Endah aku videokan. Mulai dari wajahnya yang tertidur, susunya yang membusung indah, sampai ke pahanya yang mengangkang sedikit. Video satu menit ini akan jadi bahan coli yang nikmat nantinya. Coli sambil membayangkan ngentot dengan Endah kalau dia sudah kembali ke Kota K. Mantap. Aku tersenyum licik.
Kemudian, Endah aku bangunkan. Aku pamit berangkat kerja. Kukatakan kalau aku pulang sekitar jam delapan malam. Endah lalu duduk dan membetulkan dasternya yang tersingkap sedikit. Mataku sempat singgah ke situ, ke sepasang paha yang terbuka walau cuma sebentar. Endah tersenyum, "Gak sengaja, Bang." Kata Endah. Aku mengangguk dan cepat-cepat pergi. Bahaya kalau aku masih di sini. Bisa-bisa Endah aku perkosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEREMPUAN DALAM IMAJINASI
FantasiHai... Sudah lama gw gak nulis. Sejujurnya gw masih kecewa dua cerita gw dihapus permanen sama wp. Ngarangnya capek. Gak ada arsip. Tau-tau dihapus gitu aja. Kesel ga tuh? Ini gw mulai nulis lagi. Nama tokoh dalam cerita kali ini bebas. Kalian bisa...