3.Berurusan dengan monster

7 6 0
                                    

"Davit itu siapa?"

Jordan menghela napas sejenak. Teman sekamar barunya ini benar-benar di luar nurul.

"Davit itu salah satu mahasiswa terbaik di kampus. Dia juga merupakan anak dari orang yang sering berdonasi terbesar. Plus, dia juga penghuni asrama A yang aku ceritakan tadi. Kau jangan mau berurusan dengannya, atau hidupmu tidak akan tenang, Radit." Jordan menjelaskan panjang lebar mengenai lelaki yang ternyata bernama Davit itu.

Sejenak Radit kurang memahami pemaparan Jordan, pikirnya dia terlalu berlebihan menjabarkan sosok lelaki berwajah kaku itu.

"Ah, masa, sih sampai segitunya?"

"Astaga Radit. Intinya jangan menggangu orang itu. Jika hidupmu di kampus ini mau tenang. Jangan bawa-bawa aku dalam masalahmu, oke!"

Radit berdecih remeh lalu menggedigkan bahunya tidak peduli.

"Si wajah kaku itu mana bisa membuatku takut, cih. Sudahlah kita makan mie instan saja, kuy," ujarnya sembari melanjutkan langkahnya kembali ke asrama.

Bicara saja sok berani padahal beberapa saat lalu dirinya ketakutan hanya karena melihat tatapan mata yang tajam dari Davit.

Memang agak sembrono dan naif anak bernama Radit ini.

Di sisi lain Davit yang sekarang sudah berada di kamar VIP nya tengah duduk santai sembari menatap ke luar sana melalui jendela kamarnya.

Di sela-sela dirinya menyeruput secangkir kopi, di tangan kirinya terdapat sebuah kalung liontin yang terus ia tatap dengan tatapan sinis.

"Mati kau sialan. Berani membuatku malu di tempat umum, akan ku balas kau jauh lebih mengerikan!" lirih Davit bermonolog.

Nampaknya perbuatan Radit tadi akan dia bayar dengan balasan yang cukup mahal.
Pasalnya Davit memang orang yang tidak terlalu mempedulikan orang-orang yang membencinya, tetapi kejadian tadi membuat matanya terbuka agar membalas manusia-manusia yang terus saja mengusik kehidupannya yang tenang.

...

Pukul tujuh malam.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat.

Kini Radit dan Jordan sedang mengobrol ria, lebih tepatnya menggibah.

Padahal mereka baru beberapa jam bertemu, tetapi seperti sudah bestie yang sudah kenal lama.

Pembawaan sikap Jordan yang ramah memudahkan Radit untuk beradaptasi. Meski memiliki fisik yang rupawan dan termasuk good looking, rupanya tidak membuat Jordan besar kepala. Meski kadang-kadang agak narsis juga. Apalagi ketika ada mahasiswi yang dengan malu-malu meminta nomor WhatsApp-nya, pasti dia merasa paling superior di sana.

"Dit, kau tidak mau mandi? Tadi, 'kan kau tidak mandi," tegur Jordan setelah menyadari jika Radit belum membersihkan diri setelah beres-beres kamar.

Radit pun segera bergegas menuju kamar mandi yang ada di dalam untuk membersihkan diri.

Setelah setengah jam barulah pria itu keluar sudah lengkap menggunakan baju ganti kemudian menuju meja belajarnya, seperti hendak mengambil sesuatu.

Namun, melihat benda itu tak ada di sana, dahi Radit berkerut. Semakin berkerut ketika mencari ke mana-mana ternyata memang tak ada. Lantas dirinya bertanya pada Jordan yang sedang olahraga ringan sembari menonton televisi berukuran mini.

"Jordan"

"Apa? Sudah beres mandinya?"

"Sudah. Apa kau melihat kalung yang aku simpan di atas mejaku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang