Asher terbaring di kasur, menatap kosong ke langit-langit. Pikirannya berkelana, memikirkan apakah sifat bosnya yang dingin dan keras itu hanya untuk beberapa orang saja? Mengapa sifatnya kepada Asher berbeda seperti memiliki kepribadian ganda.
Tubuhnya mulai memanas, gelisah semakin merasuk. Gejala heat yang menyerangnya kian terasa. Ia segera meraih tasnya dan mulai mengacak-acak isinya, mencari suppresant. Sial, hanya ada satu pil tersisa. Padahal, untuk menekan heat, dia butuh dua.
Asher duduk termenung sejenak, mencoba memikirkan solusinya. Pembantunya pak Calljm mungkin punya suppresant, pikirnya. Tanpa menunggu lebih lama ia segera bangkit dan bergegas menuju dapur, tempat di mana biasanya Bi Shinta berada.
Namun ketika tiba di dapur Asher tidak menemukan sosok Bi Shinta di sana. Setelah ragu beberapa saat, ia memutuskan untuk mencari kotak obat di rumah ini. Asher sadar kalau tindakannya ini kurang sopan tapi ia tak punya pilihan lain. Dia sangat butuh suppresant.
Tangannya mulai membuka satu per satu kabinet dapur, berharap menemukan kotak obat. Namun hasilnya nihil.
"Hayoh ngapain..." tiba-tiba suara Bi Shinta mengagetkannya. Tangan Bi Shinta menepuk pundak Asher, membuatnya sedikit terlonjak.
"Aduh bu.... ngagetin aja," ujar Asher sambil menghela napas lega.
Bi Shinta tertawa kecil. "Lagi cari apa di sini, dek?"
"Aku nyari kotak obat, bu..."
"Loh, kamu sakit?" tanya Bi Shinta, kali ini nada suaranya terdengar lebih khawatir. "Panggil saya bibi aja, saya gak biasa dipanggil ibu dirumah ini. Berasa aneh, hehe." Lanjutnya
"Eh iya bi.... Apa bibi punya suppresant buat omega heat yang kayak gini?" Asher memperlihatkan bungkus suppresant-nya kepada Bi Shinta.
Bi Shinta mengambil bungkus itu, memeriksanya sebentar. "Oh, ada. Siapa yang heat?"
"Aku," jawab Asher sambil menghela napas.
Mata Bi Shinta membelalak kaget. "Kamu omega?"
Asher mengangguk pelan.
"Jangan bohong!"
"Nggak, beneran. Second gender aku memang omega, bi."
"Tapi, dek... Badan kamu itu loh, kayak alpha pada umumnya. Bibi pikir kamu alpha, tadinya bibi mau ngenalin kamu ke anak bibi," kata Bi Shinta dengan canda walau masih terlihat sedikit bingung.
Asher terkekeh. "Itu karena aku rajin olahraga, bi. Ditambah genetik orang tua juga berpengaruh."
Bi Shinta hanya mengangguk paham, lalu segera mengambil kotak obat dari nakas di ruang tengah. Tak lama kemudian ia kembali dengan suppresant dan menyerahkannya kepada Asher.
"Nih, buat kamu," katanya sambil menyodorkan obat itu.
Asher segera mengambil dua pil suppresant dan menelannya sekaligus tanpa air, Toh rasanya hambar.
"Kok minum dua sekaligus?" tanya Bi Shinta, terkejut.
"Memang selalu begitu, bi. Kalau nggak minum dua heat aku bisa makin parah dan merepotkan."
Bi Shinta menghela napas. "Jangan terus-terusan kayak gitu, dek. Nggak sehat. Mending kamu cari alpha aja."
Asher hanya tertawa canggung. "Hehe iya, bi. Tapi sekarang aku masih fokus cari uang dulu."
"Uang mah nanti juga datang sendiri kalau jodoh udah ketemu," kata Bi Shinta sambil tersenyum penuh arti.
"Haha iya..." jawab Asher, meski dalam hatinya ia tak sepenuhnya yakin.
***
Keesokan paginya, Asher keluar dari kamar bersamaan dengan Callum.
"Pagi Asher." sapa Callum santai.
Asher menatap sekilas dan mengangguk. "Pagi, Pak."
"Ayo sarapan dulu, baru kita berangkat ke kantor."
Tanpa banyak kata, Asher mengangguk lagi. Keduanya menuruni tangga dan menuju dapur, di mana Bi Shinta sudah menyiapkan makanan di meja.
Melihat Callum tiba, Shinta segera menghampirinya. "Maaf, Pak, sarapannya kali ini cuma sayur. Akhir-akhir ini Bapak sudah terlalu sering makan daging, jadi saya buat menu yang lebih sehat."
Callum terkekeh pelan. "Gak masalah, Bi."
Asher duduk agak jauh dari Callum, tetap diam sambil mulai memakan sarapannya.
Sambil sesekali membicarakan pekerjaan, tiba-tiba Asher berhenti makan. Ada aroma pheromones yang tercium samar. Dia melirik Callum. "Pak, Anda mengeluarkan pheromones ya? Maaf kalau pertanyaannya kurang sopan."
Callum tampak bingung sejenak. "Hah? Saya gak merasa... Eh, apa mungkin saya ngeluarin tanpa sadar? Maaf ya, bikin kamu gak nyaman?"
Asher buru-buru menggeleng. "Enggak, Pak..."
"Enggak gimana? Setahuku, kalau alpha lain mencium pheromones alpha, itu bisa bikin sesak napas."
"Oh, begitu ya..." gumam Asher dengan nada sedikit pelan. Sejujurnya, baru kali ini dia mendengar soal itu.
Setelah selesai sarapan, keduanya langsung pergi ke kantor.
Asher dan Callum tiba di kantor bersamaan, membuat beberapa karyawan terlihat heran. Callum segera disapa oleh banyak rekan kerja dan langsung membicarakan pekerjaan. Asher merasa tidak ingin mengganggu ia memilih untuk meninggalkan Callum dan berjalan ke mejanya.
Setelah menaruh tas dan menyalakan komputer. Tyler yang duduk di sebelahnya menggoda, "Ciee... datang bareng Pak Callum nih."
Asher hanya mendengus pelan, "Cuma numpang doang, biasa aja."
Luke mendekat sambil membawa secangkir kopi. "Lu sampe rumah selamat kan? Gaada bencana atau apapun?"
Asher memutar kursi ke arah Luke. "Gara-gara lu, gue harus nginep di rumah Pak Callum!"
Luke tampak kaget. "Nginep?!"
Asher mengangguk. "Iya, lah! Rumah gue jauh, terus gue ketinggalan bus terakhir."
Luke hanya tertawa, menikmati situasi itu.
Setelah suasana agak tenang, Asher mengajak, "Eh, nanti pulang kerja pergi ke kafe yang baru buka di pertigaan itu yuk?"
Luke terdiam sejenak, melirik Tyler sebelum menjawab, "Enggak deh, kalo cuma berdua sama lu, ayo aja."
Asher menatapnya heran. "Lho, kenapa? Lu sama Tyler berantem?"
Tyler buru-buru menimpali, "Kita gak berantem, kok."
Luke hanya mengangkat bahu sambil menyesap kopinya, tanpa menjawab apa-apa lagi.
Asher semakin bingung, menatap kedua temannya bergantian. "Apaan sih? Ada apa sebenernya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/377039860-288-k285722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in boss's grip
Novela JuvenilAsher Roth adalah seorang omega pria yang bekerja di sebuah perusahaan ternama. Hidupnya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari, ia tiba-tiba mengalami heat, dan situasi tersebut diketahui oleh bosnya, Callum. Tanpa sepengetahuan Asher, Callum ma...