🌹

305 53 39
                                    

...

Irsyad menahan tawanya ketika melihat Gibran yang sekarang datang ke panti asuhan dengan kostum raja dangdut, yang benar saja.

"Lo mau ngamen ngab?" Celetuk Irsyad.

"Mau hibur anak yang ulang tahun" jwabnya dengan nada kelewat polos.

Dan seketika ledakkan tawa menggema, bahkan anak anak sudah berguling di bawah sembari memegang perut mereka karena tertawa.

"Tenang anak anak, kak Gibran jago nyanyi kok, kita nyanyi bareng yah" seru Zayyan karena melihat keributan  di sana.

ngomong ngomong tentang Zayyan, kalau di pikir pikir sekarang ia sudah lebih sabar di bandingkan dulu, apalagi kesehariannya menemani anak anak asuhnya bersama paman Jo dan kedua bunda disana.

"Kak Zay, mau denger" ujar salah satu anak cowok yang datang dengan permen di tangannya.

"Oke mari kita mulai, kak Gibran silahkan tunjukkan bakat mu" ujar Zayyan mempersilahkan Gibran untuk bernyanyi di kelilingi anak anak yang sedang bersuka cita.

Dan mereka pun akhirnya memulai acaranya di awali dengan lagu yang Gibran lantunkan, para anak anak Sangat bergembira, namun ada salah satu anak pendiam yang hanya berkutat pada alat tulis juga buku gambarnya di sudut ruangan.

Dia sufi, dia berumur  sepuluh tahun. Dia sangat pendiam dan sulit mengungkapkan perasaannya, sama seperti seseorang di masa lalu. 

Ketika semua anak sedang asik bernyanyi, Zayyan mendatangi sufi yang tengah berkutat dengan bukunya.

"Halo sufi" sapa Zayyan membuat anak itu mendongak menatap manik kembar Zayyan tanpa berkedip.

"Kenapa tidak bergabung dengan yang lain? " Tanya Zayyan dengan intonasi lembut.

"Aku tidak menyukainya," Jawabnya.

"Kenapa?" Tanya Zayyan, karena memang sufi sangat sulit berkomunikasi membuat Zayyan juga sulit mengetahui masa lalu anak itu.

"Sufi kehilangan mama dan papa saat ulang tahun, jadi apa sufi harus merayakan kepergian mereka juga?"

Zayyan  bungkam, anak ini merasa kehilangan, sama sepertinya.

"Tidak perlu bocah, yang kau rayakan hanya hari ulang tahunmu, dan kau tau, doa kamu akan sangat berguna bagi kedua orangtuamu di atas sana" ujar Zayyan  sembari menunjuk ke arah langit.

"Mereka telah menjadi bintang, jadi lambaikan tanganmu" ujar Zayyan yang di turuti anak itu.

Zayyan  tersenyum lembut.

"Adik kakak juga ada di sana," lirih Zayyan membuat bocah itu menatap sang kakak dengan tatapan bertanya.

Mengerti jika sufi penasaran akan kalimatnya Zayyan pun terkekeh lalu mengusap rambut sufi pelan.

"Dia sangat menyukai skinship sama sepertimu, dia juga tak pandai bersuara persis sepertimu. jadi bisa sufi berjanji sama kakak? Jika sufi akan mengatakan apapun yang sufi rasakan sama kakak, atau teman temanmu, katakan jika sufi sedih, katakan jika sufi senang dan bahagia, bisa?"

Sufi tersenyum lalu mengangguk,

"Sufi sedih, karena rindu ayah sama ibu, tapi sufi bahagia bisa bertemu kak Zayyan" jujur bocah itu membuat Zayyan tanpa ragu memeluk bocah di depannya.

"Selama gua masih ada, gua nggak akan membiarkan ada Rakha Rakha lainnya dunia ini"

"Pizza dataaaaaaang" teriak Adara dari arah pintu depan membuat anak anak yang sedang bernyanyi berhamburan menghampiri Adara.

RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang