『Chuuya x Reader』
Detak jam dinding bergema di ruangan gelap yang sunyi, cahaya rembulan masuk melalui jendela yang tak sepenuhnya tertutup tirai. Suasana yang terasa mencekam namun juga tentram.
Sepasang manik [e/c] yang cerah di dalam kegelapan masih terbuka lebar, memandang fokus pada satu titik di tengah-tengah pandangannya.
[Name], sudah hampir setiap hari mengalami hal ini.
Insomnia sialan yang menjengkelkan.
Perlahan ia duduk, membuat kedua tangan yang melingkari dirinya terlepas. Dalam beberapa saat dirinya termenung di sana. Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis mafia itu. Manik [e/c] yang cerah itu perlahan meredup begitu melirik sosok yang masih terlelap di sisinya, sang kekasih tercinta.
Detak jam dinding di latar belakang cukup meringankan suasana yang mencekam itu.
Dengan ragu, jari-jemari ramping gadis itu menyentuh lembut surai jingga yang berkilau di bawah cahaya rembulan. Betapa indahnya surai milik sang kekasihnya yang mencolok ini.
Mengecup singkat dahi pria itu, lalu segera bangkit dan mendesah pelan. Gaun tidur yang kebesaran itu terseret mengikuti langkah kakinya yabg tanpa suara itu. Ia sempat melirik ke tempat tidur di sana, sang kekasih masih terlelap. Nafas lembut dan halusnya masih terdengar jelas.
[Name] membuka laci mejanya tanpa suara, mengambil sesuatu di dalam sana lalu segera berjalan menuju balkon.
Lelah, namun dirinya tidak akan pernah mengeluh. Cukup penampilan dirinya saja yang mengeluh, wajah pucat dengan lingkaran hitam di bawah mata sudah cukup. Mengeluh tanpa suara memang lebih baik menurutnya.
Pintu balkon yang transparan itu ditutup sepelan mungkin, kedua manik redup itu kembali melirik ke dalam kamar sebelum segera berdiri di depan pembatas dan bersandar di sana.
Angin malam menggelitik kulit yang terbuka. Ia mengutuk dirinya sendiri, bisa-bisanya ia lupa menggunakan mantelnya? Oh, pikirannya setiap hari benar-benar semakin kacau.
[Name] menghela nafas, meletakkan benda yang ia ambil dari laci tadi di atas pembatas dan mengeluarkan sebatang rokok dari dalam kotak genggaman itu.
Korek dinyalakan, wajah sang gadis yang pucat di bawah rembulan kini mendapatkan kehangatan kecil dari api korek itu.
"Maaf. Chuuya.." gumamnya, sebatang rokok itu di selipkan di bibirnya lalu di dekatnya api kecil itu pada bagian ujung batang rokok itu.
"Tidak."
Dalam sekejap, batang rokok dan korek itu menghilang dengan kasar dari genggaman beserta pandangan [Name].
Nada suara itu cukup kasar selaras dengan rampasannya tadi. Namun, walaupun begitu, semua itu diselimuti dengan rasa khawatir dan kepedulian yang kuat.[Name] menoleh, sepasang manik [e/c] dan manik safir itu bertemu dalam cara yang berbeda.
Korek api dan sebatang rokok itu dijatuhkan di lantai, tanpa menunggu pria itu melangkahkan satu kakinya ke depan, menginjak pelan. Bersamaan menggunakan gravitasinya untuk memberi tekanan agar kedua benda itu hancur di sana.
Dan [Name], menatap benda itu hancur dalam sekejap. Manik kusam gadis itu kembali menatap sang kekasih yang kini menggenggam bungkus rokok, seharusnya benda itu berada di atas pembatas.
Pria itu melirik ke dalam isi bungkus itu, "jadi ini bukan yang pertama, [Name]?"
Lagi-lagi benda itu remuk dalam sekejap.
Namun, tatapan [Name] tidak berubah sedikitpun. Berbeda dengan Chuuya, wajah itu memang terlihat tenang dan tanpa ekspresi.. tapi lihatlah emosi yang bergejolak di mata safir yang gelap itu. Cukup dengan melihat tatapan itu, [Name] akan mengerti.
"Hei," jari-jemari Chuuya dengan lembut dan berperasaan meraih wajah kekasihnya itu, "aku bicara padamu."
[Name], hanya memejamkan matanya sejenak, bersandar pada sentuhan itu sepenuhnya hingga pria itu segera meraih pinggangnya dan mendudukkannya dia atas pembatas balkon.
"Sudah kukatakan jangan sungkan bangunkan aku, kan.." Chuuya menghela nafas pelan, menahan rasa tidak sukanya. "Kau punya aku, [Name]"
Satu tangannya beralih ke wajah [Name], mengusap lembut wajah pucat itu. Manik [e/c] yang kusam itu menatap dirinya.
"Chuuya.. "
"Jangan membuat alasan."
[Name] segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Chuuya, tepat ketika Chuuya hendak mengoceh lebih banyak lagi.
"Membuatmu khawatir bukanlah yang kuinginkan." Ujar sang gadis.
"Dan membuat paru-paru sialan itu sakit, bukan keinginanku," sambung sang mata safir.
Keduanya sama-sama terdiam. Pandangan mereka masih terkunci. Rasa gelisah dan cemas yang mengganggu [Name] perlahan memudar, bersamaan dengan yang Chuuya rasakan juga.
Masing-masing hanya memperdulikan seseorang yang mereka sayangi dan tidak pada diri sendiri. Terutama [Name].
Chuuya menarik wajah sang kekasih tercintanya itu ke dalam dekapan dada bidangnya. Melingkarkan tangannya pada punggung [Name], dan perlahan mengelus lembut pucuk kepalanya. Begitu juga dengan [Name] yang segera luluh dalam tindakan kecil itu, membalas melingkari tangannya pada punggung pria itu dengan penuh perasaan.
Senyum kecil Chuuya terukir dengan lembut.
"Kau punya aku, dengar? Kau punya aku."
<🩹26/09/24🍷>
KAMU SEDANG MEMBACA
『OneShoot』Chuuya Nakahara x Reader! BSD🍷
Fanfic『Oneshoot Chuuya Nakahara x Reader』 『Ongoing』 『15+』 『Not plagiarism and don't plagiarize❌』 『No nfsw❌』 『Bungou stray dogs ©Kafka asagiri』