CHAPTER 1 (SEMBUH)

30 5 0
                                    

HAPPY READING

Terdapat lelaki yang terbangun dari tidur lamanya. Arkala dialah yang terbangun, perlahan mata yang indah dan tajam itu terbuka. Aroma obat-obatan menyeruak memasuki indra penciumannya. Saat mata itu terbuka terlihat bahwa Arkala berada di ruangan putih, rumah sakit adalah tempat Arkala berada.

"Euggh"
Arkala merasa sangat haus, tenggorokannya terasa kering.

Arkala berusaha mengambil air yang berada di meja sebelahnya.

'pyarrrr' gelas yang berada di meja terjatuh. Arkala merasa kepalanya sangat sakit dan berdengung. Arkana memegang kepalanya, tidak kuat merasa sakit Arkala kembali pingsan.


Arkala terbangun melihat sekitar adalah ruangan putih dengan bau obat-obatan yang khas. Rumah sakit adalah tempat yang sangat Arkala benci.

"Sayang kamu udah bangun" teriak seorang wanita paruh baya dengan perawakan lembut.

Wanita itu menghampiri Arkala dengan raut wajah sedih dan khawatir.

"Arkala sayang, kamu ngapapa kan"
"Gimana perasaan kamu"
"Ada yang sakit"
Wanita itu segera memencet tombol untuk memanggil dokter.

"Tante siapa ya?"
Arkala bingung siapa wanita yang terlihat sangat khawatir padanya.

"Arkala sayang, kamu lupa sama mama?"
"Dokter!"
Wanita itu berteriak dengan raut panik di wajahnya.

'ceklekk' suara pintu ruangan dibuka dokter segera memasuki ruangan. Terlihat bahwa ruangan yang digunakan oleh Arkala adalah ruangan VVIP.

"Tuan muda anda baik-baik saja?"
"Apakah ada yang terasa sakit?"
Dokter bertanya untuk memastikan bagaimana kondisi tuan mudanya.
Dia adalah dokter pribadinya selama sedang di rawat di rumah sakit.

"Aku baik-baik saja, kenapa kepalaku di perban?"
Arkala ingat bahwa kepalanya baik-baik saja karena memakai helm bagaimana bisa terluka.

"Dok Arkala ngak ingat saya, apa Arkala baik-baik saja dok?"
Wanita itu terus memancarkan raut muka khawatir dan sedih.

"Tenang Bu, sepertinya tuan muda tidak ingat apa yang terjadi akibat benturan di kepalanya"
"Tuan muda, anda terluka akibat jatuh dari tangga yang cukup tinggi karena terpeleset"
Dokter menjelaskan dengan seksama dan perlahan.

"Aku jatuh karena kecelakaan saat balapan dok, aku ngak jatuh dari tangga"
Arkala mencoba menjelaskan apa yang terjadi kepadanya pada dokter. Arkala berpikir apa mungkin dia dokter gadungan yang mencoba mengada-ngada.

"Sayang ini mama, kamu jatuh dari tangga pas mau pergi ke sekolah"
Wanita itu mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada Arkala.

"Mama?"
Arkala merasa bingung dengan apa yang terjadi padanya. Arkala melihat tangannya, Arkala merasa heran tangannya berubah menjadi putih dan halus.

"Boleh minjam kaca?"
Arkala berbicara dengan halus kepada orang yang mengaku sebagai mamanya.

"Boleh sayang, ini kacanya"
Wanita itu menggambil kaca dari tasnya.

Arkala segera mengambil kacanya, ia melihat bahwa wajahnya telah berubah. Bukan sebagai dirinya yang dulu, yang memiliki wajah tegas dan mata setajam pisau. Arkala melihat wajahnya berubah menjadi tampan dan cantik, memiliki alis yang rapi, hidung mancung, bibir berwarna pink agak kemerahan, serta rahang yang sedikit tegas. Arkala terkejut wajahnya berubah menjadi lebih lembut karna wajahnya yang dulu cukup tegas.

"Tante namaku siapa?"
Arkala bertanya untuk memastikan apa yang terjadi.

"Nama kamu ARKALA BRIGANTARA"
"Nama mama LINDYLA BRIGANTARA"
"Kamu biasanya manggil mommy atau mama Lin"
Lindy menjelaskan dengan sabar dan perlahan agar Arkala dapat memahaminya.

"Iya mommy"
Arkala sekarang dapat mencerna apa yang terjadi. Sepertinya Arkala memasuki tubuh orang yang bernama Arkala, atau transmigrasi ke tubuh orang yang memiliki nama sama sepertinya.

Lindy merasa senang sepertinya ingatan anaknya sudah mulai kembali seperti semula.

"Tapi mommy bisakah kita kembali pulang?"
"Aku tidak mau berada di rumah sakit"
Arkana mengeluarkan puppy eyes nya untuk membujuk mommy nya.

"Baiklah sayang kita akan pulang, tapi besok sekarang beristirahatlah"
Lindy tidak bisa menolak anaknya yang terlihat menggemaskan.

"Baik mommy"
Arkala merasa senang memiliki mommy yang menyayanginya di sisi lain ia merasa sedih harus berpisah dengan temannya.

"Istirahat ya sayang, mommy Dateng lagi besok buat jemput kamu"
Lindy merasa sedih harus meninggalkan anaknya, tapi mau bagaimana lagi dia harus menyiapkan kepulangan anaknya.

"Hmm"
Arkala hanya mengangguk tanpa ekspresi.

Lindy dan dokter segera keluar dari ruangan inap Arkala.

Hari sudah sore menjelang malam, Arkala mencari udara di luar dengan membawa infus nya. Arkala mendorong infus keluar menelusuri lorong rumah sakit yang sedikit ramai. Arkala melihat ada sebuah taman di tidak jauh dari tempanya, ia segera menuju taman itu. Disana Arkala melihat beberapa orang di taman untuk berbincang dan mencari udara sepertinya. Arkala memilih duduk di salah satu kursi taman itu, ia hanya melihat dan melamun disana.

Sebuah tangan memegang pundak Arkala, tangan itu adalah tangan seorang lelaki. Lelaki itu adalah Weapt temanya dulu, Arkala terkejut melihat Weapt. Arkala sedikit bingung apakah Weapt dapat mengenalinya.

"Sendiri aja, jangan melamun nanti umurnya ngak panjang loh"
Weapt berbicara sambil sedikit bergurau.

"Lo ngapain disini?"
Arkala bingung apa yang dilakukan temannya disini.

"Temen gue ada yang kecelakaan, dia udh meninggal gue disini buat ngurusin"
"Udah dulu ya gue masih sibuk"
Weapt segera lari meninggalkan Arkala.

Arkala ingin bertanya tapi tidak sempat karena Weapt sudah lari terlebih dahulu. Arkala hanya bisa menduga bahwa itu dia tapi Arkala lebih memilih untuk kembali. Sesampainya Arkala di ruang inapnya ia segera beristirahat dan tidur. Arkala lebih memilih untuk mencari tau apa yang terjadi besok karna ia merasa sangat lelah hari ini.

HAPPY READING
SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA
🥳🥳🥳

ARKALA BRIGANTARA [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang