Shanghai, China.
Li Jia.
Seorang wanita yang tinggal di ujung gang tidak jauh dari sini, rumah tua dengan cat putih yang terkelupas dan hanya berjarak beberapa langkah dari toko kelontong tempat Leo bekerja.
Saat pertama kali mereka datang kesini dulu Tian, Juha, dan Leo datang dalam waktu yang berbeda untuk menghindari kecurigaan. Dan tentu sebagai seorang yang ditugaskan dalam misi pengintaian, tugas pertama mereka adalah memahami kawasan tempat tinggal.
Entah itu budaya, organisasi, sampai dengan orang yang tinggal ditempat itu. Diantara semua hal yang mereka simpulkan dan lihat, bisa dipastikan mereka setuju pada satu fakta yang sama bahwa wanita tercantik di daerah ini adalah Li Jia.
Seorang wanita asli China yang sudah tinggal di Shanghai selama hidupnya. Karena Tian dan Leo seumuran, usia wanita itu berusia 3 tahun lebih tua dari mereka dan 7 tahun dari Juha.
Tidak buruk. Dia cantik, bersemangat, seksi, dan menarik perhatian. Itulah yang awalnya mereka pikirkan sebelum mereka tahu kenapa orang-orang sekitar menjauhinya walaupun wajahnya terlalu cantik untuk seseorang yang tinggal di sebuah gang kumuh pinggiran kota.
Dia..
Sedikit gila.
Iya gila.
Dari perilaku maupun cara berbicara, Jia adalah seseorang yang tidak akan bisa mereka tanggung. Untuk itu mereka memutuskan menjauh, tidak hanya pada Jia, tetapi pada siapapun di kawasan ini. Mereka berusaha untuk tetap menjaga hubungan netral tanpa melibatkan perasaan.
Toh mereka hanya tinggal sementara. Jadi jangan terlibat hal yang menyulitkan dan membuat misi terganggu. Begitulah awal janji mereka.
Dan ya, tidak perlu diingatkan juga Leo bersyukur melihat kelakukan Jia yang seperti ini. Setidaknya dia jadi tidak merasa tertarik pada wanita itu dan hanya bisa menghela nafas heran saat Jia datang ke tokonya setiap pagi buta seperti ini.
"Berhenti menatap ku, aku tidak menyukai anak kecil. Jadi jangan salahkan aku jika kau yang tergoda sendiri." Kata wanita itu acuh tak acuh saat merasakan tatapan Leo padanya.
Ia berjalan mengitari setiap sudut rak toko kelontong yang kecil tapi lumayan lengkap dan memiliki layout seperti supermarket ini. Sambil sedikit sempoyongan, Jia berjalan seraya meraba beberapa rak dan hal itu lah yang membuat Leo melihatnya terus dengan was-was dan bukan terpesona. Leo hanya takut wanita itu menjatuhkan barang display ataupun muntah di toko.
"Berhenti menyebutku anak kecil Jiejie. Aku dan Tian seumuran, bagaimana bisa kau tidak pernah menganggapnya masih muda sedangkan aku selalu disebut anak kecil."
Jia terkikik kecil saat ia berhasil mendekat ke arah kulkas kaca yang menyimpan berbagai jenis minuman dingin. Ia segera membukanya dan mengambil sebuah minuman untuk mengurangi rasa mabuk yang dialaminya.
"Kenapa bawa-bawa aku?!" Tian datang, berdiri di depan pintu toko sambil melotot kesal pada Leo. Ia menyusul karena pria itu lama sekali padahal mereka seharusnya membahas hal yang penting saat ini.
"Oh, Tian?! Kau datang karena ingin melihatku?" Jia tersenyum, berjalan dengan hak tingginya dengan lebih tegak setelah pikirannya sedikit sadar karena telah minum obat pereda mabuknya walaupun efeknya tentu tidak akan langsung terjadi.
"Tidak, aku datang untuk menyusul Leo."
"Hah, seperti biasa. Tian kita yang dingin ini memang tidak bisa di goda." Katanya cemberut seraya berjalan mendekati kasir sambil membawa sebungkus jeli rasa melon kesukaannya.
Jia menaruh botol kosong dan jeli tersebut diatas kasir dan tidak lupa ia juga mengambil dua permen gagang untuk adik kembarnya dirumah.
Sambil menscan barang, Leo kembali membicarakan hal yang masih membuatnya kesal. "Jiejie, kau belum menjawab pertanyaan ku tadi."
![](https://img.wattpad.com/cover/375645722-288-k111108.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Top Secret
FanfictionKisah sekelompok detektif asal Korea Selatan yang ditugaskan untuk melakukan penyamaran jangka panjang pada sebuah gang di pinggiran kota Shanghai, China. Berawal melakukan penyelidikan sebuah bos kriminal besar yang melarikan diri ke Shanghai memba...