Bab 10 - Kepingan Puzzle mulai terlihat

50 14 6
                                    

"Bagaimana?" Leo membuka pembicaraan saat mereka sedang berjalan menuju ke rumah. Dalam perjalanan yang hanya ada mereka bertiga, pria itu akhirnya berani berbincang mengenai misi mereka.

"Begitulah," Jawab Tian dengan acuh.

Kedua temannya yang lain saling melirik, melihat bagaimana Tian terlihat sibuk mengutak-atik ponselnya lalu menyematkan headphone kecil pada telinganya.

"Apa yang terjadi Hyung? Kami hampir saja menyusul karena kau tidak segera keluar dan tidak bisa dihubungi."

Tian menekan tombol kecil pada headphonenya, berharap mendengar hal lain namun sepertinya hanya ada suara musik bersamaan dengan beberapa orang yang bernyanyi mengikutinya.

Ah, sial.

Tian tiba-tiba merasa khawatir. Haruskah tadi dia tarik saja Jia untuk pergi dan cegah untuk kembali masuk ke dalam sana?

"Tian!" Panggilan dari Leo segera menarik kesadarannya kembali.

Tian yang sadar segera memperbaiki ekspresi linglungnya lalu menghela nafas, "Juha, kenapa kau tidak bilang kalau Jia kerja disana?"

Juha mengangkat alisnya bingung akan pertanyaan Tian. Yang pasti sebagai seseorang yang terbiasa mencari informasi, dibanding kedua rekannya yang lain, Juha tahu banyak informasi bahkan detail terkecil yang tidak penting sekalipun. Tetapi baru kali ini Tian tertarik dan Juha tiba-tiba merasa bingung.

"Apa? Jia jie kerja disana?" Respon Leo yang juga baru mengetahui informasi tersebut.

"Hyung tidak bertanya."

Benar.

Juha tidak salah akan hal ini tetapi kenapa Tian merasa kesal dan dibohongi begini.

"Tapi ini sudah 3 tahun, bukankah seharusnya kau setidaknya menyebutkan satu kali saat kita berbincang?! Kurasa hubungan kita dengan Jia tidak sejauh itu."

Juha yang sedang diomeli saat ini tidak paham dengan bagian mana yang menjadi salahnya hanya bisa terdiam. Karena jika sedikit saja dia mengatakan keberatan, Tian pasti akan semakin memarahinya.

"Kenapa mengomel anak yang tidak tahu apapun begitu?!" Leo segera melerai Tian sebelum omelan-nya semakin panjang. Karena jujur saja, Tian benar-benar menyebalkan jika sedang marah. "Kau yang biasanya tidak banyak ingin tahu malah sembarangan memarahi orang. Kau pikir Juha sengaja menyimpan rahasia itu? Bukankan kalau penting dia akan mengatakannya?!" Jelas Leo panjang lebar.

"Bukan begitu, aku hanya tidak tahu harus berbuat apa saat bertemu dengan Jia tadi."

"Jiejie! Kenapa kau terus memanggilnya dengan nama Jia?!"

"Kenapa kau yang marah karena hal itu? Jia saja tidak masalah!"

"Setidaknya bersikaplah dengan konsisten. Kadang memanggilnya Jia, kadang Jiejie. Kau sengaja menggodanya ya?!"

"YA!"

"APA?!"

Juha yang sudah tidak sanggup melihat perdebatan kedua rekan yang lebih tua darinya hanya bisa berdiri ditengah keduanya dan melerai mereka sebelum masalah semakin suram.

"Sudah-sudah. Kenapa malah kalian yang bertengkar?!"

Tian yang sadar bahwa saat ini dia bersikap kekanak-kanakan hanya bisa melengos dan tanpa sengaja ia melihat Zhi Mai yang berdiri di depan pekarangan rumah sewa Tian sambil memakan es krim.

Leo dan Juha yang melihat Tian salah tingkah segera menoleh dan melihat pemandangan yang sama. Zhi Mai yang melihat mereka dengan pandangan merendahkan sambil sesekali menjilati eskrim gagangnya.

Top SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang