Chapter 6

4.1K 171 0
                                    

"Sekolah libur?" Tanya Varez pada pria disampingnya.

"Iya, guru-guru sedang mengadakan rapat besar" Jelasnya, mendengar itu sontak Varez menatap heran William.

William yang merasa ditatap aneh oleh Varez, langsung bertanya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanyanya.

"Bapak kan guru, kenapa tidak ikut rapat?" Ujar Varez.

"Apakah itu penting?"

"hm, mungkin?"

"Ah rapat tidak penting, lebih baik saya berduaan dengan kekasih saya dikamar ini" Mendengar itu Varez merasa ada yang janggal dengan kalimat yang diucapkan William.

kekasih?

"Siapa?" Tanya Varez, sial ia merasa tak enak hati.

"Kamu. Kamu adalah kekasih saya" Ujar William dengan enteng, lalu memeluk Varez dengan eratnya.

Kita sudah tahu bagaimana reaksi Varez saat mendapat itu semua, tentu saja menyanggahnya, ia tak terima jikalau guru aneh ini merekrutnya sebagai kekasih guru itu.

Memangnya Varez ini apa? Begitu mudahnya William menyandang sebagai kekasih Varez. Oh no, ini tidak benar!.

"Ck! Lepas, saya bukan pacar bapak!" Teriak Varez sembari melepas tangan kekar William yang melingkar diperutnya.

"sutt dengarkan aku sayang..." Suara dingin nan datar William membuat berontak Varez berhenti. Jantungnya kini berdegup kencang.

"Kau adalah kekasih ku. dan...

...Tak ada seorangpun yang dapat memilikimu selain William Raxandy Agdijaya."

DEG!

Mendengar tuturan dari William membuat Varez terdiam membisu. Setelah sekian lama menghilang, rasa ketakutan Varez kembali datang. Dan sial nya ia merasa takut dengan nada datar dari William.

"Good boy, menurutlah seperti ini sayang...

...aku akan tertidur kembali, jangan mencoba kabur dari ruangan ini." Lanjut William, Varez hanya membalas dengan anggukan saja.

Cup

"your mine."

Memeluk Varez dengan erat seakan tak mengizinkan Varez untuk pergi darinya.

•••

"BUNDA! SEPATU PUTIH ABANG KO GA ADA?!" Teriak seorang remaja saat mendapat sepatu putih kesayangannya hilang dari tempatnya. Ia adalah Kevin Aprilio.

"CARI LAGI YANG BENERR BANG!" Balas sang ibunda dengan teriakan juga.

"GAK ADA BUN!!"

"ADAAA! CARI YANG BENERR"

"GAK AD--...

...e-eh A-Axel k-kenapa?" Ia merasa gugup seketika kala mendapat sang adik sedang berdiri menatap tajamnya dengan wajahnya yang sangat datar.

"Kenapa?."

"Sepatu putih Abang ga ada"

"Kemarin aku minjem, sekarang ada dikamar"

"Ko minjem ga bilang-bilangg!!!??" Ujar Kevin dengan nada yang menahan kesal.

"Maaf aku lupa"

"Ck! Sekarang dimana sepatunya?!" Tanyanya dengan nada ketus.

"Kamar"

Tap tap tap

Kevin melangkah pergi, menuju kamar sang adik untuk membawa sepatu kesayangannya.

Ma'Teach Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang