Hari itu langit sedikit lebih cerah dari biasanya, angin sepoi-sepoi mulai berhembus lembut membawa aroma bunga kamboja yang tumbuh di sudut halaman belakang sekolah.
Ini sudah pukul empat sore, wajar saja jika suasana sekolah sudah mulai sepi, hanya terdengar suara burung-burung yang berkicau di pepohonan dan sesekali suara siswa yang masih tinggal di kelas untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Di sudut halaman belakang sekolah yang jarang sekali terjamah oleh siswa lain itu terlihat seorang gadis yang masih mengenakan seragam dengan nametag Nala Indifa Pantjoro atau yang biasa disapa Nala itu sedang asik dengan dunianya sendiri.
Nala merupakan salah satu siswi kelas sebelas yang pendiam dan lebih suka menghabiskan waktunya sendirian, seperti saat ini. Dimana gadis itu terlihat sedang berjongkok di samping sebuah tembok tua.
Dengan hati-hati, Nala menaruh sepotong daging ayam suwir yang dia bawa dari rumah ke dalam sebuah piring kecil. Di hadapannya sudah ada seekor kucing berbulu hitam dengan belang berwarna putih sedang menatap penuh perhatian, tapi masih agak waspada.
Terhitung ini merupakan hari kelima Nala memberikan makan pada kucing hitam belang putih tersebut yang meskipun belum ada interaksi fisik antara dia dan sang kucing, namun si kucing itu tampak semakin percaya jika Nala orang baik.
"Hei, ini buat kamu," ucap Nala sembari menjauhkan tubuhnya sedikit, seolah memberikan ruang bagi si kucing untuk mendekati makanan yang telah ia sediakan.
Sembari menunggu sang kucing memakan suwiran ayam itu, Nala mulai menatap sekeliling kemudian tersenyum hangat, karena nyatanya gadis itu sangat menyukai suasana di halaman belakang ini.
Sunyi, sepi dan tidak ada orang yang mengganggunya, sehingga dia bisa menghabiskan waktu tenang untuk dirinya sendiri, jauh dari hiruk-pikuk kelas dan teman-temannya yang kadang terlalu berisik.
Sejak kecil menyendiri itu sudah menjadi suatu kebiasaan bagi Nala, karena dengan sendirian dia bisa merasa nyaman dan tidak perlu berbicara banyak dengan orang lain yang selalu berhasil menguras energinya.
Lelah dengan posisi jongkok ditambah dengan suwiran ayam yang sudah tandas dimakan sang kucing, membuat Nala mulai berdiri dan merapikan tasnya hendak pergi.
Namun saat dia baru saja ingin melangkahkan kaki, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki dari belakang yang membuat Nala menoleh dengan cepat.
Saat Nala menoleh ke belakang, terlihat seorang gadis yang belum pernah dia lihat sebelumnya sedang berdiri dengan senyum yang merekah. Wajahnya terlihat sangat cantik dengan hidung mancung dan rambutnya yang panjang. Gadis itu tampak membawa sebuah kotak plastik kecil di tangannya.
“Lagi kasih makan si Manis, ya?” tanya gadis itu dengan nada riang.
Nala sedikit terkejut, "eh? Si Manis?"
Gadis cantik itu mengangguk sambil menghampiri Nala dan sang kucing yang sekarang sedang menatap ke arah keduanya, "iya, kucing yang ada di sebelah kau itu aku namain si Manis. Dia suka datang dan main di sini saat jam pulang sekolah," ucapnya masih dengan senyum lebarnya, "Namaku Nina, by the way. Kamu siapa?"
Nala masih agak kaget, tidak menyangka ada orang lain yang memperhatikan kucing ini selain dirinya, “Aku Nala,” jawabnya singkat.
“Senang kenalan sama kamu, Nala!” Nina meletakkan kotak plastiknya di samping piring Nala dan membuka tutupnya. Ternyata di dalam kotak itu ada potongan ikan yang masih segar, “aku biasa bawa ikan untuk si Manis. Dia paling suka ikan.”
Nala mengamati Nina yang tampak sangat santai dengan kesan ramah dan percaya diri yang melekat. Gadis ini berbeda dari dirinya yang sering kali canggung saat harus berhadapan dengan orang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Gen 12
Fanfictionkata orang, masa remaja itu adalah masa yang paling indah, tapi emang iya? ini adalah kisah cinta klasik khas remaja yang selalu berhasil bikin deg-degan.