Awal

2 0 0
                                    


"Nesya, ayo!"

Gadis dengan balutan pakaian formal itu menoleh kepada Ayahnya yang sudah turun dari mobil. Tangannya mengambil cusion dari kantong mobil dan menutupi cepat bercak biru di pipi dan lehernya, lalu turun sebelum sang Ayah memarahinya karena terlalu lama.

Para penjaga didepan pintu hotel membukakan pintu mobil untuknya, gadis itu mengangkat gaunnya agar tak mengganggu langkahnya.

Wanita yang lebih tua dengan gaun hitam dari mobil lain, keluar. Gadis itu tersenyum tipis, lalu membiarkan wanita itu menggandeng ayahnya yang sudah berada di depan lebih dulu.

Ballroom mewah yang menjadi tempat pertemuan para orang berkata itu menggelar dihadapannya.

Berjalan seorang diri, menjaga jarak antara ibu dan Ayahnya yang sudah berkelana. Sedangkan gadis itu hanya berjalan pelan dengan keheningan dirinya sendiri.

Dia tak mengenal siapa-siapa disini.

Seorang wanita dengan umur kisaran nyaris 30 tahun itu mengikut di belakangnya, dia adalah sang asisten pribadi yang ayahnya sengaja pekerjakan jika dalam acara seperti ini.

"Ada gelang?"

Wanita itu mengangkat alis dan membuka tas kecil selempang nya. Mengeluarkan gelang tali dengan diameter tali yang lumayan besar, dan gelang karet.

Terea berbalik dan menatap telapak tangan Yang menunjukkan dua macam gelang itu. Tangannya mengambil gelang tali dan memakainya, menutupi sebuah bercak yang dia lewatkan itu.

Matanya terpejam sejenak saat berbalik. Semoga ayah gak sadar.

Kakinya melangkah pelan menuju sebuah table dengan berbagai macam cemilan.

Terea mengambil segelas es jeruk sambil bertumpuh pada meja itu. Menatap pesta yang dibikin oleh rekan ayahnya, di depannya, dengan wajah datar.

Tangannya terangkat, membawa gelas es jeruk itu mendekat pada bibirnya. Menyesap pelan rasa manis dan asam jeruk yang sudah tercampur bahan lainnya.

Bibirnya mengecap lembut, merasakan manis yang tertinggal di indera perasa nya.

Seseorang tiba-tiba berdiri di sebelahnya, meraih minuman yang sama dengannya. Terea menoleh sekilas sebagai respon spontan, lalu kembali menatap kearah depan.

Kakinya yang terbalut kain satin dress yang dia gunakan itu, dia silang. Tangan kirinya bertumpuh di meja, memiringkan pelan kepalanya. Sedangkan tangan kanannya mengetuk-ngetukan pelan kuku panjangnya yang di hias sedemikian rupa mengikuti style dress yang digunakannya.

Rambutnya tergerai indah menutupi sekilas punggungnya yang terekspos. Anting bulat melingkar di telinganya, juga makeup bold mengikuti selera sang ibu menghiasi wajahnya.

Mereka menjilat pelan sudut bibirnya dan menyekanya dengan jari jempol setelah meletakkan gelas bening itu kembali di meja. Kuku jarinya kini mengetuk gelas kaca.

Cairan oranye itu kembali mengalir di tenggorokannya. Mata gadis itu menoleh pada sosok lelaki yang masih berdiri di sampingnya, sama-sama mengamati pemandangan di depannya, namun matanya terlalu tajam untuk hanya sekedar mengamati.

Gadis itu menghendik tak peduli dan menurunkan gelas sambil kembali menatap kedepan.

Posisinya masih sama, mungkin orang dari belakang akan mengira mereka berdua sedang berbicara.

"Kalian berdua di sini, toh, ternyata. Ngobrolin apa?"

Terea berbalik, mendapati Pria asing dan wanita setara dengan ayahnya dan ibunya sedang berjalan bersama menuju kearahnya.

"PENGACAU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang