chapter 3

18 10 0
                                    

Satu minggu kemudian.....

Melody telah kembali ke tanah kelahirannya bersama kedua orang tuanya, kini mereka telah tiba di rumah.
Davis, Erros, Aileen tengah berada di ruang keluarga sementara Melody beristirahat dikamarnya setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan.

"Ayah, apa kata dokter disana" tanya Davis kepada kedua orang tuanya.

"Melody harus segera menjalani kemoterapinya nak"

"kanker yang ada pada tubuhnya bergerak sangat aktif lebih dari biasanya, dokter berkata kemungkinan bertahan hidupnya hanya 19% itu artinya tidak lebih dari 12 bulan" jawab Erros dengan nada yang bergetar menahan tangisnya

"Bunda gak kuat dav" ucap Aileen sambil menangis

Davis memeluk bunda nya menenangkannya agarMelody tidak mendengar kedua orang tuanya yang sedang menangis.

Sementara didalam kamarnya Melody juga merasakan hal yang sama ia menangis dalam diam. ia tahu jika kedua orang tuanya pasti menangis setelah sampai di rumah. maka dari itu ia lebih memilih pergi ke kamarnya.

Davis bangkit dari duduknya hendak menyusul Melody ke kamarnya. Ia terlebih dahulu mengetuk pintu kamar adiknya itu, dirasa tidak mendapatkan jawaban dari dalam, ia memilih masuk ke dalam dan benar saja ia melihat Melody sedang menangis.

Davis bergegas menghampiri adiknya memeluk erat dalam dekapannya. "Tuhan mengapa harus adikku kenapa tidak aku saja" ucap Davis dalam hatinya. Tangisan Melody memusuk hatinya ingin Davis memarahi takdir yang begitu kejam pada adiknya.
Erros dan Aileen yang menyusul ke kamar Melody menghampiri dan memeluk keduanya.

"Kita hadapi ini sama-sama, sayang kamu tidak sendiri ada kami yang menyayangi kamu tanpa ada batasnya nak itu hanyalah prediksi dari dokter bukan tuhan" ucap Erros

"Doa bunda selalu menyertaimu kesembuhanmu sayang, anak bunda, sayangnya bunda, cantiknya bunda, hidupnya bunda" ucap Aileen menyeka air mata Melody serta mencium kening Melody lama.

"Selama ada kakak kamu akan baik-baik saja de" ucap Davis mengengam erat tangan Melody

Melody merasa lebih tenang dibandingkan tadi, ia tersenyum kepada mereka menganggukan kepala sambil tersenyum manis sebagai jawaban.

"Sayang kamu udah kasih tau fisya tentang semuanya nak" tanya Aileen

Melody menggeleng sebagai jawaban.

"Fisya berhak tau sayang, dia sayang banget sama kamu, bahkan menganggap kamu seperti kakaknya sendiri, bunda takut dia kecewa kalo taunya bukan dari kamu langsung sayang"

"Melody belum siap bunda"

"It's okay sayang jangan terlalu dipikirkan"

Flashback ....

Awal mula pertemuan Melody dan Nafisya itu ketika Nafisya masih duduk dibangku Primary school dan Melody duduk di bangku Junior high school saat itu untuk pertama kalinya Erros meresmikan restoran barunya .

"The Fioralba"  nama yang Erros pilih untuk restorannya
Erros mengundang banyak rekan bisnisnya termasuk Adam selaku sahabat yang mendukungnya sejak lama.
Adam mengajak istri dan kedua anaknya Arvin dan juga Nafisya.

Untuk pertama kalinya Melody dan Nafisya bertemu, kala itu Nafisya masih malu-malu bahkan lebih sering menyembunyikan dirinya di belakang mamahnya. Melody yang melihat itu dibuat gemas karenanya apalagi pada saat itu pipi Nafisya sangtlah Chubby membuat Melody ingin sekali mencubit gemas.

Nafisya kecil gampang sekali bosan, ketika kedua orang tuanya tengah asik berbincang-bincang Nafisya kecil dengan santainya melangkahkan kakinya menuju halaman belakang restoran yang dihiasi oleh rerumputan hijau serta beberapa pohon yang memberikan keteduhan.

Nafisya kecil berlari kesana kemari mengejar kupu-kupu yang hingap di rerumputan . Melody yang melihat itu berinisiatif untuk menghampiri Nafisya

"hai mau aku temani" itulah kata pertama yang keluar dari mulut Melody

Nafisya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kakak bisa ambil kupu-kupu ? Fisya dari tadi kejar tapi engga dapet-dapet"

Setelah beberapa waktu mereka habiskan untuk bermain dengan santainya Nafisya kecil tiba-tiba memeluk Melody, ia tersenyum melihat Nafisya yang tiba-tiba memeluknya.

Orang tua mereka tersenyum melihat interaksi keduanya mereka tidak menyangka jika Melody dan Nafisya mudah sekali akrab.
Seiring berjalannya waktu dan bertambah pula usia keduanya, hubungan persahabatan mereka kian erat.  Hingga tiba dimana waktu mendewasakan keduanya, saat ini Melody sudah lulus sekolah menengah atas hendak melanjutkan sekolahnya ke luar negeri, ia melabuhkan pilihannya pada Le Cordon Blue Paris Prancis, sekolah khusus Bakery and Pastry.

Melody bercita-cita untuk menjadi chef pastry. Nafisya saat ini tengah duduk di bangku Senior High School. Ia hanya bisa menangis sepeningalan Melody yang melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.
Namun itu hanya berlangsung sementara bahkan ketika di luar negeri sana Melody tidak melupakan Nafisya mereka hampir setiap hari saling memberi kabar, dan saling curhat satu sama lain lewat sambungan telepon maupun pangilan Video, mengabaikan perbedaan waktu  diantara keduanya.

Waktu berjalan begitu cepatnya Nafisya yang dulunya menangis ditinggal oleh Melody ke luar negeri kini dirinya yang telah menjadi University Student  ia tidak mengambil kuliah diluar negeri melainkan melabuhkan pilihannya pada universitas terbaik di negeri ini.

Sore ini setelah jadwal kuliahnya selesai Nafisya berniat mampir ke Mansion Sadajiwa, rumah Melody. Saat Melody pulang gadis itu sebelumnya sudah membuat janji untuk menjemputnya di Airport bersama Davis. Namun berkat kejadian waktu itu Arvin sangatlah protektif kepada adiknya. Arvin tidak memberikan izin pada adiknya itu. Bahkan ketika berangkat dan pulang dari kampus Nafisya di antar jemput oleh sang kakak. Saat ini ia sedang bersama Arvin dalam perjalanan menuju kediaman Melody.

Setelah sampai Nafisya di sambut pelukan hangat Melody dan juga Aileen.
Melody tentu tau jika Nafisya baru saja mengalami kejadian tidak mengenakan ketika menyelamatkan kucing, bahkan Aileen tidak habis pikir ketika mendengarkan penjelasan Arvin.

Nafisya hanya bisa tersenyum kaku, ia mengatakan jika sekarang kucing itu menjadi hewan peliharaannya. Nafisya memberitahu Melody dan juga Aileen jika ia menamai kucing abu-abu itu Galaxy.

Nafisya juga menambahkan jika ia di marahi habis-habisan oleh orang yang menolongnya. Aileen bahkan tertawa mendengar ceritanya. Aileen mengatakan berani sekali lelaki itu memarahi anak dari seorang Adam Diratama. Melody terkekeh melihat betapa semangatnya Nafisya mengerutuki laki-laki itu. Arvin yang melihat itu hanya bisa mengelengkan kepalanya.

Ketika Nafisya menanyakan tentang perjalanan bisnis Melody seketika ekspresi tertawa Melody berubah menjadi datar.
Jujur ia binggung harus menjawab seperti apa pertanyaan dari Nafisya itu. Untuk saat ini ia belum siap untuk memberitahunya, ada sesuatu yang harus ia lakukan bersama Nafisya terlebih dahulu.

Nafisya merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Melody darinya, semoga itu bukanlah hal yang serius ucapnya dalam hati.


You Were Beautiful Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang