14. What Can I Do? What Should I Do?

29 7 1
                                    

Song recommended:
Am I Bothering You?, Reality Club

Karina dan Juan tak henti-henti melirik ke segala arah sambil mengulumkan bibir, sepuluh jari tangan mereka terus bergerak berirama bersamaan dengan perasaan canggung dan hawa dingin yang bersumber dari Air Conditioner.

Dimas yang melihat mereka berdua terus diam tidak berbicara sejak tadi lantas berujar secara spontan sambil makan nasi Padang. "Kalian kalo mau ngobrol ya ngobrol aja, anggap aku nggak ada."

"Makan doang lelet banget, Bang," ketus Juan memberikan kode-- entah kakaknya itu menangkap kode yang dia berikan atau tidak.

Dimas langsung berdiri membawa satu bungkus nasi Padang, suara kursi yang mengeluarkan bunyi derit amat nyaring berhasil memecahkan suasana sunyi ruangan. Pemuda itu pergi begitu saja entah ke mana, bisa jadi kembali melanjutkan kegiatannya di ruang tunggu.

Karina hendak memanggil kakak tingkatnya untuk kembali makan di sini bersamanya dan Juan, namun lidahnya mendadak terasa kaku melihat Dimas yang sudah keluar dari kamar. Tentu dengan perasaan kesal ia memukul lengan Juan, mengatakan bahwa Dimas sepertinya marah karena merasa Juan barusan mengusir pemuda malang satu itu. Mau makan saja tidak bisa, pikirnya.

"Halah, biarin aja. Entar juga balik-balik sendiri," kata Juan lalu beranjak dari kasur.

Pemuda itu berjalan menuju pintu sambil membawa tiang infus, ia menoleh ke belakang—tepat menghadap Karina yang tengah kebingungan.

"Ke taman yuk, Kak."

Melihat dua alis Karina yang mengerut membuat Juan tersenyum tipis. Ia baru menyadari bahwa dia menaruh cinta kepada orang yang sama berkali-kali. Saat bersama Karina, ia merasa heran. Kok bisa ya yang awalnya nggak saling kenal, nggak taunya sekarang bisa jadi someone I really like. Nggak except, tapi ini ketidaksengajaan yang nggak akan gue sesali. Batin Juan.

Meski ia suka akan Karina, tetapi Juan tak ingin ambil risiko untuk menyatakan perasaan kepada Kakak Tingkatnya. Banyak ketidakmungkinan yang sulit untuk dijelaskan. But in the end, he hopes to find someone with the same character as her.

"Tadi aku ketemu sama temen-temenmu, mereka tanya tentang kamu ...."

Kedua mata Juan fokus memandangi gadis di sebelahnya menuturkan cerita tentang hari yang dia jalani saat ini. Senyumnya mengembang tanpa ia sadari, bagian terbaik dalam hidup Juan adalah saat menghabiskan waktu dengan Karina. Namun ia tak tahu apakah Karina merasakan hal yang sama juga atau tidak.

"Oh iya, aku masih nyimpan aroma terapi pemberianmu lho," kata Karina sambil merogoh isi tas. Kemudian mengeluarkan tiga aroma terapi yang biasa dia bawa ke mana-mana.

Kedua alis Juan naik ke atas bersamaan, ia mengambil salah satu dari aroma terapi yang ada di tangan Karina. "Wow, aku kira bakal dibuang."

Si kardigan coklat itu menggeleng. "Pemberian orang itu menurutku berharga banget, aku nggak pernah ada niatan buang barang-barang pemberianmu, tenang aja."

"Kak Karina baik banget," puji Juan berhasil membuat Karina tersipu malu.

"Enggak ah, biasa aja. Menurutku nyimpen barang pemberian orang lain itu biasa aja," balas Karina.

Let's Meet Thirty Time ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang