Titik dan koma.

9 0 0
                                    

Perjalanan hidup memang terasa sulit, namun kalau semuanya didasari pada rasa syukur, itu akan mudah. Namaku banu, entah apa yang dipikirkan teman-temanku nama sebutan lebih terkenal dari pada nama asli. yudha baskara itulah nama asliku yang tenggelam dengan nama sebutan banu.

"Hei banu, lu habis ini mau kerja dimana?", tanya sisy temanku.

"Kaga tau sis, rencananya sih di Uk", kataku dengan optimis.

"Ngide banget lu, kuliah aja kupu-kupu mau kerja di Uk", kata sisy sambil ngeledek.

"Lah emang kenapa? lu kaga bayarin ukt gua main komen sama mimpi orang aja!", kata gue dengan tatapan sinis.

"Yaudin iyaa, semoga mimpinya tercapai ya banuuu..", katanya dengan senyum palsu.

Percakapan dengan sisy di depan ruang dosen cukup menyita pikiranku, ternyata laki-laki dihargai kalau sudah punya segalanya. Kalau dia gak punya mungkin masa lalunya yang dipermasalahkan.

Rasanya hampir tidak percaya, masa kuliah sudah habis. Kata orang setelah ini adalah kehidupan sebenarnya, "lah emang gue selama ini hidup dengan kepalsuan?". Banyak hal yang aku gak percaya, sampai saat ini gue udah bisa melampaui badai, kabut, longsor, tsunami, kiamat 2012. Semua itu dibungkus dengan 3 kata sederhana, "Nanti juga selesai".

Masa kuliah terasa sangat panjang, namun juga terasa sangat cepat. tanpa aku sadari menulis laporan sampai jam 2 malam, paginya kuliah, sore ke laboratorium, malam lanjut menulis laporan. Hidup jadi terasa cepat, ketemu weekend adalah jatuh cinta yang sebenarnya.

"Bannn...", teriak rudy dari kejauhan di taman kampus.

"Woi rud, eh mana yang lain?", tanyaku.

"Udah pulang lah, mereka kan punya keluarga sendiri", kata rudy dengan menyindir.

"Bajingan lu rud", kataku dengan salaman yang keras.

"Hahaha, canda ban", rudy tertawa terbahak-bahak.

"eh lu kapan pulang?", kataku.

"Habis ini, tuh pacar gue dah nungguin diparkiran", kata rudy.

"Yaelah, eh btw kerjaanlu yg wfh tuh gimana?", kataku basa-basi.

"Sayaaanggggg ayo pulang!!", pacar rudy berteriak.

"Eh sori gua duluan yaa!", rudy dengan wajah cemas.

"Aelah apa kata gue kalau udah punya pacar mah sulit ni anak, padahal mau tanya loker", kataku dalam hati.

Setelah obrolan dengan rudy yang panjang, aku bergegas beres-beres pindahan dari kos ke rumah. Rasanya punya diri sendiri itu lebih worth it daripada kita punya orang lain tapi jadi beban.

Jalan demi jalan dari kampus ke rumah udah tersisa kenangan, udah gak lagi ketemu macet, ketemu lampu merah yang 60 detik dikali 3, udah gak ketemu manusia silver, apalagi jalan gelombang sepanjang 1 kilo meter yang bikin punggung nyeri.

Kehidupan after kuliah jadiin aku mikir "Setelah ini ngapain yak?". tetapi apa yang gue mimpiin minimal kalau gak tercapai ya di mimpiin lagi. Semua yang aku pikirin soal masa depan bener-bener gak aku sangka, apa yang aku nginkan ternyata dibalas oleh tuhan dengan lebih baik dan penuh plot twist.

"Sampean habis ini mau kemana mas?", tanya ibuku sambil mengiris wortel.

"Gak tau bu, rasanya ingin pergi jauh", jawabku dengan letih lesu.

"Ibu gapapa kok kalau memang harus dirumah dulu, gak semuanya juga harus cepat, yang penting pelan tapi punya tujuan", kata ibu menasehatiku.

"Tapi aku pengen segera kerja bu, banyak mimpi yang harus aku kejar juga", kataku dengan penuh harapan.

"Ibu tau itu, semuanya memang tidak secepat yang kamu kira ban, semua butuh proses, kemanapun sampean pergi ibu bakal dukung", kata ibu menatapku dengan penuh semangat.

Gue udah hampir 2 bulan dirumah, sudah tak terkira lamaran kerja yang gue sodorkan tiap hari. Semua media mungkin eneg sama application letter ku, tapi aku tidak menyerah, semua orang pasti akan menemukan titik dan koma nya dikehidupan masing-masing. Sampai pada suatu saat aku bertemu pamanku dirumah nenek.

"Banu, ikut aku ke tokyo yuk", kata paman.

"Hah? ngapain om?, mau jadi TKW?", kataku dengan kaget setengah bodoh.

"Ya kagak, kamu kan lulusan arisitektur, nah om ada koneksi sama kontraktor jepang kebetulan dia cari arsitek muda". kata paman sambil memandang laptop penuh dengan kerjaan.

"Lah? tiba-tiba banget", kataku sambil mencubit tangan ini hanya mimpi.

"mau gak?, minggu depan berangkat siapin semuanya ya". kata paman langsung pada intinya.

Hal yang gak pernah aku kira selama ini terjadi, apa maksud tuhan aku berada di titik ini. Pada saat itu aku hanya berpikir "Mana yang duluan, ya itu yang ku ambil". Satu minggu adalah waktu yang gak panjang untuk pergi ke luar negeri, banyak hal yang harus disiapkan, tapi untungnya pamanku tidak membiarkan ku berjalan sendiri, paman sudah menyiapkan semuanya tanpa sepengetahuanku.

Perjalanan hidupku bermula dari Tokyo, Jepang.

Cont..,

A Man Makes The First Meeting and The Last Handshake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang