Hari ini adalah bulan ketiga aku bekerja di perusahan kontruksi, rasanya cukup melelahkan walau workhours sudah tidak diterapkan. Lelah hanya jadi pengingat bahwa malam yang sunyi akan berganti dering telpon yang indah., hingga ke esokan hari menjadi sinar yang di nanti.
"Selamat pagi banu", tulis si matahari.
"Pagiii molyyy, aku udah di site nih". tulisku dengan riang gembira.
Tak terasa sudah pagi pun terlelap dengan ucapannya. Hawa dingin tokyo pun tak terasa diinginnya, pelukan malam itu masih terasa bahkan wanginya masih ku ingat dengan jelas. Pekerjaan yang aku anggap sibuk, terlena oleh whatsapp darinya.
"Ngapain lu senyum senyum ban", kata guin mengejek.
"Kepo banget dahh", kataku seperti bunga mekar di pagi hari.
Tak pernah terasa, penat mulai hilang, gelisah pun tak menyapa. Romantis mungkin adalah kata paling cocok untuk kita berdua. Terlena dengan kebahagian mungkin menjadi senjata setiap manusia, tapi apa daya sedih pun tak kupikir.
"Aku makan dulu yaa, sendiri kok.", kataku berpamitan.
"Siapp, makan yang banyak biar endut", kata moly seperti mengejek.
Makan siang pada hari yang berbunga, lapar tak jadi alasan utama. Saat kebahagian datang mungkin ada saat kesedihan dibelakangnya, entah mengapa aku tak pernah terfikir oleh nya.
Malam berikutnya adalah malam yang aneh, perasaan mulai kacau tidak tau arah. Padahal lelap pun tak terasa karena dering telponnya.
"Ban, kamu ada merasa bohong ke aku gak?", Tulis moly di bubble chat pertama.
"Engga, bohong apa?", tulisku dengan bingung.
"U lie, katamu kamu wisuda sendiri ternyata apa? kamu udah ada cewek kan, itu yang katamu gak bohong?", tulis molly dengan penuh kekecewaan.
"Dengerin aku dulu", tulisku menghela nafas.
"(Sending a picture), oh ini yang katamu sendirian!?", tulis moly.
"Gini ya, aku udah putus dari dia setahun kurang lebih, dan ketika aku berangkat ke tokyo foto itu adalah ancaman buatku agar aku ga deket wanita lain disini, ini udah terjadi dua kali bukan kamu korban pertama", tulis ku meyakinkan matahariku.
Kejadian itu membuat malam selanjutnya dan selanjutnya semakin tidak jelas arahnya, entah kembali ke malam atau menemui esok hari yang tak kunjung berakhir. Moly punya trauma akan masa lalunya, dia tak punya sehelai pun kepercayaan ketika bohong sudah menghampirinya. Tak ada satupun yang bisa aku lakukan kecuali menjelaskan dan membuktikan padanya.
Kedua kali terjadi hal yang sama, yang pertama terjadi ketika aku mencoba dekat dengan perempuan jauh sebelum moly. Dia si lela adalah mantan yang selama ini menganggu hidup dari pria yang punya sejuta mimpi.
Memang aku berbohong padanya, nyatanya aku wisuda dihampiri si lela, waktu itu aku belum sepenuhnya melupakannya al hasil hati ini pun tergoyah sehingga aku berfoto dengannya penuh ceria.
Tokyo adalah pelarianku untuk melupakannya, lela ku kira sudah menghiraukanku, pada akhirnya dia mengusik juga.
"Aku gak akan membiarkanmu dekat wanita lain disana, foto wisuda adalah senjataku ya!", tulisnya di percakapan sebelum aku berangkat ke tokyo.
"Kamu sudah gilaaa, kita ini sudah selesai, gak usah mengangguku kedua kalinya!!!", tulisku penuh amarah.
Sebelum aku kenal moly, semua space untuk lela mengangguku sudah aku tutup. Tapi apa daya kecolongan pun tak ku perdulikan. Kini kesalahanku sudah tak terbendung di matanya.
"Maaf ya ban, aku aja yang udah berani mencoba-coba ketika semuanya belum selesai. Aku tau kamu ingin kenal aku, tapi aku lagi gila seperti ini", tulisnya dengan bingung.
"Seharusnya kamu minta maaf pada dirimu sendiri moly.", kataku dengan gelisah.
Sejak ungkapannya pada malam itu, aku pun tak hiraukan soal masa lalunya, yang kuingin hanyalah moly. Usaha demi usaha untuk membuktikan bahwa "Aku bukan pembohong". Kenyataannya begitu terbalik, moly seakan akan sudah hilang rasa percaya, bunga yang mekar dipagi hari kini sudah menjadi layu tak disirami.
Aku sudah mengira bahwa akan terbit kesalah pahaman lagi oleh perempuan tentangku, hal-hal yang aku takutkan kini menjadi kenyataan pahit yang menghantui pikiranku. Usaha-usaha yang kini ku tunjukan sudah tak ada harganya dimata molly.
cont..
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man Makes The First Meeting and The Last Handshake.
RomansaSecercah harapan tentang masa depan, romansa, keluarga, dan diri banu. Berusaha mencari apa yang sedang dicari, banu adalah laki-laki punya sejuta mimpi dan harapan karir bisa sejalan dengan cinta.