40

25 6 0
                                    

hanya cahaya bulan yang menerangi lorong gelap ketika aku bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar.

aku tahu tidak ada hantu karena itu adalah koridor yang biasa kulalui, dan aku tidak punya alasan untuk merasa takut. namun, aku tetap merasa seolah-olah sedang berjalan diantara rahang monster, tubuhku gemetar.

gemetar itu semakin kuat saat aku berjalan di sepanjang koridor berkarpet dan berdiri di depan pintu Kwon Jae Hyuk. aku mengangkat tanganku untuk mengetuk pintu sedikit. aku menelan ludahku 

"aduh.'

jantungku berdebar kencang, seakan-akan mau meledek. Kwon Jae Hyuk tampaknya gagal menutup pintu dengan benar. aku melihatnya duduk diambang jendela, menatap ke luar, sementara aku mendorong pintu dengan hati-hati dengan tangan gemetar.

suasananya mirip dengan... aku tidak begitu ingat.

ada keraguan saat aku mempertimbangkan apakah aku harus terlibat.

"Yoon Jae, silakan masuk."

Kwon Jae Hyuk memanggilku tanpa menoleh. sekrang aku berada dalam situasi yang sulit untuk melarikan diri atau bahkan melakukan sesuatu yang belum pernah kulakukan sebekumnya, aku melangkah masuk dengan hati-hati. pintu tertutup dibelakangku dengan bunyi gedebuk.

Kwon Jae Hyuk yang masih menatap ke luar jendela tampak asyik berpikir atau tenggelam dalam kenangan.

sementara itu, situasinya tampak sangat berbahaya. apakah dia sinterklas dengan hadiah tersembunyi dibalik punggungnya? atau musuh dengan pisau tersembunyi? apakah benar-benar perlu bagiku untuk membukanya? intuisiku terus membunyikan bel alaram, memperingatkanku bahwa ada sesuatu yang salah.

"apakah kau akan memberitahuku mengapa kau disini? masuklah dan duduklah."

akhirnya dia mengalihkan pandangannya kepadaku. dibawah cahaya bulan yang redup, wajah dan suaranya tetap ramah. apakah orang ini aman untukku? apa yang kuketahui tentang orang ini?

aku berjakan pelan dan berdiri di sampingnya untuk menyembunyikan kakiku yang gemetar. dia tidak pernah buru-buru, bahakan saat aku berjalan dengan langkah merangka dia hanya menungguku dengan tatapan mata ramah.

"silakan duduk."

dia memberi isyarat agar akku duduk disalah satu kursi di dekatnya, tetapi aku memilih untuk duduk diambang jendela sangat besar, aku merasa nyaman untuk duduk sperti boneka di ujung lainnya.

kami dipisahkan oleh didnding, masing-masing dari kami duduk di ambang jendela di bawah sinar bulan. saat pembatas, bayangan yang terbentuk oleh dinding  itu memisahkan kami berdua dengan rapi.

kami saling berpandangan, tetapi tidak mengatakan apa pun. akhirnya akulah yang tidak tahan lagi dengan keheningan ini.

"Hyung—"

"Ya."

"bisahkah kamu menceritakannya padaku?"

menanggapi pertanyaan anehku, Kwon Jae Hyuk memiringkan kepalanya, tetapi dia tidak menjawab atau menanyakan apa maksudku.

aku bertanya sekali lagi dengan kesal.

"bagaimana Hyung tahu kita bisa pergi setelah kau menghancurkannya?"

Kwon Jae Hyuk belum menjawab. namu, dia tidak mentertawakanku atau tampak geli dengan reaksiku. dia bertanya lagi sambil memikirkan bagaimana menjawabnya.

"bagaimana menurutmu aku bisa mengetahuinya?"

"aku—"

"..."

"aku percaya kamu bisa meramal masa depan."

para pemilik, orang yang kembali, atau yang bisa melihat masa depan. mereka semua menunjukan hal yang sama. Kwon Jae Hyuk memiliki firasat tentang masa depan.

𝘛𝘩𝘦 𝘛𝘳𝘢𝘴𝘩 𝘞𝘢𝘯𝘵𝘴 𝘵𝘰 𝘓𝘪𝘷𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang