.

4 2 0
                                    

Sungguh siang ini terlihat lebih cerah dari biasanya yang sangat terik dan semacamnya. Angin yang berlarian menambah kesan yang sejuk, pepohonan yang rindang pun membuat suasana sangat teduh. Rumput yang bergoyang, dan suara kicauan burung, bukan kah ini tempat yang sangat santai?

Suasana nya yang tenang membuat Ariana terlelap begitu saja di bangku taman kampus. Di sisi lain di dalam sebuah koridor, ada seorang pria yang gelisah karena mengkhawatirkan sesuatu. Namun yang di khawatirkan jauh lebih santai, tertidur tenang di bawah pohon yang rindang dan hembusan angin lembut.

Oh ayolah, gadis nakal itu kemana??

Sadipta hanya menghela nafas dan berpikir memulai kelas tanpa asisten nakal nya itu.
.
.
.

Waktu berlalu dengan cepat, matahari pun kian bergeser dan waktu menjadi menjelang sore. Sadipta yang baru saja menyelesaikan kelas nya melenggang pergi menuju ruangan pribadi nya. Saat ia melewati kamar, sosok yang ia cari cari akhir nya muncul di depan mata. Namun ada yang berbeda kali ini. Gadis itu tidur di bangku taman? Dan bahkan bersandar di bahu seorang laki-laki? Jadi itu alasan nya tidak menjalani hukuman nya? pikiran Sadipta terus bertanya tanya tentang lelaki itu. Sadipta terus melihat nya dengan tatapan tajam, yang merasa di tatap pun hanya melirik sekilas tanpa ingin menyapa barang kali sebentar.

Gun Lian hanya mantap nya sekilas dan memberi seringai-an kecil. Tangan besar nya ia angkat untuk mengelus surai panjang nan lebut milik teman kecilnya itu. Lian pun menatap wajah Ariana dengan tatapan lembut. Sadipta tau arti tatapan itu.

Kekasih.. ya?

Dengan segera Sadipta pergi meninggalkan mereka.

"eungh.. Lian.."-lenguhan dan suara serak khas bangun tidur terdengar dari Ariana. Ia meregangkan tubuh nya.

Dengan sigap Lian memberikan Ariana minum. "Nih minum"

Ariana mengambil minuman itu dan segera meminum nya, lalu menyandarkan punggung nya di sandaran bangku.

"Capek banget anjir badan gue" keluh Ariana pada sang teman.

"Makanya istirahat. Lo kuliah udah kaya kerja rodi" Sang teman menimpali. Lagi pula ia benar.

"Kalo bukan gara gara dosen juga ga bakal gini gw"

Tangan Lian dengan cepat mengusak rambut Ariana hingga berantakan, yang di perlakukan seperti itu pun mengerutkan dahi nya tanda ia kesal. "BANGSAT JANGAN DI BERANTAKIN"

"AHAHAHAHAHAHAHAH" Tawa menggelegar dan kencang itu seperti tidak puas.

Mari tinggalkan sejenak dua insan yang tiada akur itu. Disini sadipta mengerjakan beberapa berkas dari kantor atau perusahaan milik-nya(?). Perlu kita ketahui Sadipta memiliki 2 perusahaan, pertama milik orang tua nya, dan satu lagi milik nya yang sudah sedari ia kecil rancang sedemikian mungkin.

Meja sempit dengan banyak sekali tumpukan kertas berisi dokumen serta berkas-berkas tentang mahasiswa-nya dan urusan kantor menjadi satu di dalam meja itu. Jangan lupakan kopi hitam yang selalu menemani keseharian nya itu.

Tap.. Tap.. Tap..

Suara langkah nyaring dari sepatu high heels terus mendekat ke arah pintu, hingga sang empu menunjukkan diri. Kaki jenjang serta mulus, serta pakaian yang ketat dan kurang bahan. Oh.. Tuhan.. Ada apa lagi, kenapa si nenek menghampiriku lagi?! teriakan batin Sadipta jelas menyatakan seperti apa tampang nya.

Tangan mulus jangan lupakan kuku panjang wanita itu menyapu pundak tegap Sadipta. Yang di belai pun hanya cuek tetap fokus dengan lembaran tercintanya.

"Sayang~ Mengapa kau dingin sekali pada ku? tidak kah kamu suka penampilan ku?" suara yang sengaja di buat mendayu-dayu itu membuat Sadipta geli di buat nya. Dengan tanpa pikir panjang Sadipta berdiri, lalu..

Bucin Jalur Karma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang