ׁ ִ ֹ 🦢 ׅ ⊹celine tau mungkin ini benar benar salah, ah ntah dia harus menyesali nya atau tidak, pagi pagi buta seperti ini ia sudah berada di depan panti dan hanya menatap bangunan itu.
seorang diri, sebenarnya celine takut ingin pergi sendiri ke sini tapi dengan keberanian besarnya ia sudah berniat akan memberontak hesa.
semalaman ia hanya tidur tiga jam selebihnya terbangun dan frustasi memikirkan cara mendapatkan uang sebanyak itu sedangkan ia saja belum pernah menerima gajinya saat ini.
matanya bahkan muncul sedikit mata panda karna kurang tidur belakangan ini hanya untuk memikirkan hal yang sama setiap harinya.
celine menyipit kan matanya
lagi pula hesa yang butuh uang itu kenapa dia dan anak anak panti yang jadi sasaran ancaman nya.
dan Celine yang harus cari uang sebanyak itu?? kurang ajar!
cklekk
bunyi pintu terbuka, celine dengan reflek nya segera bersembunyi di balik tembok pagar luar panti itu, ia melihat punggung seorang pria di balut oleh Hoodie itu keluar dengan menenteng sampah di tangan nya, menaruhnya di samping tempat sampah di seberang itu.
itu hesa!
celine bodoh kenapa masih diam di sini ayo hampiri dia.... batinnya celine, sambil berdiri jauh di sana sambil bergetar hebat, gila kenapa nyalinya jadi menyiut begini sih??
plan nya kan tadi tidak seperti ini astaga.
sepertinya sudah terlambat, hesa sudah masuk kembali ke dalam panti tersebut.
celine menjambak rambutnya sendiri karena kesal dengan dirinya sendiri, ia sangat stres sekali saat ini.
-
weekend ini seharusnya seandika sedang bersantai di rumah tapi sepertinya ia harus merelakan itu saat ini karena pertemuan dengan dua orang di depannya ini.
Bimantara dengan perempuan tak ia kenali di depannya ini,
seandika hanya melontarkan senyuman canggungnya, ke arah sang perempuan yang membalas nya dengan senyuman malu malu itu.
"nama aku karin sih kak tapi boleh di panggil kayin juga." uluran tangan perempuan itu memulai perkenalan dengan menyebut namanya.
"seandika." jawab singkat sean sambil menjabat uluran tangan itu sebentar, sejujurnya ia sudah malas berada di sini.
"semalam saya udah ngasih dia nomor kamu sean, kalian udah ada kenalan duluan lewat chat bukan?" tanya bima sambil menatap keduanya.
"oh itu kak, udah kok cuma karin ga terlalu banyak ngobrol di chat sama sean."
"iya, lagi pula udah larut malam banget saya bales chat kamu, udah pasti ga bakal banyak ngobrol lagi." jawab seandika datar sambil mengaduk-aduk minuman di depannya itu.
tak lama setelah setengah jam perbincangan mereka pada pertemuan ketiga orang tersebut, bima memutuskan untuk memberikan waktu bagi keduanya untuk saling dekat, ia berbohong izin pergi karena pekerjaannya yang mendesak, dan meninggalkan kedua sejoli itu hanya berdua saja.