6. Bitch!

428 20 5
                                    

"Boss lo darimana aja? ngilang mulu" Bento tak sabar melontarkan pertanyaan kala melihat Sky baru memasuki Basecamp mereka. Pria itu sudah terlambat sejam dari janjinya.

Sky tak menggubris dia malah merebahkan tubuhnya pada single sofa di ruangan besar itu.

"Yang lagi bucin mah beda, kaya gak tau anak muda aja" Dante berkomentar, melirik jenaka pada Sky.

Kavi dan Bento saling pandang.

"Jangan asal bicara!" bantah Sky menatap tajam Dante.

"Oke-oke jangan marah begitu boss" Dante tertawa.

Sky mendengus.

"Jadi sebenarnya apa yang gak kami ketahui?" Kavi yang biasa tak tertarik dengan kisah cinta Sky kini nampak penasaran begitupun dengan Bento.

Dante akan menjawab , namun segera Sky bungkam.

"Bukan hal penting, jadi jangan terlalu kepo" tegas Sky.

Kavi bangkit berdiri kemudian menuju meja billiard di tengah Basecamp mereka. "Dia terlalu lugu untuk menjadi mainanmu Sky" lanjut Kavi sembari mengambil stik billiard nya.

Sky berdecih. "Tumben sekali lo ikut campur." sarkasnya.

Kavi menempatkan stik dan fokus melihat bola putih bersama gerombolan bola berwarna yang ada di tengah meja.

"Gue hanya mengingatkan sebelum lo menyesal" lanjut Kavi sembari menyodok bola putih untuk di kenakan bola lainnya.

"Lo terlalu liar, jangan sampai benihmu ada padanya."

Kavi melanjutkan dengan enteng. Tak perduli jika kini Sky bisa saja tersinggung karena ucapannya.

"Dia gadis yang baik, jangan merusak hidupnya" lanjut Kavi memberi saran.

Sky bangkit berdiri, kemudian merampas stik yang Kavi pegang dan mematahkannya.

"Hidup gue adalah kendali gue. lo gak berhak ikut campur sedikitpun, sialan!" Sky murka, menatap nyalang pada Kavi.

"Kalau gitu lakukanlah. Dan jangan menyesal di kemudian hari" Kavi tersenyum sembari menepuk bahu Sky dan berlalu pergi.

Sementara Sky yg melihat reaksi Kavi berusaha untuk menahan kekesalannya.

Sialan!

***

Yara menunduk dalam kala Ibu tirinya, Anita. terus mengamatinya dengan intens. Wanita paruh baya tersebut memutari tubuh Yara penuh selidik.

Setelah beberapa saat Anita terdiam. kemudian dengan kasar merengkuh wajah Yara untuk mendongak menatapnya.

Mata tajamnya menelisik. Mengamati garis wajah Yara yang nampak sempurna.

Sialan!

Yara memang cantik. Wajahnya seperti boneka. Mata besar, hidung mungil, bibir ranum, bulu mata lentik , kulit putih pucat, Dada besar, pinggang ramping, dan bokong...

Ah sialan!

Anita langsung membuang kasar wajah Yara. Baginya kecantikan Yara adalah sebuah hinaan untuknya.

Tak bisa ia pungkiri, Yara memang cantik. Hanya saja gadis itu nampak tak terawat. Apalagi dengan penampilannya yang selalu membuat orang lain sakit mata.

Dan tiba-tiba netra Anita tertuju pada sebercak keunguan di leher anak tirinya, matanya menajam mengamati dengan intens apa yang ia lihat sekarang. Itu...

"Sialan! Ternyata begini kelakuanmu di sekolah? Hah!"

" Apa kau benar-benar berniat mengikuti jejak pelacur itu?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My DollsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang