Merajut

1 0 0
                                    

"Kenapa kau tidak bilang dari tadi!?"
Jika ucapanku disambar jawaban oleh Salihamidzic, karena aku yang tidak bertanya, harusnya tidak terlalu mengejutkan.

Melompat tergesa-gesa, aku pindah ke lantai yang mengambang paling dekat. Harus banget sepertinya berkata sembarangan seperti itu. Jadi ingin mendorongnya jatuh saja, secara Salihamidzic baru saja melompat menyusul.

"Mengumpulkan semua rangking dewa segala kelas, seberagam mungkin jenis pekerjaan, sepertinya pihak kerajaan tidak main-main,"
Terus bergerak, kepalaku merajut satu demi satu teka-teki. Muaranya gagal, petunjukku nyaris tidak ada.
"Mana yang tidak bersedia akan dijemput paksa pula. Semena-mena sekali."

Punggung yang sejak awal nyeri, tersengat ketika Salihamidzik menabraknya. Bukan salah dia, aku saja yang berhentinya dadakan.

Mau bagaimana lagi. Sumpah serapah rekan dadakanku ini reda seketika. Dari depan, lagi-lagi sepasukan kecil prajurit berzirah melompat ke atas lantai mengambang. Dari depan dan dari belakang, pendeknya kami terjepit

Memperlakukan kami berdua tidak jauh beda meringkus bandit. Ralat, rompak semacam Salihamidzic mungkin iya tapi, aku jelas bukan.

"Hei, bukannya lewat sini adalah idemu,"
Apanya yang jalan tercepat melewati tembok kota, kalau untuk melintas saja sesulit ini.
"Pikirkan sesuatu, cepatlah!"

Jalan keluar yang ditawarkan tidak jauh-jauh dari melawan saat tertangkap, dan cari kesempatan untuk kabur. Ya ampun, harusnya yang semacam ini gampang kutebak arahnya.

Buat Salihamidzic yang sejak awal rompak, itu bisa dilakukan. Menarik kapak dipinggang dan terlibat pertempuran kecil, seperti hari ini, yah. Rompak dan bandit, apa bedanya.

Pramurapih jadi bandit, sungguh gagasan ngawur. Biarpun tindakan Kerajaan Nagari Manggis Alum lebih kacau lagi. Memaksa-maksa kehendak seenaknya. Yang jelas, aku harus keluar dari ibukota. Aku berbalik dan terus laju ketika Salihamidzic berhasil memukul ketopong salah satu prajurit.

Tidak mau ketinggalan, kuraih sebuah kubus penyusun lantai. Lepas dari kepungan tanpa menyakiti, lepas dari kepungan tanpa menyakiti. Berulang-ulang kepalaku merapalnya. Menindih kesukaanku mengamati kubus pembentuk lantai muncul ajaib setelah bintang-bintang kecil berhamburan.

[ serbuksari klebugmas ] + [ rimpang temubantal ]

Kalau sudah begini dampaknya tidak seketika, pensiun seketika aku dari rangking dewa.

[ ninabobo gelundungan ]

Good Morning GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang