Senja menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak menentu. Di luar, mentari senja telah menghilang di balik cakrawala, meninggalkan langit malam yang bertabur bintang. Cahaya remang-remang dari lampu meja menyinari wajahnya yang terlihat lesu dan hampa.
"Kapan aku bisa merasa bahagia seperti Selena?" Senja berbisik pada dirinya sendiri, suaranya bergetar lembut seperti daun-daun kering yang tertiup angin.
Ia menatap bayangannya di cermin besar yang menempel di dinding. Rambut keemasannya yang berombak indah terlihat kusam dan lemas, mata birunya menyeramkan dengan lingkaran hitam di bawah matanya.
"Aku terlihat jelek," batin Senja, menunduk lesu. "Aku tidak cantik seperti Selena, aku tidak pintar seperti Selena, dan aku tidak beruntung seperti Selena."
Senja tahu bahwa ia harus berhenti membandingkan dirinya dengan kakaknya. Ia tahu bahwa setiap manusia memiliki keunikan masing-masing, dan ia pun pasti memiliki keistimewaan yang belum ia temukan.
Namun, rasa kecewa yang mendalam telah menjajah hatinya. Senja merasa terjebak dalam perbandingan yang tak berujung.
Ia mengambil diary kecil berwarna biru yang selalu ia bawa kemana-mana. Diary itu menjadi tempat bagi Senja untuk mencurahkan semua perasaannya yang tak terungkap.
Senja menulis dengan tangan yang gemetar, hurufnya berantakan mencerminkan kegelisahan di hatinya.
"Dear Diary," tulis Senja. "Aku lelah merasa tidak berarti. Aku lelah diperlakukan seperti anak tiri di keluarga sendiri. Aku ingin merasa dicintai, aku ingin merasa berharga."
Senja meneteskan air mata, menuruni pipinya yang halus. Ia merasa terpuruk dalam kesedihan yang mendalam.
"Apa yang harus aku lakukan?" Senja berbisik, suaranya menghilang dalam keheningan kamar itu.
Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di benaknya. Senja mengusap air matanya dan menatap cermin dengan tatapan yang bersemangat.
"Aku akan mencari cara untuk menemukan kebahagiaanku sendiri," putus Senja dengan tegas. "Aku tidak akan menunggu keluarga ku mencintai aku. Aku akan mencintai diri ku sendiri, dan aku akan mencari kebahagiaan ku sendiri."
Senja menutup diary-nya dengan senyuman yang baru terbentuk di bibirnya. Ia menatap langit malam di luar jendela, bintang-bintang berkelap-kelip menyerupai cahaya yang menuntunnya menuju jalan baru.
Senja bertekad untuk menciptakan hidupnya sendiri, hidup yang penuh dengan kebahagiaan dan kebebasan, hidup yang tidak dibatasi oleh peraturan dan harapan keluarga.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hyy besstt jangan lupa vote & coment yah.. Biar aku semangat nulisnya 🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin yang Retak
Teen FictionCerita ini menggambarkan kisah pilu Raina, gadis muda yang terperangkap dalam keluarga yang tidak adil. Kehidupan Raina dipenuhi dengan ketidakpedulian dan perlakuan pilih kasih dari orang tuanya, yang lebih mencintai dan memuji kakak-kakaknya. Rain...