🌼Di Balik Jendela Kaca Berdebu

0 0 0
                                    



Senja menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak menentu.  Di luar, mentari senja telah menghilang di balik cakrawala, meninggalkan langit malam  yang  bertabur  bintang.  Cahaya  remang-remang  dari  lampu  meja  menyinari  wajahnya  yang  terlihat  lesu  dan  hampa.

"Kapan  aku  bisa  merasa  bahagia  seperti  Selena?"  Senja  berbisik  pada  dirinya  sendiri,  suaranya  bergetar  lembut  seperti  daun-daun  kering  yang  tertiup  angin.

Ia  menatap  bayangannya  di  cermin  besar  yang  menempel  di  dinding.  Rambut  keemasannya  yang  berombak  indah  terlihat  kusam  dan  lemas,  mata  birunya  menyeramkan  dengan  lingkaran  hitam  di  bawah  matanya.

"Aku  terlihat  jelek,"  batin  Senja,  menunduk  lesu.  "Aku  tidak  cantik  seperti  Selena,  aku  tidak  pintar  seperti  Selena,  dan  aku  tidak  beruntung  seperti  Selena."

Senja  tahu  bahwa  ia  harus  berhenti  membandingkan  dirinya  dengan  kakaknya.  Ia  tahu  bahwa  setiap  manusia  memiliki  keunikan  masing-masing,  dan  ia  pun  pasti  memiliki  keistimewaan  yang  belum  ia  temukan.

Namun,  rasa  kecewa  yang  mendalam  telah  menjajah  hatinya.  Senja  merasa  terjebak  dalam  perbandingan  yang  tak  berujung.

Ia  mengambil  diary  kecil  berwarna  biru  yang  selalu  ia  bawa  kemana-mana.  Diary  itu  menjadi  tempat  bagi  Senja  untuk  mencurahkan  semua  perasaannya  yang  tak  terungkap.

Senja  menulis  dengan  tangan  yang  gemetar,  hurufnya  berantakan  mencerminkan  kegelisahan  di  hatinya.

"Dear  Diary,"  tulis  Senja.  "Aku  lelah  merasa  tidak  berarti.  Aku  lelah  diperlakukan  seperti  anak  tiri  di  keluarga  sendiri.  Aku  ingin  merasa  dicintai,  aku  ingin  merasa  berharga."

Senja  meneteskan  air  mata,  menuruni  pipinya  yang  halus.  Ia  merasa  terpuruk  dalam  kesedihan  yang  mendalam.

"Apa  yang  harus  aku  lakukan?"  Senja  berbisik,  suaranya  menghilang  dalam  keheningan  kamar  itu.

Tiba-tiba,  sebuah  ide  terlintas  di  benaknya.  Senja  mengusap  air  matanya  dan  menatap  cermin  dengan  tatapan  yang  bersemangat.

"Aku  akan  mencari  cara  untuk  menemukan  kebahagiaanku  sendiri,"  putus  Senja  dengan  tegas.  "Aku  tidak  akan  menunggu  keluarga  ku  mencintai  aku.  Aku  akan  mencintai  diri  ku  sendiri,  dan  aku  akan  mencari  kebahagiaan  ku  sendiri."

Senja  menutup  diary-nya  dengan  senyuman  yang  baru  terbentuk  di  bibirnya.  Ia  menatap  langit  malam  di  luar  jendela,  bintang-bintang  berkelap-kelip  menyerupai  cahaya  yang  menuntunnya  menuju  jalan  baru.

Senja  bertekad  untuk  menciptakan  hidupnya  sendiri,  hidup  yang  penuh  dengan  kebahagiaan  dan  kebebasan,  hidup  yang  tidak  dibatasi  oleh  peraturan  dan  harapan  keluarga.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hyy besstt jangan lupa vote & coment yah.. Biar aku semangat nulisnya 🫰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cermin yang RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang