14 tahun bukanlah usia dewasa, tetapi setiap harinya gadis itu selalu diperlihatkan adegan dewasa. Tinggal bersama keluarganya, yang terdiri dari ayah, ibu, kakak laki-laki, dua kakak perempuannya, serta dirinya, Anya begitulah nama yang kedua orangtuanya berikan, tidak pernah absen mendengar desahan demi desahan disaat ia pulang sekolah.
Sambil melepaskan Sepatu sekolah, Anya melihat ada dua pasang Sepatu perempuan yang tidak ia kenali sebelumnya. Jelas Anya yakin Sepatu tersebut bukan milik kakak perempuannya. Namun jika Sepatu tersebut tersusun rapi di rak Sepatu, yang terletak di teras rumahnya, mengartikan bila ada orang yang datang ke rumahnya ini.
Demi memastikan siapa pemilik dari Sepatu itu, Anya melangkah masuk ke dalam rumahnya. Dia langsung saja ke atas di mana kamarnya berada. Namun seketika langkah Anya berhenti, disaat pintu kamar kakak laki-lakinya tidak tertutup rapat, siang ini Anya kembali mendengar desahan perempuan dari dalam kamar itu. Entah sedang beradegan apa mereka bersama kakaknya Anya, yang jelas keadaan ini bukanlah pertama kali terjadi. Bahkan kalau dihitung-hitung, dalam seminggu bisa terjadi 2 sampai 3 kali.
Menampilkan ekspresi jijik, Anya kembali melangkah. Kini dia sampai di depan pintu kamar yang di dalamnya terdiri dari dua ruangan. Ruangan kamarnya yang jauh sempit, dengan kasur kecil di dalamnya. Serta ruangan sebelahnya yang jauh lebih besar dengan satu ranjang queen size, tempat dua kakak perempuannya untuk tidur.
Kalau dibandingkan, ruangan Anya memang lebih sempit, namun jauh lebih rapi jika dibandingkan dengan ruangan kamar kedua kakak perempuannya. Sedangkan di ruangan kamar kakak perempuannya tidur, banyak sekali barang-barang menakutkan yang tergeletak disembarangan tempat.
Bukan. Bukan barang-barang dengan unsur setan. Tetapi barang-barang yang menggambarkan bentuk kelamin manusia.
Meletakkan tas sekolahnya di atas meja kayu yang selalu Anya gunakan sebagai meja belajar, dia buru-buru berbaring dengan harapan bisa meredakan sakit pada bagian punggung karena terlalu berat membawa tas ransel yang berisi banyak buku Pelajaran. Namun baru saja Anya ingin memejamkan mata, tiba-tiba saja desahan dan jeritan dari seorang perempuan, menyentil pendengaran Anya.
Walau suara desahan dan jeritan itu seperti embusan angin, tetapi terdengar jelas dipendengaran Anya.
"Ahhh ... ahh, sakiiitt."
"Aw, babe! Slowy,"
Berusaha menutup telinganya dengan tangan, suara desahan itu semakin jelas, sampai-sampai Anya mengubah posisi tidurnya demi bisa menutupi kepala dengan bantal.
"GILA!! Nggak bosen apa mereka! Hampir setiap hari ah ... ah ... aja!! Itu mendesah apa lagi makan hahu holing sih?"
Hanya bisa menggerutu dan menggerutu saja, Anya tidak tahu sampai kapan dia menjalani kehidupan remajanya ditengah-tengah keluarga gila ini. Karena cepat atau lambat, dia pastinya akan menyerah juga. Entah itu, menyerah dan memilih kabur dari rumah ini, atau menyerah dan mengikuti arus dari keluarga gilanya.
"Mending turu! Dari pada desah uh ah mulu!"
YOU ARE READING
MANIAC | 18+
RomanceIni keluarga atau sarang prostitusi sih? Pertanyaan itulah yang selalu diulang-ulang Anya ketika melihat kelima anggota keluarganya saat mereka berada di rumah ini. Mulai dari kakak laki-lakinya yang selalu membawa dua orang cewek berbeda setiap har...