Kembali melewati depan pintu kamar kakak laki-lakinya, Ansel, Anya menutup kedua telinganya rapat-rapat dengan tangan, berharap tidak mendengar desahan menakutkan itu lagi. Sampai pada tangga terakhirnya dibagian bawah, Anya sadar bila Ansel sedang tidak ada di rumah. Dari keadaan lahan parkir di depan rumahnya, mobil yang biasa Ansel pakai untuk melakukan aktivitas sebagai mahasiswa tidak terlihat terpakir di halaman rumahnya ini.
Menarik napas panjang, dan mengembuskannya dengan kasar, Anya merasa beruntung. Setidaknya suara desahan itu tidak lagi ia dengar saat ini.
Mulai bergerak menuju ke area ruang makan dibagian belakang, tentu saja setelah Anya melewati ruang keluarga, terdengar suara seseorang memanggil namanya. Anya menoleh, menatap wajah orang itu yang terlihat sedang tidak fit.
"Kamu baru bangun, Nya? Mama ada beli makanan kesukaan kamu tadi dari kantor. Cek aja dibawah tudung saji. Tadi kayaknya bibik udah sajikan di sana," ucapnya menjelaskan kepada Anya mengenai makanan tersebut.
"Emang bibik enggak masak, Ma?"
"Enggak. Tadi pagi mama lupa kasih dia uang untuk beli sayur."
"Papa belum pulang?" tanya Anya kembali, sambil terus menyelidiki kondisi ibunya.
"Belum, katanya lembur. Kenapa? Kamu ada perlu sama papa?"
"Enggak. Anya mau minta tambahan uang jajan sama papa. Yang kemarin kurang. Karena dua hari ini Anya pulang pergi naik gojek."
"Loh, kamu enggak pergi bareng Ansel kemarin?"
"Enggak."
"Kenapa, Nak? Papa kamu beliin dia mobil biar bisa anterin adik-adiknya ke sekolah atau ke kampus. Bukan buat dipakai sendirian."
Anya hanya bisa meringis saja. Bagaimana bisa dia diantarkan oleh Ansel, sedangkan kakak laki-lakinya itu saja baru bangun jam 9 pagi. Sedangkan pada jam segitu, kedua orangtuanya sudah berada di kantor, dan tidak mungkin memonitoring kegiatan Ansel di rumah.
"Nanti mama bilangin dia deh. Sekarang dia lagi ada tugas kelompok, jadi pulang terlambat."
Tugas kelompok? Ulang Anya dalam hatinya. Memangnya tugas apa yang Ansel lakukan dengan dua teman perempuan yang dimasukkan ke dalam kamar sambil mendesah-desah aneh seperti itu?
Anya benar-benar tidak paham jalan pikiran orang dewasa.
Walau usia Anya baru 14 tahun, seharusnya dia masih bisa memahami kelakuan aneh yang dilakukan oleh semua keluarganya. Mengenai edukasi seks dan hal-hal penting lainnya di sekolah, rasanya Anya tidak pernah melewatkan satu kali pun. Tetapi yang Anya pertanyakan, apakah keluarga lain diluar sana juga melakukan hal yang sama dengan keluarganya?
Apa semua ini normal?
Inilah jawaban yang belum Anya ketahui. Dan mungkin akan sulit Anya pahami sebelum semua orang di dalam rumahnya ini menceritakan secara detail kepadanya.
"Kenapa lagi kamu, Nya? Udah sana makan dulu. Kepala mama lagi sakit banget, dari pada kamu kena omel sama mama, mendingan kamu jauh-jauh."
Menuruti saran ibunya, Anya langsung ke area dapur. Membuka tudung saji, dan melihat makanan kesukaannya tersaji rapi di dalam sana. Senyum dibibir Anya langsung mengembang begitu saja, tanpa ragu Anya menarik keluar piring besar itu, kemudian menikmati isi makananya dengan sebuah sendok yang baru saja dia ambil dari dalam laci kitchen set.
Duduk di atas kursi kayu, Anya mulai menikmati makanan kesukaannya itu tanpa perlu repot-repot ia pindahkan ke dalam piring lain. Karena Anya tahu, hanya dia yang menyukai makanan ini.
Menggoyang-goyangkan bahunya karena merasa nikmat atas makanan yang masuk ke dalam mulut, perlahan Anya mendengar suara dari arah kamar bibiknya yang kebetulan terletak di samping dapur ini. Suara itu bukanlah berasal dari suara bibiknya, namun bentuk suara yang terdengar adalah bentuk desahan dari seseorang yang tidak Anya kenali.
Meletakkan sejenak sendok tersebut ke atas piring, Anya turun dari kursi dan mulai melangkah mendekati sumber suara. Dia membuka pintu penghubung itu, lalu melangkah secara perlahan lewati lahan jemuran, hingga akhirnya Anya tiba di ruangan paling belakang area rumahnya ini.
Semakin jelas terdengar suara desahan itu, Anya mengintip bagian dalam dimana keadaan pintu yang tidak tertutup dengan sempurna. Mungkin karena inilah mengapa Anya bisa sampai mendengar suara menjijikkan itu. Tetapi yang jadi pertanyaan, apa yang dilakukan bibiknya saat ini?
Berjongkok dan mengintip secara perlahan, Anya membelalak lebar ketika sadar apa yang sedang dilakukan bibiknya saat ini. Ternyata perempuan itu sedang menonton video dewasa melalui ponselnya sambil melakukan sesuatu pada bagian kelaminnya.
Yang Anya tidak paham, mengapa sebuah ketimun dipakai oleh bibiknya untuk mencolok-colok ke dalam lubang vagina milik perempuan itu?
Karena sedang dalam kondisi makan, tiba-tiba saja Anya merasa mual. Dalam pikirannya, jangan-jangan ketimun yang ditangan bibiknya itu adalah sayuran yang dipakai untuk memasak di rumah ini?
Kalau memang benar seperti itu, Anya benar-benar tidak mau lagi makan makanan yang dimasak oleh bibiknya!
"HOEEEKKK!!"
YOU ARE READING
MANIAC | 18+
RomanceIni keluarga atau sarang prostitusi sih? Pertanyaan itulah yang selalu diulang-ulang Anya ketika melihat kelima anggota keluarganya saat mereka berada di rumah ini. Mulai dari kakak laki-lakinya yang selalu membawa dua orang cewek berbeda setiap har...