2. Merasa Jauh

80 15 0
                                    

Vote dan komen~~

Hari ini terasa lebih berat bagi Biru, mungkin karena hukumannya yang bertambah akibat ketahuan bolos di pelajaran bahasa Inggris. Padahal masa hukuman sebelumnya baru saja selesai, memang Biru tidak memiliki rasa jera sedikitpun. Kini ia duduk di kursi sambil memasang wajah memelas andalannya, di depan Biru ada Bu Nirma yang menatapnya tajam, tidak luluh dengan tatapan Biru. Jika guru yang lain mungkin akan terlena, apalagi Biru memang memiliki wajah manis dan lucu. Tapi ini Bu Nirma, yang sudah hafal dengan Biru luar dalam.

"Bu, jangan panggilan orangtua dong, yang lain saja ya? Biru rela kok bersihin kamar mandi sekolah. " Biru tidak berhenti mencoba membujuk guru kesayangannya itu. Sungguh, ia lebih memilih membersihkan kamar mandi lantai atas sampai bawah, daripada memanggil salah satu orangtuanya ke sekolah. Lagi pula ia sudah berteman baik dengan para penunggu di kamar mandi.

"Diam Biru! Ini agar memberikan efek jera kepada kamu. Selama ini hukuman fisik tidak mempan, jadi ini jalan yang saya ambil untuk menangani kamu. " Bu Nirma menatap Biru garang. Tidak akan lagi tertipu dengan ucapan Biru. Dengan cepat ia meraih smartphone miliknya, mencari nomor orangtua Biru dari grup wali murid. Sementara Biru sudah gigit jari di kursinya. Berharap yang dipanggil bukan mamanya.

"Halo, selamat siang. " Sapaan Bu Nirma mampu mendebarkan hati Biru. Bukan karena jatuh cinta, jantungnya berdebar karena rasa gugup dan takut. Jari yang Biru gigit sudah berdarah, ia benar-benar risau selama Bi Nirma mengobrol dari balik smartphonenya. Sementara Bu Nirma ketawa-ketiwi sendiri bersama sosok yang ia hubungi.

Selesai dengan panggilannya. Bu Nirma kembali meletakkan smartphonenya. Menatap Biru sejenak yang memilin seragamnya, Bu Nirma menghela napas. "Saya menghubungi Papa kamu. " Ucapnya berhasil melegakan jiwa Biru begitu saja. Biru sedikit tersenyum, mengucapkan jika dirinya berjanji tidak akan membolos dan bertingkah nakal lagi.

Beberapa saat kemudian Papa Biru sudah sampai di sekolah. Ia datang dengan jas yang rapi, tampak berwibawa sekali. Biru menelan ludahnya kasar, ketika Papanya duduk di sampingnya Biru sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari sang papa.

"Dengan Pak Tirta benar? " Bu Nirma bertanya dengan sopan. Dan Tirta-Papa Biru- mengangguk, tersenyum kecil. Biru melirik sekilas wajah papanya, senyumnya tidak pernah luntur meski mendengar perbuatan jelek Biru dari Bu Nirma. Hingga entah berapa lama mereka di sana, hanya membahas kenakalan Biru dari awal semester sampai saat ini. Biru tidak ingat jika kesalahannya sebanyak itu, ia menguap menahan kantuk.

"Baik, sebisa mungkin saya akan menangani putra saya agar kejadian-kejadian seperti ini tidak terjadi kembali. " Tirta tersenyum tipis pada Biru, mengusap rambutnya perlahan. Bu Nirma tersenyum senang, mengucapkan terimakasih kemudian mempersilahkan Tirta yang akan melanjutkan pekerjaannya.

Tirta dan Biru berhenti sejenak di depan ruang BK. Biru sedikit takut-takut menatap wajah Papanya, jari tangannya kembali ia gigit. "Berhenti mengigit jarimu. " Ucap Tirta tegas, ia tidak suka putranya menyakiti dirinya sendiri. Biru menunduk, memperhatikan kesepuluh jarinya yang penuh luka-luka, ia tidak sadar. Mengigit jari sudah menjadi kebiasaannya ketika cemas.

"Dasar anak nakal. " Ucap Tirta sambil menjitak dahi Biru. Biru menggerutu, memajukan bibirnya kesal. "Papa! " Begitu serunya, sementara Tirta terkekeh gemas. Mengusak rambut Biru hingga berantakan, mengundang pekikan dari putranya.

"Ayo pulang, Papa antar. " Tirta melihat jam tangannya, tiga menit lagi waktu pembelajaran akan selesai. Biru menurut, melangkah menuju kelas untuk mengambil barang-barang miliknya. Sementara Tirta melangkah ke parkiran sekolah.

...

Biru dengan heboh berlari menuju kelas. Kelasnya sudah hampir kosong, hanya ada beberapa temannya yang tengah menjalankan piket. Di antara mereka ada Elang, yang menjadi sasaran kehebohan Biru. Anak itu dengan riangnya menggoyangkan tubuh Elang ke kanan dan ke kiri hingga mendapatkan decakan dan pukulan ringan di bahu. Biru cengengesan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNTUK BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang