Langit kelabu menggelantung di atas Distrik Stohess. Salju memang belum turun menjamah tanah, namun suhu sudah jatuh sejak minggu pertama Desember. Orang-orang yang hariannya merayap di jalan mulai tampak memakai coat panjang sambil memasukkan tangan ke kantung. Asap beku membumbung keluar dari tiap embusan napas di mulut.
Saat ini belum waktunya pulang sekolah untuk anak-anak Sheena Fritz Academy, namun Annie Leonhart, siswi tahun kedua, memilih makan permen karet sambil duduk di tangga luar apartemen Tybur Building, yang kebetulan mengarah ke gang sempit di area 3rd Avenue, East Stohess.
Tidak ada yang menarik sebenarnya, Annie hanya melihat gerombolan anak kecil yang terkadang lewat sambil menggiring bola. Lalu meletuskan balon dari permen karetnya, mengulum, membuat balon, dan meletuskan lagi.
Mungkin karena itu, siswa akademi banyak yang melabelinya sebagai bad girl; padahal apa yang Annie perbuat? Ia tidak mengganggu hidup siapapun seperti yang dilakukan Jean Kirstein, si bad boy tulen yang bangga akan julukannya—toh, bolos kelas tidak merugikan pihak manapun.
Persetan dengan julukan dan kasta, kalau begitu.
Ponsel Annie berdering singkat menandakan ada pesan masuk. Dari Hitch Dreyse, satu-satunya cewek yang mau repot-repot ngobrol dengan Annie di lorong sekolah, atau di kantin, atau bahkan di kelas. Mungkin Hitch tidak punya kegiatan lain selain pdkt dengan Marlowe Freudenberg atau menjilat kaki Historia Reiss sebagai wannabe.
'Aku tau kau bolos.' Katanya di pesan teks.
'Aku bisa bilang ke Mr. Smith dan ayahmu akan dapat surat cinta dari sekolah.' Lanjutnya.
Annie tidak ambil pusing. Ia segera mengetik pesan balasan dengan cepat, bahwa besok dirinya akan memberi Hitch kupon potongan belanja sepuasnya di toko kosmetik Nanaba. Ayah Annie bekerja sebagai editor majalah kota, seringkali ada promo masuk sebagai iklan. Lantas Annie sering mengambil kupon yang berserakan itu di meja kerja ayahnya di rumah. Cara sogokan kupon gratis selalu bisa membuat Hitch tutup mulut.
'Oke.' Hitch membalas. 'Jangan lupa bawa. Besok.'
Memang benar cewek itu tidak punya kerjaan.
Annie mengambil bungkusan rokok yang selalu ia bawa dalam tas gitarnya, kemudian menyalakannya. Bukan berarti ia merokok setiap hari dan setiap saat. Ia merokok hanya jika ingin, seperti sekarang. Barangkali pengalamannya duduk di tangga gang akan lebih asyik.
"Annie?"
Annie menoleh. Di ujung gang berdiri Armin Arlert, si geek yang terkenal pintar dan nerd. Seperti biasa, ia membawa laptop di tangan, kacamatanya berembun karena uap dingin. Perlahan, ia melangkah mendekati Annie.
"Kenapa?" Annie bertanya. Matanya tidak menunjukkan keterkejutan atau apa.
"Ternyata kalau bolos kelas, kamu ke sini, toh." Jawab Armin. "Boleh gabung?"
Faktanya, tanpa menunggu jawaban, Armin naik sampai ke anak tangga yang sama dengan Annie, lalu duduk di sebelahnya.
"Tugas kelompoknya sudah selesai. Kamu gak kontribusi apa-apa."
Soal itu Annie juga tahu. Dia tidak peduli mau dapat nilai nol sekalipun. Pelajaran sejarah itu omong kosong. Begitu juga dengan pelajaran nonsejarah. Intinya, sekolah itu tidak berguna.
Annie menghembuskan nikotin ke udara.
"Besok tugasnya akan—"
"Nih," ucap Annie sambil menyodorkan rokok yang baru dia isap, memotong apapun yang ingin dikatakan oleh Armin. "Mau coba, gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Permen Karet, Rokok, dan Ciuman
FanfictionAda yang berbeda dari agenda bolos Annie hari ini. [AOT High School Caste universe!]