“Cewek yang duduk di baris ketiga dari belakang, rambutnya diikat dan menatap jendela setelah ini langsung ke ruangan depan.”
Seluruh mahasiswa baru mengalihkan pandangan mencari keberadaan cewek yang dimaksud, sentuhan pada lengan Aura menghentikan tatapannya pada jendela dengan beralih pada salah satu teman barunya, Aura menatap bingung tapi melihat kode yang diberikan sang teman secara otomatis mengalihkan pandangan ke depan dimana senior berada.
“Bagus pemandangannya?”
“Maaf, kak.” Aura menundukkan kepalanya sebagai pemohonan maaf.
“Nanti ke ruang depan untuk mendapatkan hukuman.”
Aura membelalakkan matanya pada saat posisi menduduk, memilih mengangkat kepala dengan menganggukkan perlahan. Materi kembali dimulai, tapi kali ini tidak akan melakukan kesalahan kembali dengan fokus pada senior yang ada didepan.
“Memang kamu lihat apa sih?” tanya Brina penasaran setelah kelas selesai.
“Nggak ada,” jawab Aura jujur karena pada kenyataannya tidak melihat apapun dan tadi terlalu asyik melamun “Kira-kira hukumannya apa ya? Aku jadi takut hukumannya bakal aneh-aneh.”
“Berdoa aja.” Brina menepuk bahu Aura pelan “Aku tunggu di kantin atau mushola?”
“Kabarin aja nanti kamu dimana, lagian aku nggak tahu berapa lama. Aku duluan kalau gitu, daripada makin lama terus hukumannya makin berat.”
“Makanya jangan ngelamun.” Brina meledek Aura yang semakin mengerucutkan bibirnya.
Mengetuk pintu perlahan, tidak mendapatkan jawaban apapun dari dalam, menunggu beberapa saat dengan menatap sekitar berharap ada senior yang lewat tapi tidak ada satupun senior yang lewat. Hembusan napas panjang dikeluarkan dengan mengetuk kembali pintu dihadapannya, tapi lagi-lagi tidak ada tanggapan sama sekali.
“Ngapain kamu ngetuk pintu?”
Aura hampir saja melompat ke belakang mendengar suara dihadapannya, tidak menyadari jika pintu telah dibuka dan sekarang berhadapan dengan pria yang berpenampilan santai dengan rambut berantakan ciri khas bangun tidur, menatap dalam tanpa berkedip sama sekali, meyakini diri jika dihadapannya adalah manusia bukan setan. Mencoba mengingat pria dihadapannya, tapi sama sekali tidak mengingat diantara senior yang pernah mengisi acara mahasiswa baru atau ditemuinya.
“Kenapa malah diam? Kamu gangguin orang tidur!”
“Kamu! Kenapa disana? Aku bilang disini, malah disana!”
Aura terkejut mendengar suara lain, menatap seseorang yang ada di belakangnya. Ruangan berhadapan dan bodohnya tidak bertanya lebih lanjut ruangan yang mana, tidak berani melihat pria yang di ganggunya tadi dengan melangkah kearah senior yang tadi memanggil dirinya.
“Ngapain kamu disana? Itu tempat kesehatan, memang kamu nggak tahu?” Aura memilih menggelengkan kepalanya “Makanya jangan kebanyakan melamun.”
“Maaf, kak.”
“Nggak usah minta maaf! Kamu kira dengan maaf bisa lepas dari hukuman?”
“Nggak, kak.” Aura kembali menggelengkan kepalanya.
“Kamu mau tahu hukumannya?” Aura menganggukkan kepalanya walaupun lemas.
Siapa yang mau tahu hukuman, lagian jaman sekarang masih saja ada hukuman. Mereka memang tidak takut kalau nanti Aura buat heboh di media sosial, lagian buat apa cerita hal tidak penting ke media sosial. Berpikir positive jika yang dilakukan senior bukan bully tapi mengajarkan agar menghargai orang berbicara di depan.
“Kamu tahu cowok tadi siapa?”Aura seketika menggelengkan kepalanya “Kamu cari tahu dia siapa, hukumannya adalah kamu harus bisa buat cowok itu suka sama kamu dan waktunya sampai selesai masa ospek ini.”
“Suka? Nggak perlu jadian, kan?” tanya Aura langsung diangguki sang senior.
“Memang bisa sampai jadian? Buat dia suka sama kamu saja belum tentu berhasil. Kamu tahu siapa dia? Dia itu adalah Irwan, tahu?” Aura kembali menggelengkan kepalanya “Memang kamu nggak kenal senior-senior disini?”
“Belum semua, kak.” Aura memilih menjawab jujur sambil menundukkan kepalanya.
“Kamu tanya sama teman-teman kamu siapa Irwan, lakukan hukumannya sampai batas waktu ospek selesai.”
“Memang nggak ada hukuman lain, kak? Bukannya ini melanggar dari aturan?” tanya Aura takut-takut mencoba untuk negosiasi.
“Kenapa? Mau bilang ini pembullyan? Anak jaman sekarang, nggak bisa apa melihat dari sisi positif? Anggap aja belajar menggaet pria, siapa tahu justru Irwan ini jodoh kamu. Sudah, kamu tinggal lakukan. Lagian hukuman ini juga nggak berat-berat amat, Irwan juga sangat membantu anak baru walaupun agak kolot secara faktor usia.”
Berjalan keluar menuju kantin, ekspresi kesal jelas terlihat sangat jelas di wajah Aura. Siapa yang suka jika mendapatkan hukuman, apalagi hukumannya tidak masuk akal sama sekali. Hukuman membuat senior jatuh cinta, hukuman model apa macam begitu. Langkah kakinya semakin dekat kearah teman-teman barunya, teman baru yang dikenal karena masuk di fakultas akuntansi ini. Fakultas yang diambil karena banyaknya peminat, walaupun dirinya sama sekali tidak paham tentang akuntansi.
“Kenapa wajahmu? Dapat hukuman? Apaan? Mau pesan sesuatu dulu?” tanya Restu yang duduk dihadapannya.
Menatap sekitar dan akhirnya memilih untuk makan dan minumannya, tanpa menunggu waktu langsung memesannya. Langkah kakinya terhenti saat melihat seseorang yang ditemuinya di ruangan tadi, seseorang yang harus ditaklukkan karena faktor hukuman, hembusan napas panjang dikeluarkan membayangkan apa yang akan dilakukannya. Melangkahkan kakinya menuju teman-temannya, duduk diam mendengarkan pembicaraan mereka dengan mata yang mengarah pada pria bernama Irwan.
“Kenapa lihatin Mas Irwan?” suara Restu mengalihkan tatapannya kearah teman-temannya kembali “Jangan bilang kalau...”
“Buat dia suka sama aku.” Aura melanjutkan kalimat Restu yang membuat semua membelalakkan matanya “Siapa memang dia?”
“Kamu nggak tahu dia?” Aura menggelengkan kepalanya tanpa bersalah “Astaga! Kamu ngapain aja beberapa hari ini? Kita udah ospek jalan empat hari dan kamu nggak tahu Mas Irwan?” Brina menatap tidak percaya.
Aura kembali menggelengkan kepala “Aku nggak tahu dan nggak ingat pernah lihat dia pas ospek ini. Dia pernah kasih pengarahan buat kita? Kenapa aku nggak inget sama sekali...”
“Parah teman kamu, Bri. Masa Mas Irwan nggak tahu.” Restu menggelengkan kepalanya “Kamu diminta buat Mas Irwan suka sama kamu? Gimana caranya kalau kamu nggak tahu dia?” Restu memukul pelan keningnya.
“Suka bukan berarti jadian, kan? Lagian dia bukan type aku.” Aura mengatakan dengan sangat santai mulai menikmati makanannya “Memang kenapa sama dia? Apa yang istimewa?”
“Mas Irwan ini...aku bingung mulai darimana...Mas Irwan itu ramah, suka bantuin semua orang yang butuh, disayang sama dosen bahkan kandidat dosen nantinya disini dan kalau nggak salah sekarang dia itu udah jadi asisten dosen.” Restu memberikan penjelasan sangat detail.
Aura yang mendengarkan hanya bisa membuka mulut membentuk huruf o, tidak menyangka jika teman-temannya tahu siapa Irwan. Tidak mungkin dirinya mengakui jika tidak mengingat nama-nama senior yang sudah memberikan bimbingan dan pengarahan, kelemahan Aura adalah tidak mengingat nama dan wajah seseorang.
“Hukuman kamu itu kayaknya berat, Mas Irwan itu nggak mau pacaran-pacaran. Aku dengar kalau ada yang cocok buat apa pacaran mending langsung nikah.” Restu melanjutkan informasi tentang sang senior.
“Wah...bisa jadi kalau kamu cocok sama dia nantinya bakal menikah. Lumayan lah nikah sama senior, lagian Mas Irwan tampan juga nggak kalah sama idol Korea.” Brina menggoda Aura yang langsung mengerucutkan bibirnya.
Aura mengarahkan pandangannya kearah Irwan, Brina tidak salah jika seniornya ini tampan dimana pastinya banyak wanita yang menyukainya, tapi permasalahannya membuat dia menyukai dirinya. Aura akan membutuhkan tenaga banyak agar bisa membuatnya suka, tatapan mereka bertemu yang seketika membuat Aura menjadi salah tingkah.
“Kamu deh yang akan cinta sama dia, bukan dia.”
YOU ARE READING
Terjebak Hukuman
RomanceAura baru saja diterima di universitas negeri favorit, sebagai mahasiswi baru otomatis akan mengikuti apa yang dikatakan sang senior. Hukuman tidak masuk akal akhirnya didapatkan karena tidak mendengarkan senior yang berbicara di depan. Aura harus m...