2

145 20 0
                                    

“Kurang kerjaan kasih hukuman begitu!”

“Buat seru-seruan aja, lagian dia selalu melamun di kelas.”

Irwan mengerutkan keningnya mendengar informasi dari Galuh, panitia ospek yang tidak lain masih memiliki hubungan darah. Senior-senior ini baru saja memberikan hukuman pada salah satu anak baru yaitu membuat dirinya jatuh cinta, tapi permasalahannya perasaan cinta itu sudah habis pada satu wanita yang telah menyakiti dirinya, wanita di masa lalu yang pernah membuat dirinya rela melakukan apa saja.

“Kamu harus membuka pintu buat orang lain, mas.” Galuh membuka suaranya.

“Aku mau langsung menikah saja.” Irwan mengatakan hal yang sama berulang kali.

“Gimana caranya nikah kalau nggak dekat sama cewek? Nggak semua wanita itu sama.” Galuh melanjutkan nasehatnya.

“Aku tahu, aku cuman malas aja melalui proses pacaran mending langsung nikah.”

“Ya udah kalau gitu ajak langsung anak maba itu nikah, usia kalian udah legal buat nikah.”

Irwan seketika memukul lengan Galuh “Dia masih kecil dan kamu minta aku nikahin dia? Kamu nggak disuruh mama, kan?” Irwan memberikan tatapan penuh selidik.

“Nggak! Mana ada tante nyuruh hal begituan. Aku lakukan ini karena sayang sama kamu. Sekarang kamu lihat deh tu anak, kurang apaan coba? Cantik, nggak kalah kaya mantan kamu itu.”

Irwan memutar bola matanya malas, tapi matanya tetap mengikuti arah pandang Galuh. Menatap anak baru yang diberikan hukuman untuk membuat dirinya menyukai anak itu, tampak dimana anak itu tengah melamun dan Irwan mengakui jika memang anak itu jauh lebih menarik dibandingkan sang mantan, tapi bukan begini caranya agar mereka bisa bersama.

“Kenapa? Cantik? Udah mulai suka?” bisik Galuh tepat di telinga Irwan yang langsung menggelengkan kepalanya “Mau gimana lagi kamu cari pendamping, mas.”

Irwan memilih diam, tidak menanggapi kalimat Galuh. Rasa sakitnya pada sang mantan masih membekas, melakukan segala macam keinginan dan nyatanya malah selingkuh. Sebenarnya sudah banyak orang yang mengatakan mantannya tidak baik, tapi Irwan tidak percaya begitu saja dan kenyataan hadir ketika mantannya mengatakan telah hamil dengan pria tua yang tidak tahu siapa dan meminta tolong agar dirinya mau menikahinya, Irwan jelas menolak tanpa berpikir.

Penolakannya saat itu adalah pertemuan terakhir mereka, Irwan setelahnya tidak mendengar kabar apapun lagi tentang sang mantan, salah satu alasan adalah menghapus semua media sosial dan semua yang berhubungan dengan sang mantan.

“Apa salahnya dicoba, mas.” Irwan menatap Galuh yang tampaknya masih membahas tentang hukuman anak baru.

“Salah, kamu tega banget kasih hukuman kaya gitu. Kamu tahu usia kita jaraknya sangat jauh, mungkin ada sepuluh tahun.”

“Mas belum setua itu, lagian mas disini asdos. Barangkali bisa bantuin anak baru itu kalau kesulitan sama materi kuliah.”

Irwan memicingkan matanya “Aku sangat yakin kamu disuruh sama mama.”

Meninggalkan Galuh yang masih bertahan di tempatnya, langkah kakinya menuju ke musholla untuk melakukan ibadah. Langkah kakinya terhenti saat melihat gadis yang dikatakan Galuh, anak baru yang harus membuatnya jatuh hati. Irwan tidak yakin jika anak baru tersebut berhasil, kemungkinan itu kecil atau mungkin saja anak baru itu bisa melupakan semua masa lalu yang buruk.

“Permisi, kak.”

Irwan menganggukkan kepalanya sebagai tanda jika mempesilakan anak-anak baru itu lewat, memilih melanjutkan kegiatannya untuk bisa langsung mengerjakan yang lain. Langkah kakinya terhenti saat melihat anak baru yang diberikan hukuman oleh Galuh, gadis itu berada didepan musholla yang bisa saja menunggu teman-temannya.

“Mas Irwan?” Irwan menghentikan gerakan tangannya yang akan menggunakan sepatu “Aura, bisa minta tanda tangan?”

Irwan menatap buku yang diarahkan kehadapannya, mengangkat sudut bibirnya melihat cara gadis bernama Aura untuk dekat dengan dirinya “Sudah dapat tanda tangan siapa saja?” tanya Irwan tanpa mengambil buku melainkan menatap Aura dalam “Apa ini cara kamu memulai hukuman?”

Aura menundukkan kepalanya “Memang ada cara lain?”

Irwan mengangkat sudut bibirnya melihat reaksi Aura “Kamu pikirkan cara lain baru ketemu saya.”

Meninggalkan Aura bersama dengan bukunya yang masih ada di tangan, Irwan sama sekali tidak ada niatan mengambil buku tersebut. Langkah kakinya menuju ke ruang kesehatan, menutup pintunya dan membuka kembali laptop untuk mengerjakan tugasnya, mendapatkan bagian yang terlibat penerimaan mahasiswa baru secara otomatis Irwan hanya mau berada di ruang kesehatan. Ruangan yang tidak banyak didatangi oleh mereka kecuali terjadi insiden, fokus mengerjakan tugasnya sampai suara pintu diketuk terdengar

“Siapa?” Irwan menatap jam yang ada ditangannya dimana harusnya sudah pada masuk.

Melangkahkan kakinya menuju pintu setelah memastikan pekerjaannya tersimpan dengan baik, menatap bingung ketika melihat Aura berada dihadapannya.

“Mas, hukumannya bisa dimulai sekarang?” Irwan mengerutkan keningnya “Mas yang tadi kasih hukuman minta aku bawa mas kedalam.”

“Saya nggak mau! Sibuk!” Irwan menjawab tegas dan dingin.

Aura menghentikan langkah Irwan dengan memegang lengannya “Mas tadi bilang kalau aku nggak berhasil bawa mas kedalam nanti akan ada kejutan di rumah.”

Mendengus kesal mendengar kalimat Aura, Irwan tahu jika gadis dihadapannya tidak tahu maksud yang dikatakan seniornya, tapi dirinya tahu siapa yang mengatakan hal gila pada anak baru. Meninggalkan Aura dengan masuk kedalam, memastikan laptopnya dan melangkah keluar dimana gadis itu masih menunggu dengan tatapan cemas, helaan napas lega tampak ketika dirinya keluar dengan menutup pintu.

Mereka masuk kedalam dengan dirinya berada di belakang Aura, semua mata menatap kearah mereka berdua dan Irwan langsung menatap tajam kearah Galuh yang tersenyum lebar. Aura masih berada disampingnya, melihat sikap gadis ini semakin membuat dirinya kesal.

“Kamu bisa kembali duduk,” ucap Irwan pelan.

“Tapi...mas...” Irwan memberikan tatapan tajam yang diangguki Aura.

Mengalihkan pandangan kearah Galuh, melangkahkan kakinya kedepan dimana para senior berada disana. Irwan tampaknya lupa jika sekarang sudah pembagian mahasiswa akan berada di siapa, semacam tugas membimbing mereka sampai lulus dengan di dampingi dosen senior.

“Gimana cantik, kan?” bisik Galuh yang membuat Irwan tidak menjawabnya.

Memilih mendengarkan siapa-siapa saja yang akan berada dibawahnya atau dirinya bimbing bersama dosen senior yang sering membantunya. Tatapannya beralih kearah Aura tampak gadis itu sibuk menulis, mendengarkan sambil melihat apa yang dilakukan Aura.

“Dia dibawah kamu, mas. Kesempatan kamu besar buat dapatin dia, aku bakal dukung kalau gadis itu yang terbaik buat kamu.” Galuh melanjutkan usahanya dengan berbicara tepat di telinga Irwan.

“Berisik!” Irwan mengatakan dengan suara pelan dan kesalnya “Awas aja kalau sampai orang tua tahu, keluarga besar kita tahu.”

Pembagian telah selesai, selanjutnya mereka harus mengikuti asisten dosen yang menjadi penanggung jawab mereka. Irwan tampak terkejut melihat Aura berada dalam satu barusan di tempatnya, Galuh tidak main-main dengan kalimatnya. Menatap Galuh yang tampak tidak peduli dengan tatapan yang diberikan olehnya, tidak mungkin semua ini adalah rencana Galuh, tapi apapun bisa dilakukan secara Galuh adalah ketua.

“Saya Irwan, kalian semua akan berada dibawah tanggung jawab saya sampai nanti lulus. Saya harap kalian tidak mengecewakan saya dan Pak Ino, kami akan ada target IP untuk kalian semua. Semester awal ini kami ingin melihat sejauh mana kalian memahami ilmu yang sudah diajarkan para dosen. Saya harap kalian paham, saya akan menunjuk Aura untuk menjadi ketua disini.”

Terjebak HukumanWhere stories live. Discover now