bab 40

4.7K 510 21
                                    


   Setelah seharian mengomeli suami dan putranya yang lain, malam ini mereka sudah mulai membereskan semua pakaian mereka karena mereka akan pulang besok pagi pagi sekali.

  Kini mereka tengah berkumpul di kamar Renjun, menemani anak itu yang tengah serius menata pakaiannya sendiri setelah tadi di ajari oleh Jaemin dan mamanya.

"Wahh Renjun hyung sudah bisa melipat pakaian sendiri" Chenle menatap berbinar walaupun lipatan nya belum terlalu rapih tapi setidaknya itu sudah bagus.

"Pinter adik hyung satu ini" Mark mengusak gemas surai adiknya yang kini berwarna cream.

"Jun pintal hyung" ujarnya pelan membuat mereka semua tersenyum.

"Iya Renjun pintar, udah bisa lipat pakaian sendiri, udah bisa baca udah bisa berhitung, kalian berdua kalah" Haechan melirik Jisung dan Chenle yang menatapnya sinis.

  Renjun menatap sekitarnya mencari sesuatu yang mungkin tertinggal hingga pandangannya mengarah pada boneka yang tergeletak di atas kasur.

"Hyung tolong" lirihnya seraya menunjuk boneka yang tepat berada di atas Mark tersebut.

  Mark langsung mendongak dan mengambil boneka tersebut dan menyerahkannya pada adiknya.

"Bilang apa sama hyungnya sayang" Wendy mengusap kepala sang anak dengan lembut.

"M mmakasih hyung" ucapnya sembari tersenyum dan langsung memasukkan boneka tersebut ke dalam koper dan menutup nya.

"Baiklah, sekarang semuanya kembali ke kamar masing-masing jangan sampai ada yang terlambat bangun kalau gak mau di tinggal anak anak" Wendy tersenyum saat anak anaknya dengan malas mulai keluar ke kamar masing-masing.

"Renjun tidur sendiri ya nak, berani kan?" Wendy mengelus pipi Renjun.

"Jun belani ma" ujarnya dengan mantap sehingga Wendy langsung menganggukkan kepalanya.

"Pinter, putra mama kan jagoan, tidur ya nak" Wendy menyelimuti putranya terlebih dahulu sebelum keluar dan mematikan lampu utama di kamar itu.







"Udah tidur anaknya?" Chanyeol menutup laptopnya saat sang istri datang dan langsung merebahkan dirinya dan memeluknya erat.

"Sudah, Renjun udah makin pintar Chan, tadi dia melipat dan memasukkan pakaiannya sendiri setelah di ajari Jaemin, dia juga sudah tidak rewel kalau tidur sendiri, Renjun kita akan sembuh dan seperti saudaranya yang lain kan?" Suara Wendy teredam karena dirinya sedang memeluk suaminya.

"Bukankah itu bagus, berarti selama ini usaha kita berhasil sayang, bahkan anak anak juga membantu, bagaimana kalau kita mulai datangkan guru privat buat Renjun, supaya lebih baik dalam mengajari membaca atau pelajaran dasar" gumam Chanyeol membuat Wendy seketika menatap sang suami.

"Apakah tidak terlalu cepat, aku takut traumanya kambuh lagi" bukannya Wendy tidak ingin putranya sembuh atau sama seperti anak anaknya yang lain, tapi dirinya hanya takut Renjun akan tidak nyaman nanti.

"Kita tanya dokter Donghae nanti ya, bagaimana enaknya hm" dirinya mengusap rambut istrinya, sesekali mencium nya, berusaha memberikan kenyamanan.






   Sinar sang mentari masih malu malu untuk menunjukkan kehangatannya.

  Namun dua mobil sudah keluar dari kawasan villa tersebut, oma Rosa sudah kembali lebih dulu karena tiba-tiba ada urusan sehingga kini mereka hanya menggunakan dua mobil karena mobil milik Chanyeol yang di bawa untuk mengantarkan oma Rosa.

"Emm Echan minta" Renjun sedari tadi memperhatikan Haechan yang terlihat sangat menikmati Snack yang di makannya sejak tadi.

"Aahh injun mau, maaf ya Echan gak tau" Haechan memberikan bungkus snack tersebut sehingga membuat Renjun tersenyum.

"Renjun hyung lucu" Jisung yang duduk di kursi belakang terus memperhatikan bagaimana pipi bulat hyungnya itu ketika mengunyah makanan.

"Makannya masih belepotan nak" Wendy yang memang duduk di samping Renjun langsung mengusap mulut sang anak yang terkena noda dari makanan tersebut.

"Kita sarapan apa nih" Chanyeol melirik ke belakang sembari fokus menyetir.

"Terserah deh pa tapi yang dekat kayaknya cuma restoran sushi deh, ada sih tapi sekitar 15 kilo dari restoran sushi ada restoran padang" Mark memperhatikan Hpny karena dirinya sedang mencari restoran terdekat dari tempat mereka untuk sarapan.

"Ya udah, kasih tau yang lain kita berhenti di restoran sushi saja yang dekat" gumamnya sehingga Mark langsung setuju dan menghubungi saudaranya di mobil lain.



   Kini mereka semua sudah berada di ruangan VVIP yanh Chanyeol pesan di restoran tersebut mengingat keluarganya cukup banyak.

  Renjun sedari tadi tidak mengalihkan sedikitpun pandangan dari berbagai macam sushi di depannya.

"Ini pertama kalinya Renjun makan sushi kan ma" gumam Mark membuat Wendy mengangguk setuju.

  Karena selama ini Wendy memang tidak pernah membuat makanan jepang, paling sering dirinya membuat makanan Korea kalau sempat.

"Renjun mau belajar megang sumpit nak" Chanyeol membantu mengajarkan cara memegang sumpit, walau nyatanya beberapa kali sumpit tersebut akan terpental.

"Pakai garpu saja ya" Wendy tidak tega karena sedari tadi putranya itu gagal.

  Namun Renjun yang melihat semua saudaranya makan dengan nyaman menggunakan sumpit membuat dia ingin juga.

"Eehh bisa loh" Wendy bahkan Chanyeol dan anak anaknya yang lain menatap tidak percaya pada Renjun yang berhasil mengapit satu sushi walau cara pegangnya sedikit berbeda dengan yang lain, yang penting Renjun sudah bisa.

"Pelan pelan" Wendy mengadahkan tangannya takut sushi itu jatuh.

  Renjun sendiri perlahan menyantap sushi yang berhasil dia ambil dengan sumpit.

   Awalnya Renjun terdiam bahkan sedikit lambat mengunyah nasi yang di atasnya ada ikan salmon mentah, Renjun bahkan menatap mamanya dengan bingung sebelum menelan makanan tersebut.

"Enak?" Ujar Chanyeol saat melihat respon putranya yang pertama kali makan masakan jepang.

  Renjun mengangguk dengan semangat bahkan kini Renjun kembali dengan hati hati mengambi sushi tersebut walau lagi lagi beberapa kali gagal.









   Malam hari nya masih terasa melelahkan padahal mereka sudah tidur seharian setelah sampai bahkan harus melewatkan makan siang karena terlalu lelah.

  Mark sendiri baru saja turun bahkan rambutnya masih terlihat basah.

  Dirinya menghampiri saudaranya yang lain yang sedang mengamati Renjun yang tengah menggambar di atas kuas.

"Renjun kayaknya punya bakat menggambar" dirinya memperhatikan bagaimana adiknya itu yang terus mencampur dan mengusapkan warna pada kanvas tersebut bahkan tangan anak itu sudah penuh dengan cat warna.

  Walaupun terlihat asal asalan tapi tidak bisa di pungkiri jika gambar tersebut sangat estetik bahkan semua adik adiknya sangat fokus menanti lukisan tersebut selesai, sekarang dirinya tau kenapa mamanya lebih banyak membelikan buki gambar dan alat lukis untuk Renjun.

"Lukisannya bagus hm" Mark mengusap bahu adiknya dengan sayang, Renjun itu normal seperti yang lainnya tapi karena tragedi itu membuatnya trauma dan pertumbuhannya juga terbatas.

  Mark sangat yakin jika hal itu tidak terjadi maka adiknya ini akan sangat pintar dan berbakat di bidang seni.

"Ma kasih hyung" Renjun sangat senang ketika ada yang memujinya seperti sekarang.

"Nanti hyung belikan yang banyak perlengkapan melukis untuk Renjun hm" ujarnya pelan.








"Mark ada nyari kamu tuh di luar, perempuan"








  Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang