Dalam Pelukan Amarah

0 1 0
                                    

Dalam pelukan amarah,kita menemukan sebuah ironi yang mendalam. Amarah sering kali di gambarkan sebagai api yang membara, sebuah kekuatan destruktif yang meluluhkan segala yang ada di sekitarnya.

Namun di dalam pelukannya, tersembunyi perasaan yang jauh lebih kompleks dan mendalam. Amarah bukanlah sekedar ledakan emosi yang datang tanpa alasa.

Di baliknya, seringkali tersembunyi rasa sakit, kekecewaan, dan ketidak adilan yang telah lama terpendam. Dalam setiap teriakan ada tatapan marah, ada cerita yang belum terungkap, ada luka yang belum sembuh.

Amarah adalah ekspresi dari hati yang meronta ronta, berusaha untuk di dengar dan di pahami.

--oO-Oo--

Setelah memasuki ruangan redistrasi aku di arahkan menuju kelae mipa 1.berjalan menelusuri lorong sekolah yang begitu sunyi namun ada kalanya di persimpangan tangga aku menemukan siswa siswi menuju lantai 1,entah akan berkelana kemana.

Sesekali aku menolehkan pandangan guna mencara kelas dengan papan nama mipa 1.mataku menukik tajam kala menemukan seseorang yang sudah lama ku kenal kini berada di lingkungan sekitarku, bukan rasa bahagia yang muncul namun rasa cemas yang hinggap di relung jiwa.

Langkah kaki yang semula lambat mulai ku percepat sebuah ruangan yang berada di barisan kedua setelah ruangan leb, dengan cepat ku percepat sesampainya di depan kelas degup jantung yang tak beraturan mulai mereda namun rasa cemas itu kembali muncul.

Sebuah ketukan membuat salah seorang guru yang sedang mengajar dengan cepat menggapai knp pintu, guru muda yang ku kenal dengan nama bu Rahma mempercepat langkah kakinya menuju diriku.

Sebuah senyuman yang terpatri begitu cantik melengkung dengan senpurna sebuah uluran tangan yang begitu lentik fan jangan lupakan suaranya yang begitu lembut, mampu membuat rubuhku kaku untuk beberapa saat.

"Kamu yah, murid pindahan itu?".

Tanpa menunggu lama ku jabat tangan yang begitu lentik terpatri didepanku dan sedikit membungkuk kan tubuh.

" Iya".

"Mari masuk teman teman mu sudah menunggu".

Setelah di perbolehkan untuk masuk ke dalam kelas, aku bergegas memasuki kelas yang digadang gadang memiliki persaingan prestasi dan gila validasi yang memuncak.

" Silahkan perkenalkan namamu"

Tanpa menunggu lama aku memperkenalkan diri dan inhin segera duduk dengan tenang mengikuti pelajaran.

"Perkenalkan nama saya Elara Cempaka Adikusuma".

" Sudah? ".tanya bu rahma dengan senyum yang tak pernah memudar.

" Hemm".

"Baik, anak anak ada yang mau kalian tanyakan kepada elara".

Sebuah helaan nafas terdengar dengan gusur yang membut bu rahma seketika menolehkan kepala kepadaku.

" Pindahan dari mana".
Semua mata terpokus kepada laki laki menggunakan kacamata bulat yang kini menjadi sorotan semua mata di kelas.

"Bintang harapan".

Tak lama dari itu seorang gadis dengan rambut gelombanh berwarna coklat mengangkat tangannya dengan begitu tergesa gesa, mataku menajam setelah melihat wajahnya, aiss mengapa aku harus bertemu dengan seseorang yang berada di masalalu ku lagi.

" Nama panggilan lo siapa? ".
Tanya nya dengan senyuman yang sangat menjengkel kan.

Mataku menajam setelah melihat raut wajahnya yang menjengkelkan membuatku ingin menjambaknya, rambutnya yang selalu di ubah dengan berbagai warna itu.

" El".

"Kalau gue panggil ara boleh? ".

Tanpa menjawab pertayaannya, aku segera meminta izin kepada bu rahma untuk segera di perbolehkan untuk duduk.

Setelah di perbolehkan aku bergegas menuju kursi yang sudah di sediakan duduk di barisan ketiga di dekat jendela buakan hal yang begitu buruk.

Langkah ku terhenti kala gadis berambut gelombang itu mengatakan sebuah hal yang memuak kan untukku.

"Gimana kalau dia tau lo disini ara".

Tanpa menoleh aku bergegas untuk duduk dengan tenang tanpa ingin membuat keributan di pagi hari ini.

Sebuah kepalan tangan mulai tak terkendali, deru nafas tak beraturan, akumencoba menentral kan degup jantung yang kian memacu dengan cepat, meremat samping kursi unruk menetralisasikan rasa amarah yang akan segera meledak jika tidak cepat di kendalikan ketika kita berada dalam pelukan amarah.

Penting untuk menyadari dan mengakui perasaan tersebut. Mengabaikan atau menekan amarah hanya akan membuatnya semakin membara, menunggu waktu untuk meledak dengan kekuatan yang lebih dahsyat.

Sebaliknya, dengan mengenali dan memahami akar dari amarah kita, kita mulai mencari  jalan untuk menyembuhkan luka luka yang ada.










Tbc

Jangan lupa tekan tombol bintang dan komen di setiap paragraf jangan jadi pembaca gelap

👻

Dendam massa dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang