AKU BERTEMU DENGANNYA TAPI HANYA SESAAT

6 0 0
                                    

Sebuah tangan melingkar tepat di pinggang rampingnya menarik tubuh kurus itu sebelum suara tembakan lain terdengar menembak tepat di kepala Kenzia, sebuah kabur tiba-tiba muncul menutupi area di sekitarnya rasa kantung mulai datang menjemput mengajak yunxi menutup mata, sekuat tenaga dia tahan rasa kantuk itu sebelum sebuah suara terdengar meyakinkanya

"Arthur"

                              ❦︎❦︎❦︎

Samar-samar dalam pandangan yang kabur sebuah gambaran wajah terlihat memenuhi pandangannya sebuah senyuman manis terukir di wajah itu.

"Tidur lah, aku di sini." Sebuah suara yang begitu familiar terdengar masuk kedalam indra pendengarannya mengalun dengan indah meyakinkan nya untuk tidur dan menghilangkan rasa kantuk yang tiba-tiba datang hanya satu hal yang dapat yunxi pikirkan di tengah-tengah kelemahan dan ketidakberdayaannya.

"Arthur." Seuntai senyuman manis yang menghangatkan seperti sebuah teh di pagi hari yunxi berikan sebelum, akhirnya rasa kantuk telah menguasai dan menggendongnya untuk menjelajahi alam mimpi yang indah dan tak berujung.

                                ✦ ✦  ✦

Warna merah mulai menjalar menari di atas tumpukan kayu dan menggerogoti mereka dengan cepat, hanya menyisakan butiran-butiran abu dengan warna hitam dan putih yang sangat lemah, terbang ke atas memenuhi udara.

kehangatan merambat menjangkau apapun yang dia bisa jangkau, termasuk tubuh kecil yang sedang meringkuk mencari kehangatan di bawah jas putih laboratorium miliknya.

Bulu mata panjang mulai terbuka, nafas halus yang teratur mulai menjadi berat, mata itu akhirnya terbuka memperlihatkan sinar cahaya kelemahan, seseorang berpakaian hitam datang membawa sebuah cangkir berisik minuman hangat di tengah genggaman Kedu tangan besar miliknya.

Mendekat ke tubuh sang kapten lalu memberikan cangkir yang dia miliki, yang dengan lembut di terima sang kapten, uap panas mengepul dari dalam cangkir menunjukkan bahwa hal yang ada di bawahnya memang hangat dan hangat, bibir pink milik yunxi mendekat ke arah cangkir lalu meniupnya sebentar.

Sosok berpakaian hitam tetap berada di samping yunxi menunggu untuk menyampaikan sebuah pesan yang dia dapat, yunxi yang menyadari hal itu mulai meletakkan cangkir nya di atas tanah membiarkan bagian bawa cangkirnya kotor oleh tanah.

"Ada, apa?" Tanya yunxi pelan.

"Dia, ada di sana menunggu mu kapten" ucap orang itu pada yunxi, yunxi mengangguk paham beranjak dari posisi duduknya dia mulai berjalan menuju tempat yang di tunjuk oleh bawahannya.

Cahaya remang-remang dari kaca kubah masuk melewati sela-sela menyinari bagian dalam pohon, hewan-hewan kecil mulai bernyanyi mengiringi suara langkah kaki Yunxi,
Dahan tanaman melengkung dengan indah menutupi jarak pandang, jari-jari lentik terangkat mendorong beberapa daun untuk menyingkirkan dan membuka jalan.

Hamparan luas tanah yang di penuhi dengan tanaman di sekelilingnya memenuhi mata yunxi, sebuah tubuh besar dengan hodie hitam berada di sana membelakangi tubuh yunxi, senter di tangan yunxi arahkan untuk menyinari orang itu.

"Arthur?" Panggil yunxi pelan.

Tubuh itu berbalik menghadap ke arahnya sebuah senyuman manis terukir di wajah orang itu, hati yunxi mulai berdebar tak karuan saat berhasil menangkap kehangatan, rasa rindu mulai menjalar menggerogoti tubuhnya memintanya untuk segera berlari dan memeluk orang itu.

"Ya, ini aku" ucap Arthur percaya diri, merentangkan kedua tangannya membuka pintu kerinduan, meminta sang kekasih untuk berlari ke arahnya dan menyalurkan rasa rindu yang tak terbendung.

jantung mulai berdebar dengan kencang berlomba dengan keceparan langkah kaki, memeluk tubuh besar yang telah lama dia rindukan, mereaakan kehangatan yang telah lama dia inginkan yunxi mulai tersenyum puas, dia telah bertemu dengan Arthurnya.

"Kenapa kau tidak pernah kembali, kenapa tidak pernah pulang, apakah kau tau seberapa kesepiannya aku, aku selalu siap menunggu mu pulang dengan se cangkir teh favoritmu tapi selama apapun aku menunggu kamu tak pernah pulang apakah kamu tahu seberapa khawatirnya aku, kenapa tidak pernah pulang?" Semua kesedihan yang telah di bendung dalam bendungan ke rindukan berhasil dia keluarkan mengalir dengan bebas seperti air mengalir.

Butiran bening kesedihan mulai keluar membasahi wajah putihnan mulus yang biasa tersenyum cerah kini telah di tuntun untuk bersedih, memeluk tubuh di hadapannya dengan erat membiarkan kain hitam yang menempel di tubuh sang kekasih basah oleh airmata kesedihan.

Tangan besar milik Arthur dia gunakan untuk memeluk tubuh kecil di dalam dekapannya dengan erat, membiarkan sang kekasih memangis dan menumpahkan semua amarah padanya.

Arthur tahu bahwa dia telah salah, salah karna memilih jalan ini tapi dia juga tahu ini adalah yang terbaik untuk sekarang, banyak rahasianya yang ingin Arthur katakan tapi rasanya tak pantas untuk menyerukannya Sekarang, biarkanlah hal itu menjadi rahasia untuk saat ini, jangan biarkan orang lain tahu apalagi pasangannya.

Kepalan tangan mulai terbentuk di balik tubuh sang kekasih, merasakan amarah yang membumbung tinggi mewarnai matanya dengan warna kebencian membuat Arthur ingin berteriak mengungkapkan kebenaran, tapi dia tidak boleh egois dia harus memikirkan semua yang akan terjadi di masa depan dan apa yang akan terjadi dengan manusia kecil di pelukannya jika semua itu terbongkar dengan cepat.

"Aku, sudah di sini sekarang jangan menangis." Melepaskan pegangan yunxi pada tubuhnya, Arthur menunduk memperhatikan mata sayu yang basah di depannya, mengusap rona kesedihan dengan tangan besarnya.

                              ❦︎❦︎❦︎

Maaf GK jelas, maaf banget

Yey akhirnya Arthur muncul (⁠*⁠˘⁠︶⁠˘⁠*⁠)⁠.⁠。⁠*⁠♡ seneng GK kalian?
Nex mau bikin versi Arthur yang banyak-banyak

Semoga kalian menikmati book ini jangan lupa tinggalkan jejak kalian.

Penantian  (Feiyunxi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang