2. Identitas

177 21 11
                                    

"Eunghhhhh...." Lenguhan halus keluar dari mulut Zayyan. Badannya terasa sakit juga berat di kepalanya membuatnya tak nyaman. Ia bangkit dengan susah payah, berusaha untuk kembali mengingat kejadian semalam. "Sepertinya aku benar-benar mabok" Ia mulai memijat kepalanya, matanya berpendar mengitari seluruh ruangan. Tak ada Sing di sana. Ingatannya juga mulai berangsur membaik.

"Baiklah apa yang bisa kita lakukan sekarang..." Zayyan berusaha turun dari tempat tidurnya. Tatapan matanya teralihkan dan mulai fokus pada meja nakas di sampingnya. Ada selembar kertas juga minuman hangat yang masih mengepul.

"Minumlah selagi hangat, aku juga membuat sarapan, semoga kau suka dan bisa menikmatinya.
Terimakasih karena sudah mengijinkanku bermalam di sini. Semoga harimu menyenangkan.
-Sing-

Zayyan menyeruput cepat minumannya kemudian segera berlari keluar ruangan. Harapnya masih bisa menemui Sing. Tapi sayang pria itu sudah tak ada, dia pergi.

Masih belum menyerah, dengan cekatan ia mengambil apa saja yang ada di sekitarnya untuk di pakai, rambutnya, wajahnya... Ahhh semuanya masih berantakan. Tapi ia tak peduli.

Pintu terbuka dengan sendirinya.
"Ah tuan muda, kau bermalam di sini rupanya?, hari ini jadwalku membersihkan rumah" Suara pria tua yang berada di depan Zayyan membuat pria itu tersadar. Hanya anggukan kecil yang di dapatinya sebagai jawaban.

"Oh iya, temanmu baru saja keluar..."
"Ke arah mana??" Sambar Zayyan cepat, belum ada jawaban tapi Zayyan tak ingin menunggu. Ia segera berlari, menyambar pagar dan membukanya dengan cepat.

"Ahhhh yang benar saja..." Keluh Zayyan. Tersadar di depannya ada dua arah jalan. Dia harus menebak jalan arah mana yang Sing lewati. Hanya menggunakan instingnya saja, pria itu mengambil arah kanan dan mulai berlari, dengan harapan penuh dia bisa mendapati Sing. Tapi nihil ia tak mendapatkannya.
Begitupun sebaliknya setelah menyusuri jalan di bagian kirinya pun dia tak menemukannya. Dengan perasaan sedikit kecewa akhirnya Zayyan memutuskan untuk kembali ke rumah

*****

"Kau yakin dia orangnya?? Tolonglah pastikan sekali lagi..., jangan sampai kita salah orang"
"Ohhhh ayolah Sing... 100% aku yakin dia orangnya. Anak yang selama ini di cari oleh bos kita... Ji Eun dan Ji Hoon"
Laki-laki yang berada di depan Sing tertawa. "Pantas saja bos selalu beranggapan bahwa kedua anak kembar itu masih hidup, meskipun berita mengatakan satu keluarga itu meninggal akibat kecelakaan waktu itu..." Pria itu mendekati Sing sambil berbisik
"Bayangkan saja berapa uang yang bisa kau terima jika info ini sampai ke telinga bos"

"Aku tak ingin menukarnya dengan uang" jawab Sing sambil menarik handphone-nya dari tangan rekannya yang saat ini sedang menatap aneh padanya.

"Terimakasih karena pagi-pagi kau sudah bersedia ku repot kan" kata Sing lagi sambil memainkan sebelah matanya. "Aku hanya ingin memastikannya sekali lagi dan anak itu bernama Zayyan bukan Ji Hoon, sekedar info..." lanjutnya lagi

"Astagaa Sing, mereka itu orang kaya, mudah saja mengganti identitas sesuai keinginan hati mereka. Lagipula kedua anak itu memang sengaja di sembunyikan"

"Terserah apa katamu, tapi tolong berjanjilah padaku, rahasiakan dulu semua ini jangan sampai bocor pada siapapun, karena ku pastikan kau akan menerima akibatnya jika kau melakukan itu, David...." Sing menepuk pundak David sambil berdiri

"Mendadak aku jadi ada kerjaan penting" Lanjutnya sambil berlalu.

"Sing.... kemarin ibumu mencari mu" David sedikit berteriak saat ia teringat akan sesuatu.

"Biarkan saja wanita jalang itu, bukan urusanku" Jawabnya sambil melambaikan tangan.

*****

Sing menghembuskan nafasnya berat. Melihat keadaan sekitar kemudian mengetuk pintu rumah di depannya. Rumah mungil yang jauh dari kata mewah, hanya saja tempat ini selalu memberikan kesan hangat dan selalu menjadi tempat yang ia rindukan.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang