1. Kisah Apel Emas

138 12 6
                                    

Alkisah, sepasang suami-istri dari kaum dewa-dewi begitu berbakti dan sangat pandai menyenangkan hati Mahadewa pemilik alam semesta. Tiada hari dimana Mahadewa tak puas dengan ciptaannya tersebut. Pemilik jagat raya yang bertahta di Nirwana yang agung itu merasa sangat terhibur dengan bakti mereka.

Hingga ia sampai berujar dengan suasana hati yang baik, "Karena bakti kalian yang selalu menyenangkanku, maka mohonkanlah padaku satu permintaan. Apa pun itu. Aku pasti akan mengabulkannya."

Sepasang suami-istri itu -Dewa Zeus dan Dewi Dione- sangat gembira mendengarnya. Namun mereka tak tergesa mengambil kesempatan itu, tetapi suatu saat nanti mereka pasti akan melakukannya.

Waktu demi waktu berlalu. Mereka yang telah lama menikah merasa kesepian karena belum juga dianugerahi seorang anak.

Mereka pun teringat akan ucapan Mahadewa yang berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan mereka. Lalu di sinilah mereka berada, berdiri di hadapan Mahadewa untuk menagih janji tersebut.

Semua pandangan tertuju pada mereka. Kaum iblis dan dewa-dewi berkumpul menjadi satu usai mereka semua berlomba-lomba untuk menyenangkan hati Mahadewa demi mendapatkan cinta dan anugerahnya.

Melihat mereka, Mahadewa tersenyum sambil memainkan buah apel emas kesayangannya dengan penuh perasaan. Namun jika diperhatikan dengan lebih jeli, senyum itu tak sampai ke mata hitam jelaganya yang jenih nan indah.

"Wahai Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kau maha benar ... tak pernah salah. Kau juga mengetahui apa saja yang kami sembunyikan dan apa saja yang kami nyatakan. Kami yang rendah ini berada di sini untuk memohonkan satu permintaan padamu ... sesuai dengan janjimu, Wahai Yang Bertahta di Nirwana."

"Katakanlah."

"Anugerahilah kami seorang anak dari dirimu sendiri agar kami beruntung, Mahadewa."

"Dikabulkan."

Dewa Zeus dan Dewi Dione senang bukan main mendengarnya. Mereka bersimpuh sambil memanjatkan rasa syukur dengan hati berbunga sebelum kembali berdiri dan menatap Mahadewa dengan penuh sukacita.

"Keberatan, Mahadewa."

Kini, semua tatapan tertuju pada seorang pemimpin kaum iblis. Sama seperti Dewa Zeus dan Dewi Dione, Iblis Alardo Lucifer adalah iblis yang juga sangat berbakti pada Mahadewa.

"Mengabulkan permintaan mereka sama saja dengan kau turun dari tahtamu yang mahsyur, Mahadewa. Tahtamu di Nirwana akan mengalami kekosongan dan itu tak baik bagi keseimbangan alam semesta."

"Tetapi Mahadewa telah berjanji pada kami, Iblis."

"Tetapi permintaan kalian sangat memalukan! Kalian-"

"Mereka benar, Lucifer. Aku telah berjanji dan aku pasti akan menepati janjiku."

"Tetapi-"

"Minta maaflah pada mereka, Lucifer."

"Tidak! Mereka yang seharusnya meminta maaf padamu, Mahadewa!"

"Kau pembangkang ..." Bibir Mahadewa menipis tak senang. "Karena kau tak patuh padaku, maka keluarlah kau dari Nirwana! Nereka adalah tempatmu."

Bersamaan dengan itu, pintu neraka dibuka untuk pertama kalinya usai Mahadewa menciptakannya. Seketika suara gemuruh dari dalam neraka terdengar mengerikan. Api neraka yang sangat panas tampak meledak-ledak.

"Demi mereka kau sampai mengusir baktamu yang paling setia dari sisimu, Mahadewa?" tanya Iblis Alardo tercenang. Tak menyangka jika perlawanannya mengakibatkan sesuatu yang fatal. Sangat fatal.

"Bukan karena mereka. Itu karena ketidakpatuhanmu padaku."

"Aku lebih baik dari mereka, Mahadewa!"

"Aku yang paling mengetahui siapa yang paling baik di antara para baktaku."

Kesayanganku~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang