Malam yang sedang hujan memiliki suasana khas dan penuh nuansa. Begitu langit gelap, lampu-lampu jalan berkilau seperti bintang yang terjatuh, memantulkan cahaya lembut di genangan air. Suara tetesan hujan yang jatuh membentuk melodi menenangkan, seolah alam sedang berbisik.
21:15
Terlihat cafe yang masih buka, walau pelanggan sudah mulai berkurang. Yang biasanya orang orang lebih dominan memesan ice cofe, malam ini lebih banyak yang memesan hot cofe.
"ikan sepat ikan tong-
"stop chik, bosen gue dengernya" ucap Rana memotong pantun yang dilontarkan Chika.
Chika nyengir memperlihatkan gingsulnya. Chika jongkok dibawah meja kasir sambil memainkan hp nya.
kring
Suara pintu cafe terbuka memperlihatkan seorang pria mengenakan kaos putih, celana kain coklat sambil membawa totebag didengan kirinya. dengan kaca mata seperti nobita, ia melangkah menuju kasir.
Rana dengan sigap melayaninya.
"hot matcha latte 1" ucap pria itu
"hot matcha latte 1, ada lagi?" tanya Rana
"itu aja"
"atas nama siapa?"
"Abi"
"totalnya jadi 35 ribu kak"
Abi mengeluarkan dompetnya dan mengambil selembar uang berwarna biru lalu memberikannya ke Rana. Rana memberikan kembalian.
Abi pergi menuju meja dipojok ruangan yang berhadapan langsung dengan pemandangan diluar jendela.
"hot matcha latte 1 chik" ucap Rana ke Chika
"hoh iya"
Rana sambil menunggu Chika membuat pesanannya, ia diam diam curi pandang ke Abi yang sedang mengeluarkan buku kecil dan mulai menulis sesuatu disana dengan pulpen.
Selang beberapa menit Chika kembali dengan membawa nampan berisi minuman rasa rumput itu. Saat Chika akan mengantarkan pesanan, Rana menahan tangannya.
"gue aja yang ngasi" ucap Rana
Rana dengan rambutnya yang dicepol asal, berjalan kearah pelanggan terakhir malam ini.
"Permisi kak, ini pesanannya" Rana menaruh secangkir matcha latte di meja depan Abi
Abi mendongakkan kepalanya
"makasi" jawabnya tanpa tersenyum lalu kembali melanjutkan kegiatan menulisnya yang sempat tertunda.
Rana diam sebentar sebelum badannya bergerak kembali menuju kasir.
Abi, tangan kanannya mengangkat cangkir berisi matcha latte, menghirup aromanya, baru ia minum sedikit.
Di bawah langit kelam yang bergetar,
Hujan jatuh lembut, seperti bisikan angin,
Bintang-bintang tersembunyi di balik awan,
Malam ini, sepi terasa lebih dalam.Cahaya lampu temaram memantul di genangan,
Siluet bayangan bergerak pelan,
Kedamaian melingkupi setiap sudut,
Hujan menenangkan, menghapus resah yang terputus.
Begitulah kata kata yang sedari tadi Abi tulis dibuku miliknya. Sesekali Abi meminum pesanannya tadi. Abi melihat jam yang ia pakai di pergelangan tangan kirinya.
21:55
Abi memasukan kembali buku tulis kecil dan pulpen birunya ke totebag. Berdiri dari duduknya dan bersiap siap pergi dari cafe.
Sampai Abi keluar dari pintu kaca dan menghilang dengan motornya pun, Rana masih terus melihat Abi.
"Ran, bersihin tuh meja yang tadi" Chika membuyarkan lamunan Rana
"Besok dia kesini lagi ga ya" gumam Rana sambil mengelap meja yang sedikit kotor
"semoga aja"
Malam dimana Candra Kirana yang kerap dipanggil Rana, merasakan perasaan aneh di hatinya saat bertemu dengan mahasiswa semester 4, Abi Mahendra. Sejak malam itu Rana terus memikirkan Abi. Kadang perasaan itu muncul dan membuatnya tidak fokus saat sedang berkerja.
Apakah Abi merasakan perasaan yang sama dengan Rana? kita tidak tau. Hanya Abi dan sang pencipta saja yang mengetahuinya.