Dengan langkah gontai, Rana bersender di bahu Chika. Chika tidak menoleh dan tetap melanjutkan bermain game pou di hp nya.Sekarang pukul setengah 2 siang, Rana dan Chika sedang berada di kantin kampus yang terkenal di Bandung. Rana dan Chika dua duanya asli Bandung. Mereka berdua sudah berteman dekat dari kelas 1 SMP.
"Lo laper ga sih, Chik" tanya Rana
Chika yang tau bahwa temannya ini sedang laper mengajaknya untuk memesan bakso. Mereka dari tadi diem di kantin, tapi ga ada mesen apapun. Lucu.
Yesica Indira Gandhi atau yang kerap dipanggil Chika, memiliki paras cantik namun memiliki sifat tomboy. Seumur hidupnya belum pernah berpacaran dengan laki laki. Chika masih normal, dia masih suka dengan lawan jenis. Tidak lesbi. Tapi sering dikatakan lesbi oleh teman teman kampusnya karena saking dekatnya pertemanan Chika dengan Rana.
"Mau minum apa?" Tanya chika
"Samain kayak lo aja, Chik" ucap Rana yang di angguki oleh Chika.Rana membuka aplikasi Instagram di hp. Dengan ibu jarinya, Rana meng scroll beranda. Jarinya berhenti saat melihat satu postingan orang yang tak asing baginya.
"Abi?" Hati Rana berdebat dengan otaknya. Mengingat ngingat bagaimana bentuk pahat wajah Abi.
"Iya, Abi"
"Nih bakso, sama es teh nya" Chika membawa semangkuk bakso dan segelas es teh.
"Punya lo mana?" Tanya Rana
"Gue kan diet, lo ga liat apa perut gue udah kayak ibu hamil gini""Alay lu kocak. Masih langsing itu. Pokoknya kalo lo ga makan, gue juga ga makan"
Kalau sudah begini Chika hanya bisa pasrah. Chika memesan satu mangkuk bakso untuk dirinya dan es teh manis.
Chika tuh yaa dia cantik, tapi bisa ganteng disaat yang bersamaan. Punya lesung pipi di pipi kirinya. Hidung mancung. Model rambutnya wolf cut tapi kayak mullet gitu, gimana ya bilangnya. Kulit putih bersih, kayak bule. Arghhh pokoknya kalo Chika tuh bukan cewe pasti udah Rana pacarin. Sumpah. CANTIK DAN GANTENG BANGETTT, WOY LAH.
"Kok belum dimakan?" Tanya Chika yang sudah kembali dengan bakso dan es teh di tangannya.
"Yakali gue makan duluan ga nungguin lo, tidak syopan" ucap Rana sedikit memonyongkan bibirnya.
"Alay lu kocak"
Makan bakso 10 ribu gini aja udah bahagia banget mereka. Bagi Rana hidup tu ga perlu mewah. Hidup mewah tapi ga bahagia buat apa? Hidup itu nggak perlu mewah, yang penting bahagia dan bersyukur dengan apa yang kita punya. SLEBEW
"Abis ini lo langsung balik?" Tanya Chika
Rana yang sedang meneguk es teh nya hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Besok jangan sampe telat, kalo telat habis lu dimarah sama bokap gue" ucap Chika
"Ihh takutnyee~
Rana bekerja di cafe milik ayah Chika. Yaa kata Rana sih kerja buat nambah uang jajan. Iya uang jajan. Yang tiap bulan dapet gaji 5 juta. Jadi kasir aja loh padahal.
Rana berasal dari keluarga yang sederhana, berbeda dengan Chika yang ayah dan ibunya memiliki perusahaan masing masing Perusahaan cukup besar dan cukup terkenal di Indonesia.
"Yuk balik" ajak Chika dan Rana mengiyakannya.
Mereka satu komplek, rumah mereka berhadapan. Tapi mereka berpisah di perempatan jalan raya. Chika mengatakan bahwa ia akan pergi ke Gramedia untuk membeli beberapa novel.
Sesampainya Rana di rumah, Rana menaruh semua barang bawaannya di meja ruang tamu. Mulai dari helem nya, tas laptopnya, dan jaketnya.
"Rana pulangg" hening, tak ada satu orang pun yang menjawabnya.
Rana pergi ke kamar adiknya.
Tok, tok, tok
"Rama" teriak Rana dari luar.
Pintu terbuka, memperlihatkan muka bantal adiknya yang masih menggunakan seragam putih biru.
"Apa" tanya adiknya sambil menggaruk kepalanya.
"Mama sama papa kemana? Kok ga ada" Rana bertanya
"Ga tau" jawab sang adik dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Saat hendak menutup pintu, Rana menahan pintunya.
"Apa lagi sih kak" rama dengan wajahnya yang kusut
"Lo udah makan?" Tanya Rana
"Udah"
Brak
Rama menutup pintu kamarnya. Rana hanya memaklumi adiknya itu. Rana berjalan pergi ke kamarnya yang ada di sebelah kamar adiknya.
Jam menunjukan pukul 3 sore. Setelah selesai bersih bersih Rana memutuskan untuk tidur.