0.9

48 8 1
                                    

Canggung.

Juyeon tahu jika Sunwoo tak pernah bisa serius terhadap apapun wujud kalimat yang keluar dari birai tebalnya. Tetapi, tetap saja. Setelah dibiarkan berpikir keras untuk merespon ‘candaan’ yang ia lontarkan secara tiba-tiba tadi, daripada menganggapnya sebagai angin lalu seperti yang telah Sunwoo perintahkan, perasaan Juyeon malah menjadi tak karuan.

Sunu, aku—”

“Sunwoo, Kak. Spell it correctly. Kalau salah panggil orang entar, malah lo juga yang malu, ‘kan?” Sunwoo menghela napasnya. Dengan telaten, ia bantu Juyeon untuk melepaskan helm dari kepalanya. Pemuda itu masih sibuk memperhatikannya tanpa bermaksud memberikan tanggapan apapun. “Do you really have to look at me like that? My head might get a hole soon.

“... Orang kamu-nya di depan aku, mana mungkin aku bisa ngeliat ke arah lain.”

Sunwoo dengan lekas manggut-manggut. “Bener juga. Emang udah seharusnya lo cuma liatin gue aja, sih. I deserve it more.

“Kamu tuh lagi ngomong apa?” Juyeon mencebik kesal seraya mengambil ancang-ancang untuk segera memberikan tendangan pada tulang kering si pemuda rakun yang tiada habisnya melemparkan candaan. Untungnya, Sunwoo seperti punya refleks yang bagus sehingga tendangan tak seberapa itupun bisa dihindari dengan mudah.

“Masuk, gih. Gue tungguin sampai lo tutup pintu, baru gue pulang.” Sunwoo instruksikan gerakan tangannya untuk mengusir Juyeon yang masih bertahan dengan muka cemberutnya. “Cepet, Kak. Entar gue pulangnya kemaleman. Emangnya lo mau ngajakin gue nginep?”

“Huh?” Juyeon gelagapan dan dengan polosnya, ia menganggukkan kepala. “Bole—”

Gelengan keras didapat ketika Juyeon seakan memberinya lampu hijau atas permintaan isengnya tadi. “Nggak, nggak! Masuk sana!” titahnya sambil menunjuk langsung ke arah pintu rumah Juyeon yang masih tertutup rapat.

Merasa tak adanya pergerakan dari pihak terkait, Sunwoo sempat berdecak singkat sebelum akhirnya mendorong tubuh pemuda itu untuk memasuki pagar tinggi dari rumahnya sendiri dan begitu aksinya berhasil, ia lantas menguncinya secara mandiri dari luar ia berdiri. “Done! Now you go inside, lock all access in your house. If anything happens, you can call my number. Okay? Okay! See you then!

Juyeon mengedipkan matanya berulang kali melihat perilaku anomali Sunwoo yang tengah naik ke atas motor usai memasang helm dikepalanya kembali. Dalam keadaan wajah yang sudah sepenuhnya tertutup, ia lagi-lagi memberi gerakan mengusirnya kepada Juyeon sehingga mau tidak mau, pemuda itu lantas berlarian kecil ke dalam rumahnya tanpa menoleh kebelakang lagi.

Yang mana—sayang sekali, padahal Sunwoo sudah berhasil dibuat tertawa oleh tingkah menggemaskannya tadi.

.
[Rintik Sendu]
.

Sunwoo kian melajukan kecepatan motornya ketika dirasa matanya sudah hampir tak kuasa menahan kantuk yang menyerta.

Dia tahu jika seharusnya bukan dengan mempercepat pacuan kuda besinya, melainkan berhenti sejenak untuk merehatkan pikirannya. Namun, jarak yang sedikit demi sedikit terasa dekat membuat pemuda itu dengan nekat membelah jalan ibu kota yang padat akan kendaraan yang berlalu-lalang.

Tetapi, tak jauh dari arah depan, Sunwoo justru dengan paksa menarik remnya. Sebuah mobil yang terparkir melawan arah tepat dijalurnya menjadi alasan tersendiri baginya untuk segera mengumpat.

Maka dengan air muka geram, ia lepaskan diri dari pelindung kepala serta motor yang terparkir sembarang. Matanya memicing guna memperjelas penglihatannya tentang siapa sosok yang sedang duduk di atas kap depan mobilnya dengan kedua tangan yang terlipat angkuh di depan dada.

“Oh, lo ternyata. That loser, right?” Jemarinya terjentik sarkas. Senyumnya melebar yang nampak terkesan remeh. “Ah! You finally got your karma, huh?”

BUAGH!

.
[Tbc]
.

hsjkdkdkd jujur nih fic menurutku makin seru ae, aku ketagihan ngetiknya nsjsksksksk. gak tau join tim mana, aku tim hore aja dah kalo gini mah 🫣

Stuck In The Middle +MilsunjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang