1

44 4 2
                                    

(⁠´⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)🖤🖤

Kaki jenjang itu terus berlari secepat yang ia mampu menuju parkiran. Kedua tangannya dengan erat memeluk anak kecil yang mengenakan kain hitam untuk menutup indra penglihatannya. 

Belum ada yang menyadari aksi dari pria itu. Ia harus segera membawa kabur anak tersebut sebelum ada yang menyadari bahwa anak yang ia bawa sudah tidak ada di tempat nya berada sebelumnya.

Kini mereka telah sampai di mobil sedan yang sengaja ia sembunyikan di belakang gedung tempat mereka kabur itu. Dengan segera dibawanya anak itu dengan mobilnya pergi dari tempat tersebut.

Dengan kecepatan tinggi, mobil melaju membela jalanan kota Busan. Anak itu hanya duduk diam dan meremas celananya. Pria itu memperhatikan dari spion. Belum ada tanda-tanda mereka telah diikuti.

Dengan bantuan BTE ia bisa mengetahui bahwa laboratorium yang mereka tinggalkan tadi sedang riuh. Semuanya heboh mencari keberadaan anak yang sedang duduk di samping kursi kemudi pria itu. 

BTE yang dia pakai dibuang ke luar mobil. Segera ditutupnya kembali jendela di sebelahnya.

"Sekarang penutup matanya sudah boleh dibuka" ujarnya dan anak itu pun melepaskan kain hitam yang menutup kedua matanya. Pria itu tersenyum pada anak yang masih cemas tersebut. Namun untunglah anak itu bisa mengontrol rasa takutnya.

Setelah menempuh jarak sangat jauh, akhirnya mereka tiba di pedesaan Mujin. Anak itu masih belum tertidur, namun bisa pria itu simpulkan bahwa anak yang ia bawa kini sudah lebih rileks dari pada saat dibawa kabur.

Mobil itu memasuki pekarangan rumah salah satu penghuni desa. Pria itu pun segera turun dan membuka pintu untuk anak yang ia bawa. Dia menggendong anak itu dan memeluknya erat. Dengan lembut ia mengelus rambut hitam lebat anak tersebut, "tidak perlu takut karena paman sudah membawamu ke tempat yang tidak diketahui wanita itu" dan anak tersebut mengangguk.

Pintu rumah terbuka. Seorang wanita paruh baya berusia lima puluhan keluar "siapa itu?" dan keduanya saling memandangi dari tempat masing-masing.

"Bibi, ini aku Go Soo"

"Soo-aa panggilnya dengan hangat dan langsung menghampiri pria bertubuh tinggi itu"

Namun karena langkahnya lebih besar, pria bermarga Go itu lebih dulu sampai dan langsung memeluk wanita paruh baya tersebut. "Lama tidak bertemu denganmu bi" ujarnya dengan hangat penuh kerinduan.

"Kau tetap tampan" puji wanita itu dan mereka keduanya terkekeh.

"Sudah pasti bi" dan keduanya tertawa. 

Wanita itu pun memperhatikan anak yang diam memeluk erat teman sekaligus atasan mendiang anaknya dahulu. "Siapa anak manis ini? Dia anakmu?" namun Go Soo merasa tak tega mengatakannya.

"Dia putra Jo Insung dan Song Hyekyo" seketika senyuman di wajah wanita itu sirna. Mata yang sudah mulai sayu karena umur tersebut mulai berkaca-kaca. Tangannya bergetar melihat anak yang bahkan tidak menatapnya.

Namun Go Soo masih harus berhati-hati. Ia melihat ke sekitar lalu mengajak wanita itu masuk terlebih dahulu sebelum melanjutkan cerita.

Setelah memastikan pintu tertutup dia pun menghampiri nenek dari anak yang ia bawa. Wanita itu terduduk di lantai rumahnya karena masih terkejut mengetahui mendiang putra dan menantunya ternyata memiliki anak yang bahkan tidak diketahuinya.

Go Soo pun ikut duduk. Ia ingin mendudukkan anak itu namun anak itu tidak ingin lepas dari pria yang sudah dia percayai membawanya kabur.

"Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dia..?" wanita itu bahkan tidak bisa melanjutkan ucapannya.

ARE YOU HUMAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang