At home

20 4 7
                                    

Haruto tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul sandaran sofa di sampingnya saat putrinya bercerita jika sekolahnya kedatangan tamu yang tak di undang.

"Apakah selucu itu kedatangan seorang penjahat?" tanya Aeri kepada suaminya sambil menuangkan segelas teh untuk dirinya sendiri.

"Tentu saja." Ujar Haruto yang masih tertawa sambil menyuapkan onigiri ke dalam mulutnya. "Lagipula, mereka sangat bodoh menyerang sekolah yang merupakan sarang para pahlawan pro berada. Mereka juga lemah karena kalah dari bocah yang baru tamat SMP." Sambung pria itu sambil mengunyah.

"Jangan berbicara sambil mengunyah." Tegur Aeri dan Umire secara bersamaan. Haruto hanya tertawa kecil sambil tetap mengunyah.

Aeri hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku suaminya. Mata wanita itu kemudian menatap kearah putrinya. "Tapi okaasan sangat senang karena kau baik-baik saja walaupun tindakanmu cukup nekat saat menusuk otak manusia buatan itu. Jika monster itu manusia, maka kau akan dikeluarkan dari sekolah karena tugas pahlawan adalah selain menyelamatkan orang-orang, juga melawan penjahat, bukan membunuhnya." Jelas Aeri sambil mengelus-elus rambut Umire.

"Okaasan benar, Umire. Anggap ini sebagai pelajaran untukmu." Ujar Haruto sambil berdiri lalu berjalan pergi ke arah kebun yang ada di belakang rumah mereka.

Umire kemudian berdiri dan berjalan ke kamarnya. Gadis itu menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Jari-jari lentik itu meraih ponselnya dan membaca berita yang sedang trending. Kebanyakan tentang SMA UA yang di serang oleh penjahat yang menyebut diri mereka sebagai Liga Penjahat.

"Aku penasaran kenapa mereka begitu nekat membawa para kacung yang bahkan kalah dari anak yang baru lulus SMP." Umire bergumam pelan sambil melempar ponselnya dengan asal.

"Biasanya jika saat seperti ini, aku pasti akan melakukan pemotretan ataupun latihan vokal." Lanjutnya sambil menatap ke luar jendela.

Umire kemudian tersadar dengan ucapannya barusan dan hanya tersenyum kecil. Gadis itu sadar jika dia sedikit merindukan jadwalnya yang padat sebagai selebriti.

"Meskipun begitu, aku tidak punya sahabat. Aku hanya punya beberapa teman yang palingan hanya saling sapa dan mengobrol biasa."

Umire kemudian berdiri dan mengambil beberapa lembar origami dan mulai membuat beberapa burung bangau.

Beberapa menit kemudian, gadis itu berdiri dan keluar dari kamarnya. Kakinya melangkah kearah perpustakaan di rumahnya. Dia berdiri di sana, mencari judul buku yang ingin dia baca. Setelah menemukannya, jari-jarinya berubah menjadi akar pohon dan mengambil buku tersebut.

Matanya dengan liar membaca setiap kalimat yang tertera di sana sambil kakinya berjalan keluar dari perpustakaan dan kembali ke kamarnya.

"Dimana yah teknik itu. Teknik ini memang berbahaya tetapi hanya jurus ini yang ampuh untuk membuat musuh tidak berdaya." Gumam Laila sambil membaca setiap judul bab di buku tersebut.

Tangan Umire kemudian meninju meja belajarnya hingga mejanya sedikit retak. "Ketemu!!" Teriak gadis itu dengan senang.

"Umire, jangan merusak meja belajarmu lagi!" Teriak Aeri yang secara kebetulan mendengar suara teriakan Umire karena biasanya jika putrinya itu berteriak maka dia akan meninju meja belajarnya.

"Maaf, Okaasan." Teriak Umire sambil membaca detail jurus yang di dapatkan.

Umire POV

Wah, teknik ini mungkin akan berguna untuk melawan penjahat. Tapi, entah kenapa teknik ini malah akan membuat si penggunanya kelihatan seperti seorang penjahat.

Bahkan, teknik lilitan batang bunga mawar saja tidak sebahaya teknik ini. Teknik ini tidak ada kaitannya dengan semua tanaman tetapi jika aku benar-benar mengasahnya maka teknik ini jelas sangat berbahaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Switch  (My Hero Academia × F.Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang