🕊️- 03 (JK)

191 41 4
                                    

Walaupun Karina disuruh oleh ayahnya untuk menunggu sebentar, tapi dia tidak tahan untuk berdiam diri tanpa ada niat mengganggu. Karina malah sudah seperti penguntit ulung, ada saja idenya agar melihat anaknya atau bahkan bertukar sapa.  Dan selama beberapa hari ini dia belum bertemu dengan istri Jeno itu, ke mana dia?

"Karina?"

"Astaga!" Karina terperanjat kaget tiba-tiba ada suara dari belakangnya.

Sedangkan pelakunya hanya mengerjab pelan melihat korbannya melotot kaget begitu. Hingga mata sipitnya melihat kertas kecil yang jatuh dekat kakinya.

Karina yang mengikuti arah pandang Jeno, buru-buru mengambil kertas yang jatuh karena dia kaget barusan, tapi tangannya kalah cepat dari Jeno.

"Foto USG?" Mata Jeno memandangi foto itu bergantian, ke Karina, lalu ke foto di tangannya lagi, hal itu dia lakukan beberapa kali sampai foto itu direbut paksa oleh Karina.

"Ini bukan apa-apa kok." Karina membuat alasan asal. Yang penting ada alasan saja sih bagi Karina, tidak perduli Jeno percaya, bingung, atau apalah yang dipikirkan Jeno.

Seperkian detik Jeno menyadari satu hal. Pertama kali bertemu Karina kan sekitar 2 minggu yang lalu, melihat dari foto USG tadi dia perkirakan itu sudah masuk 5 atau 6 minggu. Jika itu foto milik Karina, berarti waktu kejadian itu Karina sedang hamil dong! Astaga!

"Kamu sudah periksa kandungan belum, Rin? Tidak terjadi apa-apa kan? Kenapa kamu tidak bilang sih? Kamu sudah memberitahu suamimu belum?"

Karina hanya terdiam mendapatkan pernyataan beruntung itu. Tidak terpikirkan oleh Karina kalau Jeno akan bertanya seperti itu, dan dia juga bingung mau menjawab seperti apa. Masa dia bilang itu foto USG yang dulu, anaknya bahkan sudah lahir, tinggal sama kamu malah. Kira-kira Jeno kena serangan jantung tidak ya? 

"Jen, aku cari kemana-mana, eh kamu malah ngobrol di sini. Aku telpon juga tidak diangkat."

Panjang umur ternyata perempuan pencuri ini, batin Karina. Apakah ini pertanda kalau harus segera melancarkan aksinya?

Jeno menoleh mendengar suara istrinya. "Aku tidak dengar ada telpon masuk. Maaf ya, kamu jadi lelah mencari aku."

"Karena aku cinta kamu, jadi aku maafkan, asal tidak sering-sering hilang tiba-tiba." Annelise memeluk sebelah lengan Jeno dan berakhir menatap teman ngobrol suaminya itu dengan senyum ramah.

Jeno pun balik melihat Karina kembali. "Rin, perkenalan ini istriku, Annelise. Dan ini temanku, Karina."

"Karina Kim." Karina balik membalas senyuman ramah Annelise, walaupun dalam hati dia sudah mengata-ngatai perempuan pencuri tidak tahu malu ini.

"Salam kenal, Karina. Aku Annelise Jung."

Nama mu saja tidak cocok disandingkan dengan marga Jung wahai Anne! Hati menggerutu, walau wajah tersenyum.

"Kami permisi dulu kalau begitu. Soalnya mau menjemput anak kami, takut terlalu sore." Ujar Annelise.

"Ah iya, silahkan."

Jeno tidak berkata apa-apa, tapi raut wajahnya membuat Karina yakin pria itu tidak akan melupakan pertanyaannya yang belum dia jawab. Agaknya sosok Jung Jeno memang sangat bertanggungjawab atas perbuatannya ya.

Setelah pasangan suami istri itu berjalan menjauh, raut wajah Karina berubah datar. Tidak terima dia dengan kalimat 'Anak kami' yang Annelise katakan. Sunghoon itu anaknya, dia yang mengandung.

~•~

"Tunggu aku di mobil ya Jen, aku mau nelpon sekretaris ku dulu, takut lupa."

Jeno hanya mengangguk tidak bertanya apa pun, walaupun logikanya menelpon di dekatnya tidak masalah, soalnya ya mereka suami istri, dan perusahaan keduanya bukan rival bisnis, tidak akan ada hal yang perlu disembunyikan. Tapi balik lagi, Jeno tetap menghargai istrinya.

Annelise berjalan agak jauh dari mobil Jeno, dia menelpon seseorang dengan perasaan campur aduk. "Aku ada tugas untukmu. Awasi seseorang dan laporkan apa yang dia lakukan. Nanti foto dan data diri akan ku kirimkan."

"Apa ada yang perlu diwaspadai dari orang itu selain mengawasinya?"

"Ya, jangan biarkan dia bertemu dengan putraku."

Tidak sadar saja, tindakan Annelise yang gegabah mungkin akan membuat dirinya dirugikan dikemudian hari. Kalau kata pepatah, sepandai-pandainya seseorang menyembunyikan bangkai, baunya tetap tercium juga.

"Halo?"

"Sudah terkonfirmasi, Annelise tahu tentang kamu, Rin. Lakukan saja secara terang-terangan. Tapi saran dariku, mending kamu dekati saja suaminya, biar dia lebih kepanasan. Soalnya dia sudah mengirim orang agar kamu tidak menemui Sunghoon."

"Oh ya, kamu tahu dari mana?"

"Aku mendengar sendiri, barusan, di parkiran."

"Kamu sudah nunggu di parkiran berarti? Kenapa tidak telpon aku sih, Yosh?"

"Kenapa juga telpon kamu lagi? Kan kamu bilang sudah mau pulang, ya kamu pasti langsung ke parkiran lah."

"Iya juga sih."

"Ya cepat ke sini. Haneul sudah beli banyak camilan untuk kamu juga."

"Wah~ Bayi ikut."

"Dia memang suka jalan-jalan, kan."

~•~

Your Husband is The Father Of My Child.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang