𝕕𝕦𝕒

344 9 0
                                    

𝟘𝟚/𝟙𝟘/𝟚𝟘𝟚𝟜
Bukan plagiat ya njing ! ! ! Readers Ravanesya mana nih wkwk. Maap gue gak bisa pura" baik kayak di lapak sebelah. Kalo disini gue loss doll. Kalian seru" gue yakin.

***

Rumah sakit Harapan Bunda
Dua wanita cantik sedang bersama di sebuah kursi panjang rumah sakit. Bedanya yang satu manangis meraung-raung dalam dekapan wanita satunya yang menangis tertahan. Ranesya menumpahkan segala air matanya dalam pelukan Neta. Berusaha mencari perlindungan disana. Padahal Neta juga sama sakitnya. Ibu Sinta sudah ia anggap ibunya sendiri dan Ranesya adalah adiknya.

Lama sekali mereka menunggu ruang operasi dibuka sampai gadis mungil dalam dekapan kakaknya itu tertidur lelah karena mengangis. Neta memperhatikan Ranesya dalam tidurnya, kasihan sekali sahabatnya ini. Wajah cantik dengan mata sipit khas orang Korea itu.

Biasanya Ranesya menjadi penghibur dengan segala kepolosannya. Suka sekali ia menarik hidung Ranesya sampai memerah, katakana saja supaya mancung haha. Neta membiarkan Ranesya tertelap dipelukannya. Ia mengeluarkan tisu dari tas lalu mengelap wajah Ranesya dan hidung yang terdapat ingus itu tanpa rasa jijik.

Setelah itu ia mengambil ponsel, mengambil foto wajah yang sudah terlihat damai dalam mimpi itu lalu mengirimnya pada Ravan. Seperti sudah menjadi kebiasaan.

[ Puas lo. Nih cewek yang katanya  lo bucinin ]

Begitulah caption yang dia tulis dalam pesannya. 

Siapa sangka 20 menit kemudian dari ujung lorong rumah sakit nampak pemuda tinggi jalan sambil berlari ke arah mereka. Neta sampai melongo dibuatnya. Bagaimana bisa Ravan sampai sini, padahal dirinya belum sharelock.

Sudah Neta duga, Ravan memeng sebucin itu pada Ranesya. Pemuda itu memberi isyarat pada Neta untuk menyingkir. Ia yang akan menggantikan posisi Neta. Dengan senang hati Neta menurut, karena sebenarnya tangannya sudah pegal sejak tadi dibuat sandaran oleh Ranesya.

Ravan duduk mepet disamping Ranesya. Membawa gadis mungil itu dalam dekapan hangat didada bidangnya. Mengarahkan tangan Ranesya untuk memeluk dirinya juga. Bebrapa kali Ravan menciumi puncak kepala Ranesya. Terlihat sekali sia memang sayang pada gadisnya itu. Gadisnya? Ya, sebentar lagi gadis ini akan benar-benar menjadi miliknya. Hanya miliknya.

“ Kok lo bisa tau kita disini? “ ucap Neta setelah setelah dari tadi hanya melihat kelakuan Ravan pada Ranesya.

“ Kepo “
Anjirr boleh gasih nih cowok gue tendang.

Merasa hanya mendapat respon yang menyebalkan, lebih baik Neta tidur saja saat ini. Toh sudah ada Ravan yang menjaga Ranesya. Gadis itu aman ditangan orang yang tepat. Haha, yakin Net?

Lama sekali, dan hari sudah semakin malam. Tapi Ravan sama sekali tidak mengantuk. Atensinya tertuju penuh pada gadis cantik dalam dekapannya. Lamat-lamat memperhatikan gadis itu malah membuatnya khilaf karena melihat bibir ranum yang selama ini hanya ia perhatikan saat bicara. Boleh tidak sih dia mengambil kesempatan dalam kesempitan kali ini?

Jangankan cium bibir, cium pipi saja tidak pernah dilakukannya. Tadi itu reflek saja dia berani mencium puncak kepala Ranesya. Tapi tidak papa, setelah ini Ravan bisa saja mendapat jackpot dari buah kesabarannya selama ini.

Akhirnya Ravan mencoba membelai wajah itu dengan tangannya. Mulai dari pipi, mata yang selalu membuatnya terpesona dan hidung yang tidak mancung selalu ingin membuatnya menarik hidung itu karena gemas. Terakhir dia mengusap bibir bawah Ranesya yang pink merekah dengan ibu jari besarnya. Lama sekali hanya mengusap pada bagian itu.

Sepertinya dia sudah tidak tahan. Saat setan dari pundak sebelah kirinya seolah berkata untuk melancarkan aksi, pintu ruangan operasi dibuka oleh seorang dokter wanita yang sudah mencopot maskernya. Seperti paham keadaan, dokteritu bicara pelan.

Ravan dangerous spoiled boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang