𝕥𝕦𝕛𝕦𝕙

223 10 0
                                    

𝟙𝟚/𝟙𝟘/𝟚𝟘𝟚𝟜
Bilang atuh cerita gue tuh kaya gimna. Jangan diem bae yaa biar gue juga tau isi hati kalian wkwk.
Kalo typo tandain say...

***

Minggu. Hari ini libur sekolah. Ranesya duduk termenung di kamarnya menghadap jendela yang terbuka menampakkan pohon rindang yang mengelilingi rumahnya.
Kalau malam suasana disini mendadak seram. Untung sebelah rumah nya yang kanan rumah tetangga. Kalau tidak Ranesya yang penakut itu tidak akan berani kemana-mana kalau tidak dijemput Neta.

Tiba-tiba ia teringat Ravan. Kira-kira apa yang sedang oleh lelaki tampan itu. Anak orang kaya biasanya kalau hari libur pasti jalan-jalan. Ke mall atau tempat wisata lainnya yang menyenangkan.

Ranesya kalau tidak diajak Neta ia akan berdiam diri dirumah jika pekerjaan rumahnya sudah beres. Huh kenapa Minggu ini Neta tidak datang.

Drtt drtt.
Ponsel yang iya letakkan di atas nakas bergetar menunjukkan sebuah pesan. Segera ia meraihnya. Diliat ada pesan masuk dari Ravan membuatnya tersenyum. Ia memang merindukanmu lelaki itu. Mungkin karena terbiasa bersama akhir-akhir ini.

[ Ibuk Lo dirumah? ]
Senyumnya mendadak luntur. Ternyata tetap kembali ke setelan awal. Ranesya kira yang kemarin itu spesial. Bukankah status mereka sudah jelas sekarang? Apa Ravan yang lupa? Kenapa dada Ranesya nyeri sekali membaca pesan singkat yang belum sempat ia balas itu. Tapi tak apa, setidaknya Ravan bersikap manis di waktu yang tepat.

Ibuk Sinta memang masih dirumah. Tapi sebentar lagi akan keluar. Apa Ravan mau kerumahnya?
[ Iya tapi bentar lagi mau pergi ]
Tak lama sebuah jawaban muncul.
[ otw ]
Singkat padat dan jelas. Ranesya tau maksudnya.

***

15 menit kemudian suara motor terdengar menggebor di halaman rumah Ranesya yang sepi. Iihh jamet sekali Ravan ini. Tidak taukah kalau mogenya itu berisik.

Ranesya menyambut kedatangan Ravan dengan senyum lebar didepan pintu. Yang membuat Ravan memelototkan matanya adalah pakaian gadis itu. CK, nakal sekali. Sepertinya Ranesya sengaja minta dihukum.

Bukan rumahnya, tapi Ravan dengan seenak jidat langsung menyelonong masuk mendorong pemilik rumah kedalam lalu menutup pintunya dengan kencang.

Brak!
" Ravan kamu apaan sih, bisa pelan aja kan "

" Lo sengaja ya "

" Hah apa? " Tanya Ranesya bingung.
Ravan memajukan tubuh mengukung Ranesya di belakang tembok bercat putih samping pintu masuk. Ranesya mulai ketar ketir ditatap tajam oleh Ravan. Ia paling tidak bisa menghadapi Ravan mode on.

" Ini kenapa begini "

Ravan menyentuh ringan pada leher terbuka Ranesya. Membuat Ranesya merinding sampai bulu halus ditangannya berdiri tegak. Ranesya tau pakaiannya kurang sopan sekarang. Tapi sungguh dia tidak peduli. Toh Ravan sudah pernah menjamahnya lebih dari leher. Percuma ditutupi.

Tapi Ranesya tidak tau jika yang membuat Ravan marah bukan pakaian nya melainkan kelakuannya yang menyambut Ravan tadi. Kalau ada tetangga laki laki yang melihatnya bagaimana?

" Inget Nes, yang boleh liat tubuh Lo cuma gue"
Ranesya menelan ludahnya dengan susah payah saat Ravan mulai mendekat ke wajahnya. Nafas wanginya membuat Ranesya sulit untuk sekedar bernafas.

" Jawab "

" I iyaa "

" Iya apa "

" I iya yang bo-boleh liat cuma ka kamu "
Ravan tersenyum miring, ia merasa menang.

Ravan dangerous spoiled boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang