Prolog

107 6 1
                                    

Semua bermula ketika Julian melihat remaja tanggung tengah menangis di gang samping Indekos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua bermula ketika Julian melihat remaja tanggung tengah menangis di gang samping Indekos.

Sore itu Julian pulang kuliah menerobos gerimis, langkahnya terhenti saat mendengar isak tangis dari bocah SMP yang tak lain adalah anak dari pemilik Indekos yang ia tempati. Di gang sempit antara bangunan Indekos dan ruko kosong berlantai dua itu, Haris menangis dengan seragam yang sudah basah kuyup. Dengan mengandalkan sikap empati dan kemanusiaannya yang seadanya, Julian membawa Haris untuk masuk ke Indekos dan membersihkan diri di tempatnya.

Rasanya sedikit merepotkan saat Julian harus melawan malasnya untuk membuatkan secangkir cokelat panas untuk Anak dari pemilik Kost tempat ia tinggal. Entah bagaimana caranya Haris terdampar dan menangis, Julian terlalu malas mengajak orang yang tak terlalu dekat dengannya untuk berbicara panjang. Lagi pula, Haris terlihat sudah cukup nyaman dengan hoodie kebesaran dan memeluk erat cangkir cokelat panasnya.

Julian merasa lelah, ia butuh istirahat setelah seharian penuh mengikuti kelas dan seminar di kampus. Namun sebelum Julian beranjak, remaja SMP itu mulai bersuara, "Kakak jangan cepu ke Bunda bilang aku nangis ya tadi."

Julian hanya mengangguk pelan, lalu naik ke atas kasurnya untuk tidur. Cuaca di luar yang dingin sangat cocok untuk memejamkan mata. Dan Julian nyaris tertidur sebelum jari kakinya ditarik main-main oleh Haris yang berjongkok di depan ranjangnya.

"Kenapa lagi?" Tanya Julian mulai kesal. Anak dari pemilik Indekos ini sudah menyita banyak sisa energinya, tentu saja Julian kesal.

"Kata Bunda jangan tidur sore-sore, nanti kepalanya pusing. Tunggu bentar lagi juga gelap, baru deh, bobo," Kata Haris dengan suaranya yang pelan. Bibir remaja tanggung itu sedikit mengerucut dan sesekali melirik takut pada Julian.

Mau tidak mau Julian kembali terduduk di atas kasurnya. Menatap Haris yang tidak disangkanya, ternyata cukup banyak bicara. Padahal mereka tidak begitu akrab, Julian hanya tahu bahwa Haris adalah anak pemilik Indekos yang ditempatinya saat pertama kali kemari. Anak remaja yang jika dilihat sekilas seperti memiliki aura yang gelap, garis wajahnya cukup tegas meskipun masih sangat muda.

"Terus kalo ngantuk gimana?" Tanya Julian.

"Kakak bisa ngajak ngobrol aku."

Sudut bibir Julian bergetar pelan, menahan senyum ketika melihat wajah polos remaja di depannya. Mungkin tidak terlalu buruk untuk sedikit berbincang dengan Haris yang ternyata adalah anak manis. Kebetulan Julian adalah orang yang menyukai hal-hal manis.

"Boleh deh," Kata Julian sambil menepuk sisi ranjang yang lain, meminta Haris untuk naik dan duduk dengan nyaman di kasurnya.

Kemudian keduanya berbincang dengan hangat sampai akhirnya Sang Ibunda dari Haris menjemputnya ke Indekos. Barulah Julian bisa tidur setelah anak SMP itu pergi dengan orangtuanya.

"Dadah, Kak Juli~ nanti main lagi ya!"



 

~OoO~







Haruto as Haris Ardiansyah

Dunia bakal dijungkir balik buat Kakak kesayangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunia bakal dijungkir balik buat Kakak kesayangan.



Junkyu as Julian Jusuf

Si paling gak enakan, selalu manut buat ngejagain anaknya Ibu Kosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si paling gak enakan, selalu manut buat ngejagain anaknya Ibu Kosan.

Going Crazy (Junkyu x Haruto) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang