MLC.16

18 4 1
                                    

Jangan coba meremehkan Taufan itulah kata yang harus diingat oleh Mawais saat berusaha membungkam pemuda class F ini, Taufan bukanlah orang baru di dunia perhunteran ini. Dia adalah feteran yang telah melihat bagaimana dunia berjalan selama lima tahun dan kini kembali sebagai Taufan sang pemula.

Mawais menatap takut takut saat dua orang bertubuh besar itu tumbang hanya dengan dua serangan dari Taufan .

'' Bagaimana bisa ...?'' Manik aqua itu bergetar tak percaya tanpa sadar kakinya melangkah mundur perlahan sembari menutup mulutnya berusaha meredam teriakan yang  tersangkut di kerongkongannya.

'' jadi, apa kita bicara baik baik .. atau dengan kekerasan seperti permintaan nyonya ?'' Taufan tersenyum sampai memperlihatkan giginya, Blaze yang melihat itu langsung menghalangi langkah Taufan menuju sang ibu.

'' Bang gw mohon, jangan sakiti ibu '' Blaze merentangkan kedua Tangannya berusaha menghentikan Taufan mendekat.

Melihat itu Mawais sedikit tersenyum dan mulai menundukan kepalanya.

'' baiklah mari kita bicara dengan lebih sopan dan tampa kekerasan '' ujarnya lembut, Taufan menepuk pundak Blaze memberi isyarat menyingkir dan itu direspon dengan baik oleh Blaze, walau ada keraguan dalam hatinya.

Uluran tangan Taufan sebagai tanda persetujuan di sambut tanpa  sungkan oleh Mawais. Gentar yang baru saja sampai menatap keheranan akan situasi saat ini.

'' apa yang Gw lewatkan ...?'' Dengan wajah kebingungan yang kentara dia menatap Blaze dan Taufan silih berganti, Taufan hanya tersenyum sambil sedikit tertawa ''hehehe,  banyak ...'' hanya itu balasan yang diberikan oleh Taufan. Gentar makin bingung di buatnya.

Ini kondisi yang tak pernah terpikirkan oleh Taufan dimana dia harus duduk berhadapan dengan seorang wanita, hanya berdua sementara Blaze dan Gentar berada jauh di sudut agar pembicaraan mereka tak terdengar ini lebih seperti kencan buta. Tapi dalam kasus ini wanita yang dia kencani adalah wanita dewasa  berusia di atas 30 tahun.

'' kau yang menyelamatkan anak itu..? Katakan padaku kenapa kau begitu tertarik padanya ..?'' Wanita itu mulai pembicaraan di awal sambil menopang dagu,  Taufan merasa agak canggung saat berhadapan berdua saja dengan orang ini, oh ayolah dimana keberaniannya yang tadi ...?

'' ah... ya.... awalnya aku hanya iba '' tidak seberannya Taufan sudah menargetkan Blaze bahkan sebelum bertemu dengan anak itu. '' dia anak yang manis dan dia terlihat tersiksa juga kelaparan, saat aku pertama bertemu dengannya tatapan yang dia berikan seaakan meminta pertolongan '' itu juga salah, tatapan Blaze saat itu adalah waspada. Wanita itu mulai memainkan sendotannya mengaduk jus orange yang di pesannya dengan tatapan yang bahkan Taufan tak mengerti.

'' mungkin anda gak menganggapnya anak, tapi Blaze .... anak itu sudah menantikan anda selama setahun, selama ini dia bertanya tanya apakah anda dan saudaranya selamat saat munculnya Gates pertama kali ..? Tidak bisakah anda bersikap baik padanya walau sesaat ..?'' Seketika tangan  yang sibuk memainkan sendok itu terhenti dan menatap Taufan dengan tatapan sendu.

'' anak muda, kau tak mengerti...? Sebagai seorang ibu. saya juga mencemaskan anak itu, tapi situasi saat ini sangat tak baik untuk memperlihatkan rasa sayang saya padanya. '' akhirnya wanita itu berbicara dari hati ke hati dengan Taufan, dan berkat itu Taufan tau bahwa Blaze juga sedang mengalami sesuatu yang sama dengannya. Rasa sayang yang bisa mematik api kebencian terhadap orang yang dia cintai. Sebuah perasaan untuk melindungi yang berdasarkan ego satu pihak tanpa melihat pihak lain, Taufan terdiam beberapa saat sampai mulut itu kembali berguman.

'' itu hanya keegoisan anda saja '' wanita itu terdiam dia menatap Taufan tak percaya, dimana wajah yang tersenyum beberapa saat lalu itu pergi. Tatapan Taufan bahkan menjadi tajam seakan bisa memotongnya menjadi dua saat ini juga.

'' Anda hanya berusaha menghindar akan tanggung jawab anda, anak itu bahkan tak tau apapun dan dia harus merasakan kebencian tak berdasar yang anda claim sebagai perlindungan '' Taufan meremas napkin di atas meja sambil terus menatap kesal.

'' apa maksudmu ....!? '' Mawais menatap penuh akan tanda tanya, namun tatapan yang di berikan Taufan tak berubah. '' anda bertanya seperti sekarang ini .... memang tak mengerti atau pura pura bodoh ..? Apa yang anda rasakan saat melihat anak itu terkujur kaku di hadapan anda ?'' Mawais terdiam, maniknya bergetar tak percaya .

'' anda tak bisa menjawabnya kan. Biar aku jelaskan rasanya, hancur semua perasaan tercampur menjadi satu kebencian penyesalan dan harapan semu,yang tersisa dari anda adalah andaian semata, seandainya saat itu aku merangkulnya dan bukan mendorongnya menjauh. Andai saat itu aku menerimanya tanpa takut dia akan terluka, andai saja aku tak mengabaikan penderitaan nya... kesalahan yang belum anda perbuat itu  masih ada waktu untuk memperbaikinya '' Taufan menatap lurus ke arah Mawais, tatapan kosong itu membuat Mawais merasa bahwa Taufan seolah sudah pernah merasakan apa yang dia katakan sebelumnya dan sedang berusaha agar orang lain tak merasakan hal yang sama seperti dirinya.

''Kau mengatakannya seolah sudah merasakan hal itu anak muda '' suara wanita itu kini melembut tatapannya yang teduh itu membuat Taufan menundukkan kepalanya. Sebuah senyuman kecil terukir di bibirnya lalu berkata dengan suara kecil, walau begitu suara dengan nada tertahan itu bisa dirasakan oleh Mawais '' a..anda bisa bilang begitu ''

Entah kenapa Mawais merasa aneh, seolah dia tak bisa meninggalkan anak didepannya. Tatapan yang penuh akan ketakutan yang tertutupi oleh senyuman palsu di bibirnya menarik jiwa keibuannya kembali, dia menatap Taufan sesaat lalu berkata dengan sendu. '' aku tau, pada akhirnya hanya ada penyesalan di akhir. Meski begitu aku tak bisa melibatkan kedua putraku dalam bahaya'' Manik Biru tua itu kini menatap lurus ke arah wanita paruh baya tersebut.

'' kau tau apa propesiku anak muda ..?'' Taufan menggeleng sebagai jawaban.

'' huh... aku adalah seorang pejabat di bidang kemanusian. Dan aku hanya manusia biasa bukan hunter yang memiliki class yang tinggi. Aku bahkan tak cukup kuat untuk melindungi kedua anak itu , musuhku ada banyak dan aku tak mau sampai menjadi kelemahan kedua putraku '' tetesan air mata keluar dari manik aqua itu, kali ini Taufan sadar bahwa dia sudah ikut campur terlalu dalam. '' maaf .... tapi pemikiran anda mungkin benar tapi juga salah disaat bersamaan '' Mawais menatap Taufan penuh akan tanda tanya.

'' kalau anda adalah kelemahan mereka tapi itu juga menjadikan anda kekuataan mereka. Jadi jangan jauhi mereka dan jangan takut akan ancaman yang mengancam mereka karna aku yakin kedua anak itu adalah anak yang bahkan bisa menghancurkan satu benua bila itu demi anda. Selain itu mereka adalah class A tak akan ada yang macam macam dengan mereka, kalaupun mereka berani mereka pasti akan Hancur dengan kekuatan kedua anakmu itu '' Taufan tersenyum dan dengan yakin mengatakan Hal itu. Mawais hanya bisa tertegun dan sesaat kemudian senyuman kecil bersarang di bibir indahnya. '' kau benar benar anak yang membawa hawa positif kemanapun kau pergi '' sebuah tepukan lembut  di kepala membuat Taufan tertegun sesaat sebelum mengembangkan senyum besamaan dengan pipi yang merona merah. '' anda pikir begitu   hehehe''

Tbc ..

Yahooooo ..... maaf ya aku baru up, setelah sekian lama hehehe.

Dikarnakan acara didesa sudah selesai jadi aku bisa up cerita lagi agh... apa ada yang kangen dengan cerita ini ya [kayaknya sih enggak ]

Oh... welll apapun itu semoga kalian suka dengan chapter kali ini.

Seee you next time

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 14 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my last change [BBB AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang